Fungsi Sosiologi Untuk Mengkaji Gejala Sosial di Masyarakat
Wednesday, 28 March 2018
Add Comment
BAHAN AJAR SOSIOLOGI
KELAS X
Semester 1
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
|
3.1
Memahami
pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk
mengkaji gejala sosial di masyarakat.
|
3.1.1.
Mengidentifikasi
konsep dasar sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji gejala sosial yang ada di
masyarakat
3.1.2
Menjelaskan
Teori dan objek kajian sosiologi
sebagai sebuah ilmu pengetahuan
3.1.3.
Menyimpulkan
hakikat sosiologi sebagai ilmu
3.1.4.
Merumuskan
fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji gejala sosial di masyarakat
|
4.1.
Menalar suatu gejala
sosial di lingkungan sekitar dengan menggunakan pengetahuan sosiologis.
|
4.1.1.
Mengamati
dan mendiskusikan berbagai gejala sosial yang ada di masyarakat dari sudut
pandang sosiologi
4.1.2.
Mempresentasikan
hasil pengamatan tentang berbagai gejala sosial yang ada di masyarakat
|
Fungsi Sosiologi
Untuk Mengkaji Gejala Sosial di Masyarakat
Sebelum kita membahas lebih jauh
mengenai bagaimana kita harus berperilaku dan berhubungan dengan masyarakat,
ada baiknya kamu mengetahui dahulu apa sebenarnya pengetahuan dasar sosiologi sebagai
ilmu pengetahuan dan fungsinya dalam mengkaji gejala sosial yang ada di
masyarakat. Nah, pada bab ini kamu akan mempelajari tentang sosiologi, dari apakah
sosiologi itu, apa saja objek kajian sosiologi, hingga fungsi dan manfaat yang dapat kamu peroleh
dengan mempelajari sosiologi.
BAB 1
A.
Konsep Dasar Sosiologi
1.
Pengertian Sosiologi
2.
Teori Sosiologi
3.
Objek Kajian Sosiologi
4.
Hakikat Sosiologi Sebagai Ilmu
5.
Hubungan Sosiologi dan Gejala Sosial
B.
Fungsi dan Manfaat Sosiologi
Sebagai Ilmu yang
Mengkaji
1.
Pengertian Sosiologi
Apa itu sosiologi?
Setelah merenungkan mengenai kerja bakti yang ada di lingkungan masyarakat
serta tindakan tolong menolong antar masyarakat membuat kita sedikit mengetahui
mengenai sosiologi. Pernahkah terlintas dibenak kalian ketika manusia hanya
hidup sendiri tanpa ada orang lain disekitarnya, apa yang akan terjadi? Ya
tentunya akan sangat sulit ketika kita hidup sendiri tanpa bantuan dan tanpa
adanya interaksi dengan orang lain. Manusia itu adalah mahluk yang unik karena
berbeda satu sama lain, bahkan manusia yang memiliki kembar identikpun pasti
memiliki perbedaan, baik perbedaan fisik, perilaku, kemampuan, dan lain
sebainya.
Pernahkah kamu berpikir mengapa setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda? Mengapa orang melakukan hubungan dengan orang lain? Jika kita mau melihat masyarakat lebih kritis, terdapat tingkatan-tingkatan di dalamnya. Inilah sosiologi. Dengan kata lain, asal mula terbentuknya sosiologi atas dasar keinginan untuk memahami manusia itu sendiri dari segi sosialnya (masyarakat). Istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata socius dan logos (Soerjono Soekanto: 1990). Socius artinya teman atau kawan dapat juga diartikan sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat dan logos artinya berbicara, mengajar atau ilmu. Dengan demikian, secara sederhana sosiologi berarti ilmu tentang hubungan antarteman. Secara umum, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.
Dalam arti yang lebih
luas, sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di
dalam masyarakat. Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadian-kejadian dalam
masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk
mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Istilah sosiologi pertama kali
digunakan Auguste Comte untuk mempelajari keadaan masyarakat Eropa pada saat
itu. Sosiologi sebagai ilmu mulai dikenal sejak abad ke-19 dengan melepaskan
diri dari filsafat. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam
masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan.
Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk,
tumbuh, dan berubahnya kumpulan-kumpulan manusia yang hidup bersama itu, serta kepercayaan,
keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam
tiap persekutuan hidup manusia.
Singkatnya, sosiologi
merupakan ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia
sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari
golongan atau masyarakat), serta ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan
atau agama, tingkah laku, dan kesenian atau kebudayaan masyarakat tersebut.
2.
Teori – Teori Sosiologi
Setelah membahas
mengenai pengertian sosiologi yang bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa sosiologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, dinamika sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan industrialisasi,
sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu sosiologi. Beberapa persoalan seperti
munculnya kelas-kelas sosial, berkembangnya kriminalitas, berkembangnya
urbanisasi, berkembangnya kemiskinan, dan lain sebagainya mendapat perhatian
secara serius oleh para sosiolog melalui kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian
yang dilaksanakan secara terus menerus seperti itulah yang mendorong
berkembangnya ilmu sosiologi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa
teori-teori sosiologi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh sosiologi di dunia
yang populer sampai saat ini.
a.
Auguste Comte
Taukah kalian bahwa tokoh yang pertama kali
memberikan nama sosiologi adalah Auguste Comte. Auguste Comte (nama
panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir pada tanggal 19 januari 1798 di Kota Montpellier di Perancis
Selatan (Pickering, 1993: 7).
Berkat jasa-jasanya yang besar dalam
meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi, Auguste Comte dianggap sebagai Bapak
Sosiologi. Menurut pemikirannya, sosiologi terdiri atas dua bagian penting,
yaitu social
statistic dan social dynamics. Sebagai social statistic, sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga
sosial. Sedangkan sebagai social dynamics, sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan lembaga-lembaga sosial
yang ada di tengah tengah masyarakat.
Comte percaya bahwa
pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan
kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya tentang Teori
Tiga Tahap Perkembangan. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga
tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
1)
Tahap teologis
Pada tahap teologis
ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa
adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam. Kuasa-kuasa ini
dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia.
Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada
makhluk-makhluk selain insani. Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan Tuhan,
Roh, dan Dewa-Dewa
Contoh: Sebagaian
masyarakat Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya
kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
2) Tahap
metafisis
Pada tahap ini pengetahuan
manusia berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip abstrak yang
menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati. Tahap ini bisa juga disebut
sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya
merupakan varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini
dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian
atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang
bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme
itu misalnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat
disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.
Pada tahap metafisik
manusia mempercayai kekuatan alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum
berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala.
Contoh: percaya kepada
batu besar, pohon, dan lain sebagainya
3)
Tahap positif
Tahap positifis yaitu
tahap dimana pengetahuan manusia berdasar atas fakta-fakta. Pengetahuan positif
adalah pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia. Pada tahap ini manusia
telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu
pengetahuan.
b.
Herbert Spencer
Tokoh selanjutnya yang akan kita bahas adalah
Herbert Spencer. Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota kecil Derbyshire,
Midland, Inggris. Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Herbert Spencer, mengetengahkan sebuah teori tentang
“evolusi sosial”, yang hingga kini masih dianut walaupun di sana-sini ada
perubahan. Ia menerapkan secara analog teori Darwin mengenai “teori
evolusi” terhadap masyarakat manusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi
dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.
Soekanto (1990:484-485)
mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan
dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi
dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena
usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan,
keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan peristiwa di dalam
sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Soekanto (1990:345-347),
teori tentang evolusi dapat dikategorikan dalam tiga kategori:
1)
Unilinear
theories of evolution.
Teori ini berpendapat bahwa
manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan
melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih
kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler).
Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan Herbert Spencer.
Variasi teori ini adalah Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo
Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap
perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui
berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan
teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang
melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan
tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
2)
Universal
theory of evolution.
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu
yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.
Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa
masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun susunannya dari
kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
3) Multilined theories of evolution.
Teori ini lebih menekankan pada
penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi
masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata
pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam
masyarakat.
Tahap-tahap dalam
proses evolusi sosial dengan tipe-tipe masyarakat, dibagi oleh Spencer menjadi
tiga bagian sebagai berikut.
1)
Tipe Masyarakat
Primitif
Pada masyarakat primitif dikatakan bahwa belum ada diferensiasi dan spesialisasi fungsional. Pembagian kerja masih sedikit. Hubungan kekuasaan belum jelas terlihat. Masyarakat dengan tipe ini sangat tergantung kepada lingkungan. Kerja sama sudah terjadi dengan spontan dan didukung oleh hubungan kekeluargaan.
2)
Tipe Masyarakat
Militan
Pada masyarakat militan
ini, heterogenitas sudah mulai meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk
atau karena penaklukan. Hal yang penting ialah koordinasi tugas-tugas yang
dikhususkan, dilakukan dengan paksaan. Cara ini memerlukan sistem-sistem atau
bagian-bagian yang dapat mengatur dirinya sendiri. Kerja sama yang tidak
sukarela ini dijamin keberlangsungannya oleh seorang pemimpin, kemudian oleh
negara secara nasional. Pengendalian oleh negara terbatas pada produksi,
distribusi, dan pada bidang-bidang kehidupan.
3)
Tipe Masyarakat
Industri
Pada masyarakat
industri bercirikan suatu tingkat kompleksitas yang sangat tinggi, yang tidak
lagi dikendalikan oleh kekuasaan negara. Sebagai penggantinya masyarakat mengendalikan
diri sendiri, seperti hak menentukan diri sendiri, kerja sama sukarela, dan
keseimbangan berbagai kepentingan. Kondisi ini mengakibatkan individualisasi yang
ditandai dengan berkurangnya campur tangan pemerintah daerah.
c.
Emile
Durkheim
Sosiolog
besar ini dilahirkan di Epinal suatu perkampungan kecil orang Yahudi di Bagian
timur Prancis yang agak terpencil dari masyarakat luas pada tanggal 15 April
1858. Empat buah buku ditulis Durkheim untuk mengukuhkan dirinya sebagai
sosiolog besar, buku pertama ialah disertasi doktornya dari Unversitas Sorbone
berjudul One the Division of Social Labor
yang diterbitkan tahun 1893, Buku kedua berjudul The Rules of Sociological Method terbit tahun 1895, buku ketiga
berjudul Suicide terbit tahun 1897,
dan buku keempat berjudul The Elementary
forms of Religious life terbit tahun 1912.
Menurut Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari fakta sosial. Tahukah kamu apakah fakta sosial itu? Fakta sosial adalah
setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang dapat melakukan
pemaksaan terhadap individu. Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu.
Fakta sosial bisa berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang
memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu. Fakta
sosial bersifat umum, dalam arti tersebar merata dan menjadi milik kolektif,
bukan sekadar hasil penjumlahan beberapa fakta individu. Contohnya hukum, adat
istiadat, dan cara berpakaian.
Dalam mengkaji masyarakat, Durkheim lebih
menekankan pada kesadaran kolektif (collective
consciousness) sebagai dasar dari suatu keteraturan sosial atau lebih
menekankan pada kerja sama yang mencerminkan konsensus moral sebagai proses sosial
yang paling mendasar.
Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat dan
memberinya kejelasan serta identitas tersendiri, Durkheim menyatakan bahwa
pokok bahasan sosiologi haruslah berupa studi atas fakta sosial. Secara
singkat, fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai
yang berada di luar dan memaksa aktor.
Hal yang penting dalam pemisahan sosiologi dari
filsafat adalah ide bahwa fakta sosial dianggap sebagai “sesuatu” dan
dipelajari secara empiris. Artinya, bahwa fakta sosial mesti dipelajari dengan
perolehan data dari luar pikiran kita melalui observasi dan eksperimen.
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak,
baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan
eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara
bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama
keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.
Durkheim berpendapat bahwa fakta sosial tidak
bisa direduksi kepada individu, namun mesti di pelajari sebagai realitas
mereka. Durkheim menyebut fakta sosial dengan
istilah latin sui generis, yang berarti “unik”. Durkheim menggunakan
istilah ini untuk menjelaskan bahwa fakta sosial memiliki karakter unik yang
tidak bisa direduksi menjadi sebatas kesadaran individual. Jika fakta sosial
dianggap bisa dijelaskan dengan merujuk pada individu, maka sosiologi akan
tereduksi menjadi psikologi.
Selain
teori mengenai fakta sosial dan kesadaran kolektif Durkheim juga
mengemukakan gagasanya mengenai solidaritas yang ada di masyarakat. Durkheim
melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas dengan
membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanis yang merupakan
tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan biasanya ditemui pada
masyarakat sederhana (desa) dan solidaritas organis yang ditandai dengan adanya
saling ketergantungan antarindividu atau kelompok lain (masyarakat kota),
masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Lambat laun ada pembagian
kerja di dalam masyarakat (munculnya diferensiasi dan spesialisasi) semakin
berkembang sehingga solidaritas mekanis berubah menjadi solidaritas organis.
Pada masyarakat dengan solidaritas organis masing-masing anggota masyarakat
tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh
saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organis
merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling
bergantung seperti bagian-bagian suatu organisme biologis. Berbeda dengan
solidaritas mekanis yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas
organis didasarkan pada akal dan hukum.
Teori yang terkenal dari Durkheim yang
selanjutnya adalah mengenai bunuh diri. Emile Durkheim memilih studi bunuh diri
karena persoalan ini relative merupakan fenomena kongkrit dan sfesifik, dimana
tersedia data yang bagus cara komperatif .akan tetapi , alasan utama Durkheim
untuk melakukan studi bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin
sosiologi . Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa
negara di Eropa.
Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam :
1) Bunuh
diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoitis dapat
ditemukan dalam masyarakat atau kelompok dimana individu tidak berinteraksi
dengan baik dalam unit sosial yang luas . Lemahnya integrasi ini melahirkan
perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat ,
2) Bunuh
Diri Altruistis
Terjadi ketika intergrasi sosial yang
sangat kuat, secara harfiah dapat di katakan individu terpaksa melakukan bunuh
diri. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim
Jones di jonestown, Guyana pada tahun 1978. Contoh lain bunuh diri di jepang
(harakiri).
3) Bunuh
Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi
masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa
tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas
berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan. Bunuh diri
ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi normal lama tidak berlaku
lagi sementara norma baru di kembangkan (tidak ada pegangan hidup).
4) Bunuh
Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi
meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini
seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan
oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.
d. Max Weber
Max Weber lahir di
Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah,
filsafat, teologi dan mengajar disiplin ilmu-ilmu tersebut di berbagai
universitas di Jerman. Serta terus menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu
sosiologi yang saat itu masih berusia muda. Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism yang berisi hubungan antara Etika Protestan dalam hal ini Sekte
Kalvinisme dengan munculnya perkembangan kapitalisme. Menurut Weber, ajaran
Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras dengan harapan dapat
menuntun mereka ke surga dengan syarat bahwa keuntungan dari hasil kerja keras
tidak boleh untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya. Hidup sederhana
dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini semakin
makmur karena keuntungan yang dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal. Dari
sinilah menurut Weber kapitalisme di Eropa berkembang pesat.
Selain teori etika protestan, Max Weber juga mengemukakan teori verstehen yang
sangat terkenal. Baginya,
sosiologi adalah ilmu yang memiliki kelebihan daripada ilmuan alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan
sosiolog untuk memahami fenomena sosial, sementara ilmuan alam tidak dapat
memperoleh pemahaman serupa tentang perilaku atom atau ikatan kimia. Kata
pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen.
Dengan kata lain verstehen adalah suatu metode pendekatan yang berusaha untuk
mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan historis.
Pendekatan ini bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh
jaringan makna yang dibuat oleh para aktor yang terlibat di dalamnya.
e.
Karl
Marx
Lahir
di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun
1814 mengakhiri studinya di Universitas Berlin. Karena pergaulannya dengan orang-orang
yang dianggap radikal terpaksa mengurungkan niat untuk
menjadi pengajar di Universitas dan menerjunkan diri ke kancah politik.
Sumbangan utama Marx
bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial yang tertuang dalam
tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich
Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan
kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan
dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang
yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak memiliki
alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas
borjuis (majikan). Menurut Marx, suatu saat kelas proletar akan menyadari
kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat
tanpa kelas. Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang
stratifikasi dan konflik sosial tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan
sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.
3.
Objek Kajian Sosiologi
Sebagai bagian dari
ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antarmanusia dan proses yang timbul
akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat
tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat,
juga proses runtuhnya sistem hubungan antarmanusia. Dengan demikian, objek
sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material
sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan
antarmanusia yang memengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia.
Objek formalnya meliputi:
a.
pengertian
tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dalam
kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah;
b.
meningkatkan
keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;
c.
meningkatkan
kerja sama antarmanusia.
Tahukah kalian
bahwa kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang dikaji dalam sosiologi
Dilihat dari objeknya
tersebut, jelaslah bahwa tujuan sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan
manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Jadi, objek formalnya
tersebut berfungsi sebagai penuntun adaptasi di masyarakat. Mengembangkan pengetahuan
yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat di manfaatkan
secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial (problem solving). Contohnya, jika seseorang ingin menjalin
hubungan dengan masyarakat lain, selayaknya ia harus mempelajari dahulu sifat
dan karakter masyarakat tersebut. Dengan mengetahui sifat dan karakter individu
lain, serta kebiasaan di masyarakat, akan memudahkan seseorang untuk
bersosialisasi dan berinteraksi. Bisa digambarkan bahwa objek sosiologi ibarat
seseorang yang memancing. Ikan, pancing dan cara-cara memancing sudah diberitahukan
sebelumnya. Orang tersebut tinggal menggunakan cara-cara dan pancing untuk mendapatkan
ikannya. Jadi objek sosiologi terdiri atas masyarakat dan nilai-nilai aturan
yang sudah ada.
4.
Hakikat Sosiologi Sebagai Ilmu
Apabila kita berbicara
mengenai ilmu pengetahuan, apa yang terlintas dalam pikiranmu? Suatu mata pelajaran. Memang tidak dapat dipungkiri
dari sekian banyak mata pelajaran yang kita
pelajari di sekolah adalah ilmu pengetahuan. Ini berarti ilmu pengetahuan
yang ada di dunia jumlahnya sangat
banyak. Lantas, dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, bagaimana
kita mempelajarinya? Para ahli telah memikirkan semua itu, sehingga dibuatlah
pengelompokan ilmu pengetahuan. Pengelompokan tersebut secara umum yaitu ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian dan didasarkan pada
tujuan pengkajiannya. Ilmu pengatahuan yang didasarkan atas objek atau bidang
kajian antara lain, ilmu pengetahuan alam (natural
sciences), ilmu pengetahuan sosial (social
sciences), dan ilmu pengetahuan budaya (humanistics
study). Sementara Ilmu pengatahuan yang didasarkan pada tujuan
pengkajiannya dikelompokkan menjadi ilmu murni (pure sciences) dan ilmu terapan
(applied sciences).
(applied sciences).
Menurut Soerjono Soekanto,
ilmu pengetahuan dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika), pengetahuan
mana haruslah objektif, artinya selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis
oleh orang lain. Jadi, tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu,
melainkan hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannyalah
yang disebut dengan ilmu pengetahuan.
Apakah sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan? Sejak pertama dicetuskan istilah sosiologi, para
pelopor sosiologi beranggapan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan.
Namun apakah hal itu benar? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat syarat-syarat
sebuah ilmu pengetahuan. Menurut para ahli, syarat ilmu pengetahuan adalah
sebagai berikut:
a.
Kumpulan
pengetahuan (knowledge).
b.
Tersusun secara
sistematis.
c.
Menggunakan
pemikiran (logis dan rasional).
d.
Terbuka terhadap
kritik (objektif).
Apakah syarat-syarat di
atas dimiliki oleh sosiologi? Mari kita telaah bersama-sama. Sosiologi
merupakan pengetahuan tentang fenomena masyarakat, seperti interaksi sosial,
aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat, pertikaian atau konflik, perubahan
sosial, dan sebagainya. Sosiologi tersusun secara sistematis. Artinya mempunyai
sistematika tertentu dengan unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan.
Misalnya, pembahasan tentang interaksi sosial mempunyai kaitan dengan norma
sosial karena interaksi sosial membutuhkan aturan-aturan tertentu. Meskipun
demikian, sistematika yang dimaksud dalam pembahasan sosiologi itu bersifat
dinamis yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sosiologi merupakan
hasil pemikiran yang biasanya bersumber dari fakta-fakta atau kejadian-kejadian
yang ada dalam masyarakat. Pada bagian sejarah perkembangan sosiologi sudah
terlihat jelas munculnya sosiologi sebagai hasil dari pemikiran para ahli
terhadap situasi dan kondisi masyarakat. Fenomena masyarakat itu dikaji oleh
pikiran, bukan oleh perasaan. Setiap kajian sosiologi, misalnya perubahan
sosial, akan dimulai dengan pertanyaan mengapa terjadi perubahan dalam masyarakat?
Siapa yang melakukan perubahan? Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya
perubahan? Dan sejumlah pertanyaan lain yang dijawab dengan menggunakan
pikiran. Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi, dan pemikiran sosiologi
dapat ditelaah oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, sosiologi dikatakan
bersifat objektif. Namun apabila terjadi perbedaan pandangan dalam suatu
fenomena yang terjadi di masyarakat, hal itu karena adanya perbedaan paradigma
atau perbedaan sudut pandang. Dan sosiologi tidak mempermasalahkan adanya
perbedaan itu. Sosiologi telah memenuhi syarat-syarat ilmu seperti dikemukakan
di atas. Oleh karena itulah sosiologi dapat disebut sebagai ilmu. Sosiologi
sebagai ilmu berdiri sendiri yang objeknya masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan telah memenuhi syarat-syarat ilmu tersebut. Oleh karena itu,
sosiologi dapat disebut sebagai ilmu. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri di mana objeknya adalah masyarakat. Menurut
Harry M. Johnson dalam bukunya Sosiology: A Systemic Introduction (1967),
setiap ilmu mempunyai karakteristik yang khas. Begitu juga sosiologi,
karakteristik (ciri-ciri) keilmuan sosiologi sebagai berikut:
a.
Sosiologi
bersifat empiris, artinya sosiologi itu mendasarkan diri pada observasi dan penalaran,
bukan atas dasar wahyu atau hasil spekulasi.
b.
Sosiologi
bersifat teoritis, artinya sosiologi berusaha memberi ikhtisar (summary)
yang menunjukkan hubungan pernyataan atau proporsi-proporsi secara logis.
c.
Sosiologi
bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibangun atas dasar teori yang
sudah ada. Teori-teori baru yang lebih besar dan luas, pada dasarnya merupakan
penyempurnaan teori-teori yang sudah ada.
d.
Sosiologi
bersifat nonetis, artinya sosiologi bukan ajaran tentang tata susila. Para
sosiolog tidak membicarakan apakah suatu tingkah laku sosial itu baik atau
buruk. Tugas seorang sosiolog adalah mengungkap atau menerangkan tindakan
sosial sebagai fakta sosial.
Selain itu, apabila
dilihat dari sifat hakikatnya, sosiologi mempunyai beberapa karakteristik.
Dimana karakteristik-karakteristik tersebut mampu menentukan ilmu pengetahuan
macam apakah sosiologi tersebut. Sifat hakikat sosiologi sebagai berikut:
a.
Sosiologi
merupakan ilmu sosial bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan
kerohanian.
b.
Sosiologi
bersifat kategoris dan bukan normatif, artinya sosiologi membatasi diri pada
apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau
seharusnya.
c.
Sosiologi
merupakan ilmu murni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan.
5.
Hubungan Sosiologi dan Gejala Sosial (Realitas
Sosial)
Tahukah kalian apa
hubungan antara sosiologi dengan gejala sosial? Kalian pasti bertanya-tanya apa
itu gejala sosial? Sebelum kita membahas mengenai gejala sosial, terlebih
dahulu kita akan membahas mengenai apa yang dipelajari oleh ilmu sosiologi. Apa
yang dipelajari sosiologi terhadap sifat-sifat manusia adalah pola-pola
hubungan dalam masyarakat dan mencari pengertian-pengertian umum secara rasional
dan empiris. Oleh karena itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala-gejala atau
fenomena masyarakat dan kebudayaannya yang normal atau teratur. Dengan kata
lain gejala sosial merupakan segala sesuatu yang dibuat maupun dilakukan oleh
manusia dalam lingkungan kehidupannya.
Sebagai kumpulan
makhluk yang dinamis, masyarakat cenderung untuk melakukan perubahan sehingga
tidak selamanya gejala-gejala itu tetap dalam keadaan yang normal.
Gejala-gejala tersebut dikenal sebagai realitas sosial budaya di masyarakat. Realitas
sosial budaya adalah isi dasar sosiologi, yaitu kenyataan kehidupan sosial, berikut
akan dijelaskan lebih lanjut mengenai apa sajakah bentuk-bentuk realitas sosial
dalam sosiologi.
a. Masyarakat
Manusia di dunia
ini merupakan bagian dari masyarakat tertentu, bisakah kalian menjelaskan
pengertian masyarakat? Jika belum maka akan dijelaskan mengenai pengertian
masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau
saling berinteraksi secara tetap dan memiliki kepentingan yang sama. Literatur
lain memberikan pengertian tentang masyarakat sebagai sistem sosial, yaitu
sebagai organisme yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung karena
memiliki fungsinya masing-masing dalam keseluruhan. Bagian-bagian yang
dimaksud, menurut Emile Durkheim merupakan suatu kenyataan objektif individu-individu
yang merupakan anggota-anggotanya. Pengertian lain tentang masyarakat, juga
dikemukakan Paul B. Horton. Menurutnya masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami
suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian
besar kegiatan dalam kelompok itu. Pada bagian lain, Horton mengemukakan bahwa
masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu dengan
lainnya. Berikut ini dijelaskan ciri-ciri dari konsep tentang masyarakat.
1)
Manusia yang
hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2)
Bercampur atau
bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan
manusia-manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
3)
Sadar bahwa
mereka merupakan satu kesatuan.
4)
Merupakan suatu
sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena
mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
5)
Melakukan
sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
b. Organisasi Sosial
Negara dan bangsa
merupakan salah satu contoh bentuk kelompok sosial yang memiliki jumlah anggota
terbesar. Kelompok sosial atau organisasi sosial merupakan pokok perhatian
utama sosiologi dewasa ini. Setiap individu adalah anggota masyarakat dalam
suatu organisasi sosial. Organisasi sosial adalah cara-cara perilaku anggota
masyarakat yang terorganisasi secara sosial. Dalam organisasi sosial terdapat
tindakan yang saling terkait dan tertata melalui aktivitas sosial, susunan
kerja suatu masyarakat, dan aspek kerja sama yang menggerakkan tingkah laku
para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu. Dengan demikian, dalam
organisasi sosial terdapat unsur-unsur, seperti kelompok dan perkumpulan,
lembaga-lembaga sosial, peranan-peranan, dan kelas-kelas sosial. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya bahwa kelompok merupakan himpunan dari beberapa orang
individu yang satu sama lain saling berhubungan secara teratur, saling
memperhatikan, dan secara sadar adanya manfaat bersama. Sebagai ciri yang
mendasar dari kelompok yaitu dengan adanya sesuatu hal yang dianggap milik
bersama.
Kenyataannya dalam
kehidupan masyarakat, kita dapat menemukan bermacam-macam jenis kelompok
sosial, mulai dari keluarga, masyarakat desa, masyarakat kota, sampai bangsa dan
lainnya. Dalam organisasi sosial atau kelompok sosial, juga dikenal adanya lembaga
sosial. Di dalam sosiologi yang dimaksud dengan lembaga sosial (institusi
sosial) adalah suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan
norma-norma saling berkaitan yang telah disusun guna mencapai suatu tujuan atau
kegiatan dan oleh masyarakat dianggap penting. Jadi, lembaga adalah
proses-proses yang tersusun untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu,
misalnya lembaga agama. Lembaga agama tersebut bukan sekelompok orang,
melainkan suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktik, dan hubungan. Lembaga sekolah
bukan sekelompok siswa, melainkan mendidik para anggota suatu kelompok dan
melestarikan warisan budaya dalam kehidupan suatu masyarakat. Lembaga
perkawinan berfungsi kontrol terhadap pola relasi seks dan melahirkan generasi
baru.
c. Interaksi sosial
Apakah
interaksi sosial itu? Amatilah gambar di samping. Apa yang dilakukan sekelompok
orang itu? Setiap hari kita sering melakukannya. Pernahkah kamu berbincang
dengan temanmu atau mengikuti suatu pertandingan atau kompetisi? Ketika kamu
melakukan semua itu, berarti kamu telah melakukan interaksi sosial. Lantas, apa
itu interaksi sosial? Pada dasarnya, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
antara individu dan individu, antara individu dan kelompok individu, dan
hubungan timbal balik antara kelompok individu dengan kelompok individu yang
lain. Di sisi lain interaksi sosial dapat diartikan suatu bentuk aktivitas individu
dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam interaksi sosial senantiasa berpedoman pada
sistem tata nilai yang berlaku dalam masyarakat yang biasa disebut norma dan
nilai sosial
d. Dinamika Sosial
Secara umum, tidak ada
masyarakat yang bersifat statis (tetap). Dihadapkan pada salah satu kebutuhan
primer saja, misalnya kebutu han untuk makan, maka manusia harus bekerja.
Dinamika sosial merupakan telaah terhadap adanya perubahan-perubahan dalam
realitas sosial yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Beberapa konsep
yang berhubungan dengan dinamika sosial adalah sebagai berikut:
1)
Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial
atau gerak sosial didefinisikan sebagai perpindahan orang atau kelompok dari
strata sosial ke strata yang lain dan dari satu lapisan ke lapisan sosial lain.
Dengan kata lain, seseorang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu
lapisan ke lapisan lain, baik menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah
dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan.
Dengan demikian, perpindahan ini memiliki dua arah, yaitu ke arah atas (mobilitas
vertikal naik) dan ke arah bawah (mobilitas vertikal turun).
2)
Penyimpangan
Sosial
Baik dalam
proses maupun hasil dari perubahan, tidak selamanya sesuai dengan hal yang diinginkan
masyarakat atau terjadi penyimpangan. Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang
oleh sejumlah besar orang yang perilaku
tersebut dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
3)
Pengendalian
Sosial
Pengendalian
sosial atau disebut pula “pengawasan sosial” yaitu segenap cara dan proses yang
ditempuh oleh masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan
harapan masyarakat itu sendiri. Sikap dan perilaku tiap individu bisa
diselaraskan dengan sikap sosial atau kesepakatan yang ada dalam masyarakat.
e. Sosialisasi
Coba kamu amati gambar di samping! Apa yang kamu ketahui tentang gambar tersebut? Itulah contoh sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu proses pergaulan seseorang terhadap banyak orang di dalam masyarakat. Proses ini berlangsung pada setiap orang seumur hidupnya mulai dari lahir hingga meninggalnya. Melalui proses ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang akan membekali individu tersebut dalam pergaulannya. Bermain, belajar di sekolah, bergaul dengan teman-teman, membaca koran, menonton TV, merupakan contoh-contoh aktivitas kita dalam sosialisasi. Ketika kita mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya dalam masyarakat, berarti kita telah berhasil melakukan proses sosialisasi dengan masyarakat sekitar.
f. Nilai dan Norma
Dalam interaksi sosial
senantiasa berpedoman pada nilai dan norma.
Apa itu nilai dan norma? Adakah
sebagian dari kalian mengetahuinya?
Cobalah kemukakan di depan kelas!
Pada hakikatnya, nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh
suatu kelompok masyarakat. Oleh karenanya nilai digunakan sebagai pedoman
tingkah laku. Sedangkan norma merupakan perwujudan konkret dari nilai sosial.
Norma dibuat agar warga masyarakat melaksanakan nilai-nilai yang ada. Oleh
karena itu, dalam norma terdapat sanksi-sanksi bagi pelanggarnya. Pada
hakikatnya sanksi merupakan alat untuk menekan atau memaksa
warga masyarakat mematuhi nilai-nilai yang telah disepakati. Secara garis besar
terdapat empat macam norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, yaitu norma
agama, adat/kebiasaan, kesusilaan/kesopanan, dan hukum.
B.
Fungsi dan Manfaat Sosiologi
Sebagai Ilmu yang
Mengkaji Gejala Sosial
Sosiologi dan Sosiolog
banyak memberikan peranan dalam pembangunan
bangsa. Bagaimana peran sosiolog dan sosiologi bagi masyarakat?
Setiap masyarakat akan
berusaha untuk mempertahankan identitas budayanya. Apabila terjadi proses perubahan
budaya yang tidak sesuai dengan identitas budaya dan sosialnya maka akan
menimbulkan masalah sosial. Masyarakat memiliki ciri khas, sistem, adat
istiadat, norma yang berbeda-beda dan kompleks. Dengan demikiam masalah sosial
yang setiap masyarakat berbeda-beda pula. Masalah sosial adalah adanya
ketidaksesuaian unsur-unsur yang ada dalam mesyarakat.
Sebagai contoh
masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat adalah: kemiskinan
(masyarakat yang miskin ilmu, miskin pengetahuan, miskin keterampilan, miskin
pekerjaan), kejahatan, prilaku menyimpang, masalah kependudukan, masalah
pelanggaran nilai dan norma masyarakat Apabila setiap masalah sosial yang terjadi
di masyarakat tidak dapat diselesaikan maka akan mengancam keutuhan masyarakat
tersebut yang pada akhirnya akan mengancam kepentingan bangsa dan negara.
Masalah sosial akan menimbulkan konflik dan ketidakteraturan sosial. Dalam
negara yang sedang membangun sosiologi bermanfaat untuk kepentingan pembangunan
negara. Proses pembangunan negara ditujukan untuk memberikan kesejahteraan
lahir dan batin masya-rakat, menjaga keutuhan atau integrasi bangsa. Penelitian
sosiologi memberikan bantuan kepada masyarakat dalam memecahkan masalah-masa-lah
sosial sebagai metode-metode preventif dan metode represif.
Adapun
fungsi dari sosiologi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Untuk
pembangunan. Sosiologi berfungsi untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembangunan. Pada tahan perencanaan
yang dibutuhkan ialah penjelasan mengenai kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan,
yang harus dicermati ialah kekuatan sosial masyarakat serta proses perubahan
sosial. Dan pada tahap penilaian, yang harus dilakukan adalah analisis terhadap
dampak pembangunan.
b.
Untuk
penelitian. Dengan adanya penelitian, akan didapat suatu rencana penyelesaian masalah
sosial yang baik. Di negara yang sedang berkembang peran sosiologi sangat dibutuhkan.
Dari data yang dihasilkan melalui penelitian sosiologis, para pengambil keputusan
dapat menyusun rencana penyelesaian suatu permasalahan sosial.
Sebagai ahli ilmu
kemasyarakatan, para sosiolog sangat berperan dalam membangun masyarakat
terutama di daerah yang sedang berkembang. Bentuk dari peran sosiolog adalah
sebagai berikut:
a.
Sosiolog sebagai
ahli riset
Seperti ilmuan lainnya,
seorang sosiolog berfokus pada pengumpulan dan penggunaan data. Proses tersebut
dilakukan melalui riset ilmiah dengan tujuan untuk mencari data kehidupan
masyarakat yang memuat pola-pola, kecenderungan, dan kemungkinan yang paling
mungkin terjadi. Semua hal tersebut kemudian sosiolog dalam membuat prediksi yang
didasarkan pada fakta-fakta mengenai realita sosial yang ada dan berkemabang
dalam masyarakat.
b.
Sosiolog sebagai
konsultan kebijakan
Hasil dari riset ilmiah
yang dilakukan oleh para sosiolog pada dasarnya mengahsilkan sebuah presiksi kondisi
sosial. Presiksi sosial tersebut kemudian dapat dijadikan dasar dalam merancang
dan menetapkan kebijakan. Sehingga, dalam pembuatan kebijakan pengaruh atau
dampak yang ditimbulkan baik itu positif maupun negatif dapat lebih awal diketahui.
c.
Sosiolog
sebagai praktisi
Beberapa
sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka
memberikan saran-saran, baik dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan masyarakat,
hubungan antar karyawan, masalah moral, maupun hubungan antar kelompok dalam
organisasi. Dalam konteks tersebut, sosiolog berperan sebagai ilmuan terapan
yang menggunakan pengetahuan ilmiahnya untuk mencari nilai-nilai tertentu,
seperti efisiensi kerja, evektifitas program, atau
kegiatan kemasyarakatan.
d.
Sosiolog
sebagai guru atau pendidik
Mengajar
merupakan kegiatan yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Sebagai pendidik,
sosiolog berperan dalam mengajarkan dan mengembangkan sosiologi sebagai ilmu
di berbagai bidang dengan memberikan contoh-contoh yang terdapat di masyarakat.
Sesungguhnya, studi
sosiologi sangat penting bagi kita sebagai makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Mengapa? Sosiologi mempelajari
berbagai hubungan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Agar
hubungan itu berjalan dengan baik, tertib, lancar, dan bisa mencapai tujuan
yang diinginkan, maka dalam hidup bermasyarakat tersebut manusia menciptakan
berbagai norma, nilai, dan tradisi sebagai pengatur sekaligus pedoman bagi
anggota masyarakat dalam bersikap dan bertingkah laku. Namun demikian tidak
jarang muncul perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat, sehingga melahirkan perilaku menyimpang dan konflik
di antara anggota masyarakat.
Uraian yang telah kita bahas
bersama menunjukkan bahwa sosiologi pada dasarnya berbicara mengenai kita serta
masyarakat di mana kita hidup dan melakukan interaksi. Manfaat apa yang dapat
kamu petik dan rasakan dengan mempelajari sosiologi?
Berikut ini disebutkan
beberapa manfaat mempelajari sosiologi.
a.
Dengan
mempelajari sosiologi, kita akan dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri
kita, baik sebagai pribadi maupun (dan terutama) sebagai anggota kelompok atau
masyarakat.
b.
Sosiologi
membantu kita untuk mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat, serta dapat
melihat ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
c.
Sosiologi
membantu kita mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk interaksi sosial
yang terjadi dalam masyarakat, baik antarindividu, antarkelompok, maupun antarindividu
dan kelompok.
d.
Sosiologi
membantu mengontrol dan mengendalikan tindakan dan perilaku sosial tiap anggota
masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
e.
Dengan bantuan
sosiologi, kita akan semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain, serta memahami
perbedaan-perbedaan yang ada. Tanpa hal itu perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat
akan menjadi alasan untuk timbulnya konflik di antara anggota masyarakat.
f.
Akhirnya, bagi
kita sebagai generasi penerus bangsa, mempelajari sosiologi membuat kita lebih
tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang
dewasa ini semakin kompleks, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang
tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari.
Daftar Pustaka
Budiarti, Atik Catur. (2009). Sosiologi Kontekstual : Untuk SMA & MA
Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Laning, Vina Dwi. (2009). Sosiologi: untuk SMA/MA kelas X. Jakarta
: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Pickering,
Mary. 1993. Auguste Comte: an
Intellectual Biography. Vol. 1. Cambridge. Eng: Cambridge University Press.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas
J. 2007.Teori Sosiologi Modern (Edisi VI). Jakarta: Kencana.
Sri, Sudarmi dan Indriyanto, W.
(2009). Sosiologi 1 : Untuk Kelas X SMA
dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sukanto, Soerjono. (1990). Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Syuro, Mat. (2011). Reinterpretasi dari
Program Pembinaan ke Pemberdayaan dalam Pelestarian Ekologi Suku Terasing di
Indonesia (Studi Kasus Suku Kubu di Sumatera). Jurnal Bumi Lestari. Volume 11 No. 1. hlm. 178 – 189.
Waluya, Bagja. (2009). Sosiologi 1 : Menyelami Fenomena Sosial di
Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
0 Response to " Fungsi Sosiologi Untuk Mengkaji Gejala Sosial di Masyarakat"
Post a Comment