Globalisasi dan Multikulturalisme
Tuesday, 17 September 2013
Add Comment
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema
Globalisasi dan Multikulturalisme.
Penulisan
makalah merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Masyarakat
Multikulturalisme di Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta sebagai
syarat untuk memperoleh nilai. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan maklah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Nur Hidayah, M. Si selaku dosen
mata kuliah Masyarakat Multikultur yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan dalam penulisan makalah ini
2. Orang
tua yang telah memberikan doa dan dorongan kepada kami
3. Teman-teman
yang telah membantu kami.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan baik dalam penulisan
maupun dalam materi.Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini sempurna dan semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta,
September 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Memasuki
milinium ketiga ini kita disibukkan dengan istilah globalisasi, sebuah fenomena
sosial yang tidak dapat dibendung lagi yang mana masyarakat sekarang tengah
menikmati kehidupan dalam era tersebut.
Secara
umum globalisasi adalah sebuah babakan
baru dalam proses perkembangan bangsa. Globalisasi menyangkut seluruh aspek penting kehidupan yang akan menciptakan tantangan,
perubahan, dan permasalahn yang harus dijawab serta dipecahkan untuk
memanfaatkan globalisasi dalam kepentingan kehidupan. Proses
pesatnya arus globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang merupakan suatu penggerak globalisasi itu
sendiri.
Mengenai
fenomena globalisasi sudah banyak orang membicarakan. Globalisasi diibaratkan
sebagai pisau yang bermata ganda sebagai penghancur dan keberkahan. Manusia hidup dalam reliatas yang
plural, hal yang sama juga pada masyarakat Indonesia yang multikultur. Corak
masyarakat Indonesia adalah ber-Bhineka Tungal Ika, bukan lagi keanekaragaman
suku bangsa dan kebudayaannya, melainkan keanekaragaman kebudayaan yang berada
dalam masyarakat Indonesia dimana lebih menekankan kanekaragaman kebudayaan
dalam kesederajatan. Berdasarkan penjabaran di atas bagaimana kehidupan
masyarakat multikultur seperti di Indonesia yang hidup ditengah-tengah arus
globalisasi seperti sekarang ini ?
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu globalisasi ?
2. Apa yang dimaksud
dengan multikulturalisme ?
3. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap masyarakat
multikultur ?
C.
Tujuan
1. Mengetahuikonsep globalisasi
2. Mengetahui pengertian
dari masyaakat yang multikultut
3. Mengetahui pengaruh globalisasi bagi kehidupan masyarakat
multikultur.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah babakan baru dalam proses
perkembangan bangsa. Konsep globalisasi dapat diartikan
sebagai pengglobalan ataupenyatuanseluruh aspek kehidupan di dunia ini.
Penyatuan ini dilakukan melalui upayapenyeragaman yang mendunia meliputi
seluruh negara yang ada. Ketika suatuistilah baru menjadi populer, hal ini
seringkali meliputisuatu perubahan pentingsebagai bagian dari dunia ini. Ide
baru ini dibutuhkan untuk menggambarkankondisi baru. Sebagai contoh, ketika
seorang filsof, Jeremy Benthammengistilahkan “internasional” pada tahun 1780,
dianggap sebagai suatupencerahan, dari apa yang merupakan pendalaman dari
kenyataan hidupkeseharian, yaitu berkembangnya negara/bangsa dan transaksi yang
terjadimelintasi batas diantara masyarakat di dunia.Adapun problematika yang menjadi
tantangan global terhadap eksistensi
jatidiri bangsa adalah sebagai berikut:
1. Pluralitas masyarakat Indonesia
tidak hanya berkaitan dengan budaya,tetapijuga dimensi sosial, politik, dan
ekonomi masyarakat sehinggaprosesglobalisasi informasi membawa dampak yang
sangat kompleks.
2. Salah satu dampak globalisasi
informasi bagi bangsa Indonesia yaitu dimulaidari timbulnya krisis moneter yang
kemudian berkembang menjadi krisismultidimensi. Dalam waktu yang relatif
singkat Indonesia mengalami empat kalipergantian pemerintahan. Tidak hanya itu,
di era reformasi muncul berbagaimacam kerusakan dan pemberontakan yang disertai
isu anarkis, SARA,
dan separatisme.
dan separatisme.
3. Kemajuan teknologi informasi telah
menjadikan jarak spasial semakinmenyempit dan jarak waktu semakin memendek.
Akibatnya bagi bangsaIndonesia yang berorientasi pada negara-negara maju, dalam
waktu relatifsingkat dapat beradaptasi terutamadi bidang teknologi, ekonomi,
sosial,dan budaya.
Akhirnya, tidak menutup kemungkinan
timbul kehidupan sosial budaya dalamkondisi persaingan yang sangat tajam, rasa
solidaritas semakin menipis,manusia seolah tidak begitu peduli lagi dengan
kehidupan orang lain.Bangsa Indonesia yang dulu dipandang sebagai masyarakat
yang kuat
solidaritasnya, sekarang menjadi masyarakat yang mementingkan diri sendiri,egoisme semakin menonjol, yang mewarnai kehidupan masyarakat.
solidaritasnya, sekarang menjadi masyarakat yang mementingkan diri sendiri,egoisme semakin menonjol, yang mewarnai kehidupan masyarakat.
B.
Multikulturalisme
Pengertian Multikulturalisme
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara
etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi(banyak), kultur(budaya),
dan isme(paham/aliran). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan
martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing
yang unik. Multikulturalisme adalah sebuah ideology dan sebuah alat atau wahana
untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya.Sebagai sebuah idea tau
ideology, multikulturalisme terserap ke dalam berbagai interaksi yang ada dalam
berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan
sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan
lainnya di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Multikulturalisme menurut Irwan adalah sebuah paham yang menekankan pada
kesederajatan dan kesetaraan budaya-budaya local dengan tanpa mengabaikan
hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Konsep multikulturalisme di sini
tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman suku bangsa atau
kebudayaan yang menjadi cirri masyarakat majemuk(plural society). Karena,
multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.
C.
Masyarakat
Multikultur di Era Globalisasi
Globalisasi sering disebut sebagai peluang dan ancaman
multikulturalisme.Pertanyaannya kemudian, sejauh mana kesiapan bangsa ini dalam
memasuki era baru itu. Apakah secara psikologis anak-anak bangsa ini telah
benar-benar dipersiapkan untuk menyongsong datangnya zaman industtrialisasi dan
revolusi informasi dengan segala konsekuensinya ?sebab, seperti pernah
diungkapkan Prof. Sartono Kartodirjo di depan peserta Lokakarya Nasional
Manajemen SDM di Hotel Ambarukmo Yogyakarta (kompas, 5/3/88), proses
industrialisasi dengan penerapan teknologi modern memaksa manusia atau
masyarakat melakukan berbagai adaptasi agar penghayatan teknologi serta
pemakaian produknya dapat berjalan lancer. Kalaupun ada hambatannya, itu karena
struktur pribadi dan system nilai.
Sikap mental yang irasional, orientasi kepada status,
prinsip partikularisme, kesemuanya itu merupakan hambatan. Kata Prof. Sartono
lebih lanjut, untuk mendukung proses industrialisasi, dituntut penghayatan
nilai-nilai baru yang lebih relevan bagi proses rasionalisasi dan produktivitas
tanpa terjebak dalam proses institusionalisasi ketat sehingga mengakibatkan
dehumanisasi. Dengan demikian, yang perlu diupayakan adalah mempersiapkan
anak-anak bangsa ini menjadi manusia yang berkualitas dengan kepribadian yang
benar-benar cocok dengan dinamika industrialisasi.
Kehadiran globalisasi
tentunya membawa pengaruh besar bagi kehidupan suatu negara termasuk negara
kita Indonesia.Pengaruh tersebut dibagi menjadi dua yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif.
1. Pengaruh
positif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
Dilihat dari aspek
globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis,
karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan
dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan
positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap
negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang
dilakukan oleh pemerintahan.
Dari aspek globalisasi
ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang
banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan
meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional
dan akan mengurangi kehidupan miskin.
Dari aspek globalisasi
sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja
yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan
mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat
bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
2. Pengaruh
negatif globalisasi terhadap masyarakat Indonesia.
Aspek politik,
Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah
arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi
akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan
terpecah belah.
Aspek Globalisasi
ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya
produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan
gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan
beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
Masyarakat kita
khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada
orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat
mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai
kiblat.
Mengakibatkan adanya
kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah
angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
Munculnya sikap
individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal
jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat
sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal
sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian,
karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
3.
Strategi
menghadapi tantangan globalisasi
Nils A. Shapiro, editor Gallery magazine, berpendapat
bahwa ada enam kiat sukses menghadapi tantangan globalisasi:
a. Perencanaan
yang cermat (carefull planning)
Dalam
kehidupan yang semakin kompetitif, perencanaan yang cermat merupakan suatu
keharusan dan keniscayaan.Dengan perencanaan yang cermat, segala sesuatunya
dapat diperhitungkan sebelumnya, dank arena itu pula dapat dilakukan antisipasi
terhadap kemungkinan-kemungkinan buruk yang bakal terjadi.
b. Latihan
dan pengalaman (training and experience)
Latihan dan
pengalaman akan meningkatkan professionalism seseorang dalam berbagai bidang kehidupan.
Seseorang dikatakan professional di bidangnya setidak-tidaknya harus memiliki
keahlian, komitmen dan skill yang relevan dengan bidang pekerjaannya.
c. Bersedia
belajar dari orang lain (willingness to lern from others)
Sumber
belajar tidaklah terbatas pada guru dalam arti pengajar formal di sekolah,
namun kita juga dapat belajar dari orang lain karena kehidupan orang lain dapat menjadi cermin
yang baik bagi siapa pun yang bersedia berkaca.
d. Bersedia
bekerja sama selama dan sukses diperlukan(commitment to working as long and as
hard as necessary). Kerja keras
adalah cirri utama orang sukses. Peluang dan kesempatan hanya akan dating
kepada pekerja keras.
e. Tabah menghadapi kekecewaan dan kemunduran(courage to
overcome disappointment and setbeacks). Kalau orang dapat menerima kekecewaan
secara wajar, hidupnya akan lebih menyenangkan. Sebenarnya, kegagalan bukanlah
hanya memiliki sisi negtif semata jika saja dihadapi dengan arif dan
cerdas.Kegagalan dapat dianggap sebagai benih keberhasilan.
f. Kemampuan bersikap jujur (ability to be honest)
Dalam
bidang usaha, kepercayaan memiliki peran penting.Begitu kepercayaan dapat
diperoleh, usaha dengan lebih mudah dapat dikembangkan. Sebaliknya, jika
kepercayaan diabaikan, pekerja atau pengusaha tidak lagi menjunjung tinggi
kejujuran dan kepercayaan yang diberikan, maka yang akan terjadi adalah krisis
kepercayaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Globalisasi merupakan suatu keberkahan bagi kehidupan namun juga
sebagian masyarakat menganggap sebagai penghancur kehidupan ini. Akan tetapi masyarakat itu sendiri yang menciptakannya
seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin
canggih.untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh globalisasi diperlukan
adanya suatu strategi, dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfud, Choirul. 2013. Pendidikan Multikultural.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
0 Response to "Globalisasi dan Multikulturalisme"
Post a Comment