RANGKUMAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI PENELITIAN KUALITATIF
Friday, 13 June 2014
Add Comment
RANGKUMAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI KELOMPOK
Merokok adalah sebuah
tindakan melakukan atau mengkonsumsi rokok dalam kehidupan sehari-hari. Merokok
bukanlah sebuah tindakan yang salah jika memperhatikan tempat-tempat dimana
orang boleh bebas merokok, atau dimana tempat yang memang tidak boleh untuk
merokok, karena tidak semua tempat boleh dijadikan sebagai tempat-tempat
merokok, hal ini khususnya ada ditempat yang umum, dalam arti fasilitas umum
atau fasilitas public. Seperti rumah sakit, sekolah, kampus, dan tempat-tempat
lainnya.
Merokok di tempat yang
merupakan fasilitas public diatur dengan jelas dalam undang-undang, ada sanksi
dan hukuman yang jelas bagi para pelanggarnya. Hal ini biasanya jika mereka
merokok bukan di area untuk merokok atau ruangan untuk merokok yang memang selalu
disediakan ditempat-tempat pelayanan public tersebut, sehingga orang tidak
sembarangan merokok agar asap rokok tidak mengganggu orang lain.
Kami tertarik melakukan
observasi sederhana mengenai perilaku merokok dilingkungan fakultas ilmu
sosial, yang merupakan fasilitas public yang seharusnya merokok hanya dilakukan
ditempat-tempat tertentu, tetapi banyak ditemukan mahasiswa yang dengan
seenaknya sendiri merokok disembarang tempat. Meskipun mereka melanggar aturan
yang ada tetapi belum ada sanksi atau hukuman yang jelas bagi mereka yang
melanggar hal tersebut, pihak fakultaspun terkesan membiarkan hal itu terjadi
begitu saja, pihak fakultas hanya member peringatan preventif dan belum
melakukan tindakan represifnya. Kami tertarik mengkaji apa saja yang mendasari
para mahasiswa merokok dilingkungan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Banyak sekali alasan yang
terkuak ketika kami melakukan wawancara maupun observasi dilingkungan FIS UNY,
saya akan menjabarkan beberapa temuan yang didapatkan ketika wawancara maupun
saat observasi, hal pertama dan yang paling banyak ditemukan adalah bahwa
laki-laki merupakan perokok terbanyak yang kami temukan, hampir lebih dari 80 %
mahasiswa laki-laki disemua jurusan di fakultas ilmu sosial universitas negeri
Yogyakarta merupakan perokok aktif. Meskipun tak jarang ditemukan mahasiswi
yang merokok, tetapi yang perlu menjadi catatan adalah kebanyakan dari
laki-laki yang merupakan perokok aktif membawa kebiasaannya merokok kedalam lingkungan
kampus, tetapi tidak ada perempuan yang merupakan perokok aktif yang membawa
kebiasaan merokok tersebut dilingkungan kampus. Mengapa ini bisa terjadi
menurut analisa saya, banyak mahasiswa yang merokok dan kebanyakan mereka
saling mengenal satu sama lain, sehingga terjadi perasaan yang sama dalam arti
sama-sama perokok, ketika mereka berkumpul bersama dan merokok, maka kebanyakan
dari mereka akan merokok semua (membawa kebiasaan merokok kedalam lingkungan
kampus). Tetapi pada mahasiswi (perempuan) jarang perempuan yang biasa merokok,
sehingga dikampus mereka hanya segelintir yang merokok, mereka merasa malu jika
akan merokok, karena tidak ada teman perempuannya yang merokok, mereka takut
jika mereka merokok maka akan dikucilkan oleh teman-temannya, oleh karena itu
banyak mahasiswi yang merupakan perokok aktif tidak membawa kebiasaan
merokoknya dikampus.
Temuan lainya yaitu, adanya
pandangan atau anggapan jika seorang laki-laki itu jika dia merokok. Dalam arti
jika seorang laki-laki tidak merokok, mereka tidak bisa disebut laki-laki
sejati atau mereka yang tidak merokok sering diejek sebagai seorang banci, hal
ini membuat banyaknya mahasiswa laki-laki yang ada dilingkungan FIS UNY, pada
awalnya merokok karena diajak teman dan karena tidak mau diejek sebagai seorang
banci. Pandangan ini terus timbul dan dilestarikan oleh remaja putra, sehingga
mereka cenderung merokok karena tidak mau dianggap sebagai banci, dan ketika
mereka sudah mencicipi rokok, maka mereka akan kecanduan oleh rokok hal ini
yang menimbulkan kebiasaan buruk, yang akhirnya terbawa dilingkungan kampus.
Hanya sedikit remaja putra atau mahasiswa putra yang berhasil bertahan dari
serangan rokok, dalam arti hanya sedikit mahasiswa yang tidak merokok, remaja
putra yang tidak merokok ini bisa disebabkan karena mereka takut akan kesehatan
mereka sehingga tidak mau untuk mencicipi rokok karena rokok juga bisa
menimbulkan kecanduan, atau adapula mahasiswa yang tidak merokok karena
penyakit, mahasiswa ini dulunya merokok dan karena rokok membuatnya terserang
berbagai penyakit seperti jantung dan paru-paru, hal ini membuat mereka tidak
lagi merokok.
Temuan selanjutnya adalah,
ternyata bukan hanya mahasiswa yang melanggar peraturan atau undang-undang
tentang larangan merokok di lingkungan pendidikan, ditemukan dalam observasi
ada beberapa karyawan dan petugas di FIS UNY juga merokok dilingkungan kampus
baik itu satpam, petugas parkir, dan penjaga kebersihan mereka juga merokok
dilingkungan kampus. Jika mereka juga memberikan contoh yang tidak baik dengan
melanggar peraturan maka wajar jika mahasiswa banyak yang tidak memperdulikan
larangan untuk merokok dilingkungan kampus. Harusnya pihak fakultas menindak
dengan tegas para pelaku pelanggar aturan merokok dilingkungan kampus, agar
semuanya jera dan tidak merokok sembarangan dilingkungan kampus, tetapi pihak
fakultas nampaknya tidak melakukan tindakan
apapun atas pelanggaran yang terjadi.
Ada beberapa hal lain yang
tidak bisa diluputkan dari adanya kebiasaan merokok disembarang tempat oleh
mahasiswa fakultas ilmu sosial, yaitu adalah solidaritas yang kuat diantara
kelompok mahasiswa, ditemukan dalam observasi dan wawancara bahwa mahasiswa
merokok karena diajak ataupun bersama-sama merokok disembarang tempat misalnya
di taman ataupun lorong kampus, ketika ada beberapa teman yang sedang merokok
disembarang tempat maka ketika ada teman lain yang datang mereka akan
menawarkan rokok atau bahkan teman yang datang tersebut meminta rokok kepada
mahasiswa yang merokok tersebut, hal ini yang membuat kebiasaan merokok dilingkungan
FIS UNY, seperti susah untuk ditertibkan karena mereka seperti virus yang
menjalar dengan cepat, solidaritas yang kuat serta kesamaan bahwa mereka adalah
seorang perokok aktif membuat larangan untuk merokok diarea-area tertentu
dikampus diabaikan bahkan hanya seperti slogan tanpa arti, atau terkadang
seperti sebuah hiasan saja. Para perokok aktif seperti orang buta huruf yang
tidak bisa membaca adanya larangan merokok. Ironis sekali bukan, sebuah
pelanggaran terjadi dlingkungan orang-orang berpendidikan, terlebih lagi
mayoritas jurusan di FIS UNY merupakan para mahasiswa yang diarahkan untuk
menjadi guru atau mahasiswa yang dididik sebagai calon guru yang harusnya bisa
mengerti nilai dan norma dalam masyarakat.
Temuan selanjutnya adalah
para perokok pasif (mahasiswa yang tidak merokok) kebanyakan dari mahasiswa ini
adalah perempuan tetapi tak jarang juga laki-laki, mereka banyak yang
menasehati para perokok aktif untuk berhenti merokok, setidaknya hanya ketika
mereka sedang berada dikampus tetapi apa daya, mereka hanya seperti patung,
banyak nasehat dan ajakan untuk berhenti merokok ditolak mentah-mentah bahkan
tak jarang ada yang berkata “hidup-hidupku kenapa kamu yang repot”, tentu ini
menyakitkan bagi para perokok pasif yang sudah berbaik hati menawarkan dan
menasehati para perokok aktif hingga tak jarang banyak dari para perokok pasif
yang sudah acuh dan membiarkan orang-oran yang merokok karena sudah
berulangkali menasehati dan tidak pernah di dengarkan.
Selanjutnya dan yang paling penting dari tema yang
diangkat oleh kelompok saya yaitu mengenai sensivitas interaksi yang ada antara
perokok aktif dan perokok pasif yang ada di Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta. Tidak bisa dipungkiri kebiasaan merokok disebagian kalangan
mahasiswa khususnya laki-laki membuat sedikit tergangunya interaksi antara
perokok aktif dan pasif, para perokok pasif yang kebanyakan adalah mahasiswi
yang tak jarang sangat sensitive dengan asap rokok memilih menjauh ketika
teman-teman mahasiswa yang sedang merokok berada didekatnya, tak jarang ada
yang meninggalkanya begitu saja meskipun sedang asyik membicarakan sesuatu, hal
ini berarti membuktikan dugaan kami bahwa kebiasaan merokok yang dibawa oleh
para mahasiswa dilinkungan kampus, menyebabkan terjadinya pengaruh terhadap
interaksi mereka dikampus. Para mahasiswa perokok pasif sangat menyayangkan
temannya yang merokok dikampus, apalagi ketika mereka tidak tahu tempat dan
waktu, tentunya membuat para perokok pasif sangat terganggu.
Banyak ditemukan ketika dalam
observasi maupun wawancara yang dilakukan bahwa mereka para perokok pasif akan
menjauhkan diri dengan orang atau mahasiswa yang sedang merokok, tetapi ketika
mereka sudah tidak merokok, sensitivitas interaksi yang terjadi biasa saja,
mereka tidak akan menjauh karena para perokok aktif sedang tidak merokok. Hal
ini menunjukan bahwa kebanyakan para mahasiswa perokok pasif terganggu oleh
asap yang dihasilkan oleh mereka yang merokok sehingga menjauh dan mengurangi
interaksi dengan orang yang sedang merokok. Tetapi ketika sedang tidak merokok
maka interaksinya tidak terganggu sama sekali dan terkesan seperti biasa saja.
Temuan selanjutnya adalah
sebenarnya para perokok aktif sadar dan tahu betul mengenai bahaya dari merokok
tersebut, tetapi banyak yang tidak memperdulikan hal itu banyak yang berkata ah
kan yang penting sekarang masih sehat, jadi ya gak papa merokok, toh enak, dan
membuat semakin percaya diri (PD), sungguh memprihatikan bahwa mereka tidak
memperdulikan efek atau akibat jaka panjang dari kebiasaan buruk mereka yaitu
merokok. Ya meskipun banyak dari para perokok aktif yang ingin berhenti atau
setidaknya mengurangi kebiasaan merokok mereka, tetapi mereka berkata hal itu
sulit karena rokok membuat mereka kecanduan sehingga harus tetap merokok, karena
jika tidak merokok maka mulutnya terasa asam atau pahit.
0 Response to "RANGKUMAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI PENELITIAN KUALITATIF"
Post a Comment