AGAMA DAN MORALITAS
Wednesday, 28 March 2018
Add Comment
AGAMA DAN MORALITAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap ajaran agama pada intinya mengajak umatnya untuk
berbuat kebaikan, baik itu dari cara berhubungan dengan sang penciptanya, sesame
manusia, bahkan dengan alam sekitarnya. Namun kadang kita sering salah kaprah
tentang kebenaran yang dianut setiap agama. Kita cenderung melihat perbedaan
yang ada di tiap-tiap agama sehingga seolah agama yang lain adalah salah. Dan
agama kitalah yang paling benar, ini kalau pada tataran internal
agama masing-masing pemeluknya sudah pasti agama yang dianut adalah agama yang
paling benar, namun kalau berkaitan dengan hubungan eksternal dengan agama lain
maka harus juga menghormati kebenaran agama lain yang tentunya terdapat pada
batasan-batasan yang tidak mengganggu kesejahteraan pemeluk agama lain.
Kaitannya dengan moral terhadap antar umat beragama lebih
ditekankan kepada bagaimana masing-masing umat beragama saling menghormati dan
saling menghargai, bukankah dalam setiap agama sudah ada batasan-batasan yang
bisa dinegosiasi, seperti dalam agama islam harus menghormati pemeluk agama
lain selama itu tidak menyangkut masalah keyakinan. Misalnya dalam hal bergaul
dalam kehidupan sehari-hari sebagai tetangga atau sesama anggota masyarakat,
namun kalu kaitannya sampai pada tataran keyakinan seperti masalah ibadah itu sudah harus kembali kepada ajaran
agama masing-masing.Untuk dapat lebih memahami hal-hal
yang berkaitan dengan agama dan moralitas maka akan lebih jauh lagi dibahas
dalam makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan agama?
2. Apa
yang dimaksud dengan moralitas?
3. Bagaimana
hubungan antara agama dengan moralitas?
C.
Tujuan
Mengetahui bagaimana hubungan antara agama
dan moralitas .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
Mendefinisikan agama secara komprehensif yang mampu
merangkum semua aspek nampaknya menjadi suatu permasalahan yang pelik bahkan
mustahil untuk dilakukan mengingat luasnya aspek yang terkandung dalam agama
itu sendiri. Elizabeth K. Nottingham, misalnya, menyatakan bahwa tidak ada
definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan karena agama dalam
keanekaragamannya yang hampir tidak dapat dibayangkan itu memerlukan deskripsi
(penggambaran) dan bukan definisi (batasan). Lebih jauh Nottingham menegaskan
bahwa fokus utama perhatian sosiologi terhadap agama adalah bersumber pada
tingkah laku manusia dalam kelompok sebagai wujud pelaksanaan agama dalam
kehidupan sehari-hari dan peranan yang dimainkan oleh agama selama berabad-abad
sampai sekarang dalam mengembangkan dan menghambat kelangsungan hidup
kelompok-kelompok masyarakat.
Definisi
agama yang dikemukakan oleh ketiga tokoh tersebut adalah sebagai berikut: Suatu
agama ialah suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktek-praktek yang
bertalian dengan hal-hal yang suci, yaitu hal-hal yang dibolehkan dan dilarang
– kepercayaan dan praktek-praktek yang mempersatukan suatu komunitas moral yang
disebut Gereja, semua mereka yang terpaut satu sama lain
Agama merupakan seperangkat bentuk dan tindakan simbolik
yang menghubungkan manusia dengan kondisi akhir eksistensinya. Agama dapat
dirumuskan sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktek dimana suatu kelompok
manusia berjuang menghadapi masalah-masalah akhir kehidupan manusia. Definisi
pertama yang dikemukakan oleh Durkheim merupakan definisi yang sudah cukup
populer dan seringkali dikutip oleh kalangan sosiolog.
B. Pengertian Moralitas.
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan, kata jumlahnya “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores” adalah kesusilaan, kebiasaan. Sedangkan “moral” adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila.Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.
Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b) Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia. kemudian “etika” yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk.
Moralitas yang secara klasikal dapat dipahami sebagai suatu
tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan,
yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan
larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan
dalam hidup bermasyarakat. Secara terminologi moralitas
diartikan oleh berbagai tokoh dan aliran-aliran yang memiliki sudut pandang
yang berbeda, namun kenyataannya dapat kita lihat di bawah ini, sebagai
berikut:
W. Poespoprodjo, moralitas adalah
kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan
itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas mencakup
pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia. Lebih lanjut Franz Magnis Suseno
menyatakan bahwa moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan
lahiriah (mengingat bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati),
moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan
kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan. Moralitas
sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.
Emile Durkheim mengatakan moralitas adalah suatu sistem
kaidah atau norma mengenai kaidah yang menentukan tingka laku kita.
Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana kita harus bertindak pada situasi
tertentu. Dan bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara tepat
terhadap kaidah yang telah ditetapkan.
Dari pengertian tersebut di atas, dapat kita uraikan bahwa
moralitas adalah suatu ketentuan-ketentuan kesusilaan yang mengikat perilaku
sosial manusia untuk terwujudnya dinamisasi kehidupan di dunia, kaidah
(norma-norma) itu ditetapkan berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya
moral diterangkan berdasarkan akal sehat yang objektif.
C. Hubungan Agama dan Moralitas
Agama menjelaskan dan menunjukan
nilai-nilai bagi pengalaman manusia yang sangat penting. Melalui agama,
kehidupan lebih dapat dipahami dan secara pribadi lebih bermakna.
Geertz menganggap bahwa etos
(seperangkat moral dan motivasi) bagian dari agama. Jika agama memfokuskan
kepada sesuatu yang member makna kepada seluruh kehidupan, maka obyek yang
dipuja harus menjadi sesuatu nilai yang signifikan atau sesuatu tang menjadi
sumber ini. Didalam pemujaan, maka nilai sentral yang dipuja itu dikagumi,
dihormati dan diyakini mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, serta diyakini mampu
memberikan pertolongan dan sanksi kepada penganutnya.
Nilai moral sendiri merujuk kepada
nilai-nilai kemanusiaan, itu tidak serta merta berarti bahwa nilai-nilai moral
yang bersumber pada agama itu dinafikan. Justru ketika dialog dilakukan,
nilai-nilai agama yang dianut pasti secara tidak langsung akan melebur di sana.
Orang-orang yang terlibat dalam dialog pasti akan membawa aspirasi dan
nilai-nilai agama yang diimaninya. Agama dan moralitas itu tidak sama. Namun,
nilai-nilai agama dan nilai-nilai kemanusiaan itu sebetulnya tetap saling
mengandaikan, saling memperkuat, dan mengembangkan satu sama lain. Antara
moralitas dan agama itu sama sekali tidak saling menafikan dan meniadakan satu
sama lain.
Kekuatan
pengaruh agama terhadap nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari akan
bervariasi antara berbagai jenis agama dan tergantung kepada ideology
masyarakat penganut agama itu. Selain itu hubungan kode moral dengan agama juga
bervariasi, tergantung kepada struktur masyarakat. Bagaimanapun semua agama
tampaknya berpengaruh kepada moralitas personal maupun sosial.
Kebanyakan kajian mengenai agama dam
moral dibuat atas referensi agama tertentu dimasyarakat tertentu pula. Agama
sangat erat berhubungan dengan ajaran moralitas kehidupan sehari-hari. Banyak
moral masyarakat terkait erat dengan kepercayaan agama.
Fungsi agama terpenting adalah
memberikan dasar metafisika bagi tatanan moral kelompok sosial dan memperkuat
ketaatan terhadap norma. Karena agama dalam hal ini membantu memperkuat
pelaksanaan norma dan aturan itu, bila ternyata tindakan individu bertentangan
dengan keinginan atau kepentingan norma tersebut.
Agama
menyajikan berbagai fungsi antara lain memberikan wawasan dunia yang mengurangi
kebingungan dan berusaha menafsirkan makna ketidakadilan, penderitaan dan
kematian; membentuk dasar-dasar kosmik bagi nilai dan system moralitas personal
maupun sosial; merupakan sumber identitas rasa keanggotaan pada suatu kelompok
agama tertentu, dll.
Selama ini agama selalu dikaitkan
dengan moralitas. Hanya orang-orang beragama yang dianggap mampu menunjukkan
sikap bermoral dan berintegritas. Semakin taat beragama, semakin bermoral lah
ia. Sebaliknya semakin jauh dari agama, semakin bejat lah ia.
Moralitas adalah standar yang kita
gunakan untuk menentukan baik dan buruk. Orang-orang beragama akan mengangkat
tinggi-tinggi kitab suci mereka sebagai sumber moralitas tertinggi, panduan
ilahi untuk menentukan baik dan buruk.Belum diketahui pasti bagaimana mekanisme
moral bekerja dalam diri kita, namun manusia memang memiliki suatu alarm moral
yang tertanam dalam dirinya. Saat melihat seorang nenek terjatuh dari tangga,
alarm kita seketika akan berbunyi dan menyuruh kita berbuat sesuatu untuk
menolongnya.
Moralitas mungkin saja diperdebatkan
serta dipertentangkan. Sebagian orang akan setuju bahwa wanita yang berpakaian
minim itu tidak bermoral, tapi sebagian lain mungkin tidak menyetujuinya.
Beragam alasan pun dapat mengemuka. Tapi ketika agama dipaksakan sebagai sumber
moralitas dalam masyarakat, perdebatan ini akan rawan untuk dihentikan secara
arogan. Agama itu suci dan absolut, sehingga standar yang telah ditetapkannya
tak boleh dipertanyakan apalagi digugat.
Agama bahkan dapat mengandung
standar moral yang bertentangan dengan alarm moral kita sendiri. Umat Islam di
Indonesia yang menolak penerapan syariat hukum rajam menunjukkan bahwa alarm
moral mereka masih bekerja sehingga mampu menolak mekanisme hukuman sadis
semacam itu. Kita bisa menyebut alarm itu nurani, fitrah, intuisi, atau apa
pun. Dan itu merupakan cara paling alami yang kita gunakan sebagai panduan
dalam menjalani hidup. Mengikutinya secara jujur akan mendatangkan kedamaian
jiwa, sesederhana itu. Tak perlu disogok surga atau ditakut-takuti dengan
neraka seperti standar moral yang tertuang dalam agama.
Kekuatan pengaruh agama terhadap nilai dan
norma dalam kehidupan sehari-hari akan bervariasi antara berbagai jenis agama
dan terganmtung kepada ideology masyarakat penganut agama itu. Selain itu
hubungan kode moral dengan agama juga bervariasi, tergantung kepada struktur
masyarakat. Bagaimanapun semua agama tampaknya berpengaruh kepada moralitas
personal maupun sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah diatas dapat
disimpulkan bahwa agama
merupakan seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang menghubungkan manusia
dengan kondisi akhir eksistensinya. Agama dapat dirumuskan sebagai suatu sistem
kepercayaan dan praktek dimana suatu kelompok manusia berjuang menghadapi
masalah-masalah akhir kehidupan manusia.
Sedangkan pengertian moralitas adalah suatu
ketentuan-ketentuan kesusilaan yang mengikat perilaku sosial manusia untuk
terwujudnya dinamisasi kehidupan di dunia, kaidah (norma-norma) itu ditetapkan
berdasarkan konsensus kolektif, yang pada dasarnya moral diterangkan
berdasarkan akal sehat yang objektif.
Kekuatan
pengaruh agama terhadap nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari akan
bervariasi antara berbagai jenis agama dan tergantung kepada ideology
masyarakat penganut agama itu. Selain itu hubungan kode moral dengan agama juga
bervariasi, tergantung kepada struktur masyarakat. Bagaimanapun semua agama
tampaknya berpengaruh kepada moralitas personal maupun sosial.
Kebanyakan kajian mengenai agama dam
moral dibuat atas referensi agama tertentu dimasyarakat tertentu pula. Agama
sangat erat berhubungan dengan ajaran moralitas kehidupan sehari-hari. Banyak
moral masyarakat terkait erat dengan kepercayaan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Djamari. 1988. Agama dalam
Perspektif Sosiologi.
George Ritzer. 2008. Teori Sosiologi.
Diakses
melalui, seratsosial.wordpress.com/2012/12/12/agama-dan-moralitas/. pada tanggal 12 April 2014
Diakses
melalui, http://arifinzain.wordpress.com/2008/01/31/agama-dalam-perspektif-sosiologis. pada tanggal 12 April 2014
0 Response to "AGAMA DAN MORALITAS"
Post a Comment