Agama dan Tipe-tipe Masyarakat
Wednesday, 28 March 2018
Add Comment
SOSIOLOGI AGAMA
Agama dan Tipe-tipe Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibnu Umar r.a berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Islam
dibangun di atas lima dasar: 1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah; 2)
menegakkan shalat; 3) membayar zakat; 4) puasa pada bulan Ramadhan, dan ; 5)
Haji (Kitab Iman bab 1)” Dari hadist Shahih Buchori tersebut, dapat
diindentivikasi bahwa setiap manusia pasti memiliki pegangan, pedoman, dan
petunjuk dalam proses hidup sesuai kaidahnya. Termasuk hidup dalam berinteraksi
dengan tuhan-Nya dan juga mahluk-Nya.
Pedoman hidup ini sering kita kenal dengan istilah agama. Baik
dalam agama Islam seperti contoh di atas, maupun kristen, katholik, budha,
hindhu, ataupun konghuchu. Masing-masing dari agama yang diakui di Indonesia
ini pasti memberikan pedoman dan petunjuk kepada segenap penganutnya untuk
berbuat baik mengikuti perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan agama.
Sehingga, hidup akan terarah, damai dan indah.
Di Indonesia sendiri kita mengenal 6 agama yang diakui negara
seperti telah disebutkan di atas. Agama-agama ini hadir di tengah-tengah
masyarakat Indonesia yang plural dengan berbagai dinamika perubahan dan
perkembangannya. Masyarakat yang khas dengan beberapa tipe dan
organisasi-organisasi keagamaan di dalamnya. Menarik dari kemajemukan di
Indonesia ini adalah bagaimana kita bisa melihat peranan agama dalam membentuk
sistem pada masyarakat dengan struktur dan lapisannya. Melihat bagaimana agama
mampu membentuk pola perilaku masyarakat agar sesuai dengan ajaran agama yang
dianut. Lalu pertanyaan yang kemudian sering muncul apakah peranan agama akan
selalu sama pada masyarakat Indonesia yang plural dengan beberapa tipe
masayarakat yang ada? Pada tulisan ini, kelompok kami akan mencoba sedikit
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian agama, masyarakat, dan tipe masyarakat?
2. Bagaimana
pengaruh agama terhadap golongan dan tipe-tipe masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian agama, masyarakat, dan golongan masyarakat.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap golongan dan tipe-tipe masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama, Masyarakat dan
Tipe Masyarakat
Definisi
agama menurut pemahaman sosiologi adalah definisi yang empiris, sosiologi tidak
pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Meski seperti itu,
tetap ada pengertian agama dari seorang tokoh sosiologi yaitu Emile Dukheim.
Menurut Durkhein agama adalah suatu sistem yang terpadu terdiri atau kenyakinan
dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua
penganutnya dalam suatu komunitas moral yang di namakan umat. Lebih jelasnya
agama dipandang sebagai suatu institusi yang lain, yang mengemban tugas
(fungsi) agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam lingkup lokal,
regional, dan nasional.
Menurut
Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan
masyarakat luas umumnya. Dalam Kamus Sosiologi, pengertian agama ada tiga
macam, yaitu (1) kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) perangkat
kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan
tersendiri; dan (3) ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.
Dari
beberapa definisi diatas, jelas tergambar bahwa agama merupakan suatu hal yang
dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada diluar
jangkuan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga diharapkan
dapat mengatasi masalah-masalah yang non-empiris.
Masyarakat
(society) diartikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Selanjutnya,
golongan/tipe masyarakat dapat diartikan sebagai penggolongan anggota-anggota
masyarakat ke dalam suatu kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama atau
dianggap sejenis. Dalam Kamus Sosiologi dinyatakan sebagai kategori orang-orang
tertentu dalam suatu masyarakat yang didasarkan pada ciri-ciri mental tertentu.
Berdasarkan
definisi diatas, pengolonngan masyarakat dapat dibuat berdasarkan ciri yang
sama. Misalnya, (1) penggolongan berdasarkan jenis kelamin adalah pria dan
wanita; (2) penggolongan berdasarkan usia adalah tua dan muda; (3) penggolongan
berdasarkan pendidikan adalah cendekia dan buta huruf; (4) penggolongan
berdasarkan pekerjaan adalah petani, nelayan, golongan buruh, pengrajin,
pegawai negeri, dan lain-lain. Menurut Hendropuspito, meskipun tidak dapat
dibuat berdasarkan kedudukan sosial yang sama, seperti pada lapisan sosial,
penggolongan ini pada dasarnya untuk untuk kepentingan pengamat sosial dalam
penelitian-penelitian terhadap masyarakat.
B. Fungsi dan Tujuan Agama dalam
Masyarakat
Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama
adalah peran agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan
secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh
karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa
aman, sejahtera, stabil, dan sebagainya.
Menurut Abuddin Nata sekurang-kurangnya
hanya ada tiga alasan perlunya manusia terhadapa agama, yakni: Pertama, latar
belakang fitah manusia. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan
tersebut buta pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama
adalah kebutuhan manusia.
Kedua, alasan lain mengapa manusia perlu
beragama menurut Abuddin Nata adalah
kelemahan dan kekurangan manusia. Alasan
inipun kelihatannya bisa diterima, di samping karena keterbatasan akal manusia
untuk menentukan hal-hal yang di luar kekuatan pikiran manusia itu sendiri,
juga karena manusia sendiri merupakan makhluk dha’if (lemah) yang sangat
memerlukan agama.
Ketiga, adanya tantangan manusia.
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan syetan, sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan
upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya memalingkan
manusia dari Tuhan.
Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi
agama, yaitu (1) sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi; (2)
sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara ibadat; (3) penguat
norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada; (4) pengkoreksi fungsi yang sudah ada;
(5) pemberi identitas diri; dan (6) pendewasaan agama. Fungsi agama yang
dijelaskan Hendropuspito lebih ringkas lagi, tetapi intinya hampir sama.
Menurutnya, fungsi agama itu adalah edukatif, penyelamatan, pengawasan sosial,
memupuk persaudaraan, dan transformatif.
C. Agama dan Tipe-tipe Masyarakat
Nottingham
menjelaskan secara umum tentang hubungan agama dengan masyarakat yang
menurutnya, terbagi tipe-tipe. Tampaknya pembagia ini mengikutui konsep August
Comte tentang proses tahapan pwembentukan masyarakat. Adapun tipe-tipe yang di
maksud Nottingham itu adalah sebagai berikut.
1. Masyarakat
yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral.
Tipe masyarakat ini kecil, terisolasi dan
terbelakang. Anggota masyarakatnya menganut agama yang sama. Tidak ada lembaga
lain yang relative berkembang selain lembaga keluarga, agama menjadi focus
utama bagi pengintegrasian dan persatuan masyarakat dari masyatakat secara
keseluruhan. Oleh karena itu, kemungkinan agama memasukan pengaruh yang sacral
ke dalam system nilai-nilai masyarakat sangat mutlak.
2. Masyarakat
Praindustri yang Sedang Berkembang
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada
perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama
memberikan arti dan ikatan kepada system nilai dalam tipe masyarakat ini.
Tetapi, pada saat yang sama, lingkungan yang sacral dan yang sekuler
sedikit-banyak masih dapat dibedakan. Misalnya, pada fase-fase kehidupan social
masih diisi oleh upacara-upacara keagamaan, tetapi pada sisi kehidupan lain,
pada aktivitas sehari-hari, agama kurang mendukung. Agama hanya mendukung
masalah adat-istiadat saja. Nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat menempatkan
focus utamanya pada pengintegrasian tingkah laku perseorangan, dan pembentukan
citra pribadi mempunyai konsekuensi penting bagi agama.Salah satu
akibatnya,anggota masyarakat semakin terbiasa dengan penggunaan metode empiris
yang berdasarkan penalaran dan efesiensi dalam menanggapi masalah- masalah
kemanusiaan sehingga lingkungan yang bersifat sekuler semakin meluas.
Berdasarkan tipe di atas, ada beberapa model yang
bias diklasifikasikan yaitu,
1. Model
Pertama , tipe masyarakat yang di dalamnya nilai- nilai agama sangat
berpengaruh:
a. Masyarakat
kecil, terpencil, dan terbelakang.
b. Tingkat
perkembangan teknologinya rendah dan pembagian kelas sosialnya sederhana.
c. Keluarga
merupakan lembaga terpenting.
d. Sistem
intelektual kepercayaan dan mitos relatif homogen.
e. Sistem
perilaku religiusnya biasanya merupakan identifikasi antara kelompok dengan
pemujanya.
f. Organisasi
keagamaannya tidak terpisah dari keseluruhan kegiatan masyarakat lainnya.
g. Fungsi
agama dalam kelompok sangat tampak.
2. Model
Kedua, tipe masyarakat yang didominasi
oleh nilai-nilai sekuler.:
a. Masyarakat
industri sekuler.
b. Penuh
dinamik dan pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi menembus berbagai bidang
kehidupan.
c. Organisasi
keagamaan cenderung melibatkan diri dalam kehidupan duniawi.
d. Organisasi
kegamaan terpecah-pecah dan lepas dari ikatan Pemerintahan
e. Agama
dan negara berjalan berdampingan secara terpisah.
f. Toleransi
agama menjadi sangat kuat.
g. Fungsi
agama secara internal meningkatkan persatuan.
3. Model
Ketiga, tipe masyarakat yang merupakan kombinasi antara religius dan sekuler.:
a. Masyarakat
industri yang sedang berkembang.
b. Masyarakatnya
tidak begitu terpencil dan manerima perubahan.
c. Pembagian
kelasnya beraneka ragam dan melek huruf.
d. Lembaga
pemerintahan dan kehidupan ekonomi sedang menuju spesialisasi.
e. Orang-orangnya
dapat membedakan kapan dan di mana harus beribadat.
f. Fungsi
agama lebih kompleks dan agama masih memberikan makna penting kepada sistem
nilai masyarakat.
g. Para
penguasa masih menuntut atau meminta legitimasi keaga,aan untuk memperkuat
posisi dan kewenangannya.
h. Agama
merupakan sistem perilaku tandingan bagi nilai-nilai tradisional.
i.
Fungsi pemersatu atau pengikat integrasi
sosial dalam masyarakat.
Karakter-karakter yang dikemukakan
Nottingham tersebut, tampaknya pengaruh agama terhadap golongan masyarakat pun,
jika dilihat dari karakter masing-masing golongan pekerjaan,tidak akan berbeda
jauh dengan pengaruh agama terhadap masyarakat yang digambarkan Notting ham
secara umum,karna system masyarakat akan mencerminkan budaya masyarakatnya.
a. Golongan
petani.
Pada umumnya,golongn petani termasuk
masyarakat yang terbelakang.Lokasinya berada didaerah terisolasi system
masyarakatnya masih sederhana,lembaga-lembaga sosialnyapun belum banyak
berkembang.Mata pencaharian utamanya bergantung pada alam yang tidak bisa dipercepat,diperlamba,atau
dperhitungkan secara cermat sesuai dengan keinginan petani.Faktor subur
tidaknya tanah,dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang brada di luar
jangkauan petani oleh sebab itu,mereka mencari kekuatan dan kemampuan di luar
dirinya yang dipandang mampu dandapat mengatasi semua persoalan yang telah atau
akan menimpa dirinya.Maka,diadakanlah upacara-upacara atau ritus-ritus yang
dianggap sebagai tolak bala atau menghormati dewa.Menyediakan sesajen bagi Dewi
Sri,yang dipercayai sebagai pelindung sawah dan ladang. Dengan pengamatan
selintas pengaruh agama tehadap golongan petani cukup besar.Jiwa keagamaan
mereka relaitf lebih besar karena kedekatannya dengan alam.
b. Golongan
Nelayan.
Karakter pekerja golongan nelayan hampir
sama dengan karakter golongan petani.Mata pencahariannya berganyung pada
keramahan alam.Jika musimnya sedang bagus, tidak ada badai, boleh jadi
tangkapan ikannya melimpah. Biasanya pada waktu-waktu tertentu ada semacam
upacara untuk menghormati penguasa laut,yang pada masyarakat Indonesia dikenal
sebagai Nyi Roro Kidul. Berdasarkan fakta tersebut, pengaruh agama pada
kehidupan nelayan dapat dikatakan signifikan.
Apabila dilihat menurut konsep
Nottingham, baik golongan petani atau golongan nelayan, termasuk tipe masyarakat
terbelakang, yang nilai-nilai sakral sangat memasuki sistem nilai
masyarakatnya. Maka dalam penyampaian ajaran agama kepada mereka, hendaklah
dengan cara yang sederhana dan memakai contoh-contoh yang bisa diambil dari
lingkungan alamnya.
c. Golongan
Pengrajin dan Pedagang Kecil.
Golongan pengrajin dan pedagang kecil
hidup dalam situasi yang berbeda dengan golongan petani. Kehidupan golongan ini
tidak terlalu berkutat dengan situasi alam dan tidak terlalu bergantung pada
alam. Hidup mereka didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan
rasional. Mereka tidak menyadarkan diri pada keramahan alam yang tidak bisa
dipastikan, tetapi lebih mempercayai perencanaan yang teliti dan pengarahan
yang pasti.
Menurut Weber yang mempelajari
sejarah-sejarah agama dengan cara yang berlaku pada zamannya, yaitu agama
kristen, yahudi, Islam, Hindu, Budha, dan Konfusianisme, Taoisme golongan
pengrajin dan pedagang kecil suka menerima pandangan hidup yang mencakup etika
pembalasan. Mereka menaati kaidah moral dan pola sopan santun dan percaya bahwa
pekerjaan yang baik dilakukan dengan tekun dan teliti akan membawa balas jasa
yang setimpal. Akhirnya, agama yang mereka pilih adalah agama etis yang
rasional. Dengan kata lain, unsur emosi tidak memainkan peranan terpenting dan
utama seperti pada golongan petani dan nelayan. Hal ini serupa dengan tipe
masyarakat praindustri yang sedang berkembang. Bagi mereka, dalam
persosalan-persoalan yang menyangkut kehidupan materi/sehari-hari, agama tidak
dijadikan rujukan utama. Bagi mereka, rasiolah yanhg menjadi pegangannya.
Meskipun demikian, pada sisi lain, misalnya berkenaan dengan tahapan-tahapan
kehidupan sosial seperti kelahiran, pertumbuhan anak, perkawinan, dan kematian
masih diliputi oleh perasaan keagamaan yang kental. Dalam hal ini, mereka masih
mengadakan upacara-upacara keagamaan.
d. Golongan
Pedagang Besar
Kategori yang paling menonjol dari
golongan pedagang besar adalah memiliki sikapnya yang lain terhadap agama.Pada
umumnya kelompok ini mempunyai jiwa yang jauh dari gagasan tentang imbalan jasa
moral, seperti yang dimiliki golongan tingkat menengah bawah.mereka lebih
berorientasi pada kehidupan nyata dan cenderung menutup agama profetis dan
etis. Perasaan keagamaanya lebih bersifat fungsional. Kemampuan yang mereka
miliki terletak pada kekuatan ekonominya. Biasanya, sebagai formalitas, mereka
tidak segan-segan menyumbang sejumlah dana untuk kepentingan kegiatan agama,
mereka sendiri tidak terlibat langsung pada kegiatan tersebut. Pemberian
dananya cukup untuk mewakili perasaan keagamaanya.
e. Golongan
Karyawan
Weber menyebut golongan karyawan sebagai
kaum birokrat. Jika dilihat dari teori Nottingham, golongan ini dapat
dimasukkan pada masyarakat industri, karena sistem sosial yang ada sudah
bersifat modern. Hal ini dilihat dari
pembagian fungsi-fungsi kerja yang ada sudah jelas, dan adanya penyelesaian
suatu masalah kemanusiaan berdasarkan penalaran dan efisiensi. Berdasarkan
asumsi ini, dapat dipastikan bahwa rasa keberagamaan golongan karyawan berbeda
dengan golongan-golongan lain. Penelitian Weber di China, khususnya tentang
penganut agama konfosius, menyimpulkan bahwa kecenderungan rasa keagamaan
birokrasi bersifat “Serba mencari untung dan enak”. Yang menjadi penyebabnya,
karena rasa kekhawatiran karena ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan
dalam kehidupan sehari-harinya dapat dikatakan tidak pernah mereka alami.
Mereka sudah terjamin dengan kepastian datangnya sejumlah gaji pada setiap
bulan. Maka budaya yang dikembangkan, boleh jadi seperti penemuan Weber tersebut
adalah serba mencari keuntungan dan keenakan.
Akan tetapi, golongan karyawan di
Indonesia, terutama pada masa sekarang, tampaknya cukup religius. Di
kantor-kantor sudah terdapat tempat-tempat sholat yang terkadang dijadikan
tempat sholat Jum’at; bahkan, dana untuk membaya Khotib dan Imam Jum’atpun
dikeluarkan secara kadang ikut aktif dalam mengumpulkan dana zakat fitrah atau
zakat harta, atau menyelenggarakan sholat Idul Adha dan kurban, menghajikan
karyawan-karyawan yang beragama islam, secra bergilir atau berdasarkan prestasi
kerja, membolehkan karyawan wanita menggunakan jilbab sebagai salah satu
kewajiban yang diperintahkan dalam agama islam.
f. Golongan
Buruh
Golongan buruh adalah mereka yang
bekerja dalam industri-industri atau perusahan-perusahaan modern. Berdasarkan
pengamatan Karl Marx, golongan buruh termasuk kelas proletar yang tidak
diikutsertakan dalam kehidupan masyarakat, disingkirkan dari sistem sosial yang
berlaku. Kelas ini merupakan golongan yang dijadikan sapi perahan untuk meraup
keuntungan yang sangat besar oleh kaum borjuis. Agama yang dibutuhkan oleh
golongan buruh tampaknya agama yang bisa membebaskan dirinya dari penghisapan
tenaga kerja secara berlebihan.
g. Golongan
Tua-muda
Meskipun secara social penggolongan tua
muda ini ada, tetapi susah ditentukan batasannya secara praktis. Berdasarkan
pengamatan sepintas tersebut, dapat dikatakan bahwa agama pada golongan tua
lebih kental dibandingkan dengan golongan muda. Nanun, bila asumsi ini
diterapkan pada zaman sekarang, ternyata mengalami kesulitan juga, karena tidak
jarang banyak orang yang berumur 40 ke atas berlaku seperti anak muda.
Usia 40 tahun ini sering kali dijadikan
patokan oleh penganut agama untuk mempelajari agamanya secara intensif dan
berupaya menghayatinya secara mendalam dengan mengamalkan perintah dan larangan
ajaran agamanya. Misalnya saja, sholat berjamaah dimasjid-masjid seringkali
banyak di isi oleh orang golongan tua dari pada golongan muda. Golongan muda
lebih banyak mengisi acara-acara pesta atau kegiatan yang bersifat duniawi.
Berdasarkan pengamatan sepintas
tersebut, dapat dikatakan bahwa agama pada golongan tua lebih kental
dibandingkan dengan golongan muda. Namun, bila asumsi ini diterapkan pada zaman
sekarang, ternyata mengalami kesulitan juga, karena tidak jarang orang yang
berumur 40 tahun ke atas berlaku seperti anak muda, pergi ke pesta-pesta,
diskotik, pub, atau cafe-cafe untuk berhura-hura. Sebaliknya, banyak diantara
golongan muda mengikuti, melaksanakan dan mengisi waktunya dengan
kegiatan-kegiatan keagamaan. Misalnya, kini bermunculan kelompok-kelompok
pengajian remaja masjid yang mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, seperti
muludan, pesantren kilat, tabligh akbar, dan lain sebagainya. Bahkan kini,
jilbab sudah menjadi mode yang trend dikalangan anak muda.
h. Golongan
Pria-wanita
Secara psikologis, watak umum pria dan
wanita berbeda. Dalam menghadapi suatu keadaan, watak pria lebih dominan
menggunakan pertimbangan rasional, sedangkan wanita lebih rasa / emosinya.
Jika dilihat secara keseluruhan, tujuan
beragama seseorang itu rata-rata untuk mencari ketenangan batin. Dalam masalah
penghayatan keagamaan, tampaknya golongan wanita lebih dominan, karena faktor
pembawaan mereka umumnya cenderung emosional. Bagi wanita, yang terpenting dari
keberagaman itu dapat merasakannya secara langsung. Sementara golongan pria
kurang menghayati rasa-rasa keagamaan seperti itu. Mereka memerlukan dasar
rasionalnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, pengaruh agama terhadap golongan
wanita cukup signifikan, sebaliknya, golongan pria cenderung mengarah ke arah
sekuler.
DAFTAR
PUSTAKA
Kahmad,
Dadang. 2006. Sosiologi Agama.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Nottingham,
Elizabeth K. 1997. Agama Dan Masyarakat :
Suatu Pengantar Sosiologi Agama, Cet-7, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
O’dea,
Thomas F. 1995. Sosiologi Agama : Suatu
Pengenalan Awal, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
0 Response to "Agama dan Tipe-tipe Masyarakat"
Post a Comment