Teori-teori Emile Durkheim
Thursday, 10 October 2013
1 Comment
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Emile Durkheim lahir
di Epinal, Provinsi Lorraine, Perancis Timur pada April 1858.
Durkheim boleh disebut sosiologi pertama yang sepanjang hidupnya
menempuh jenjang ilmu sosiologi ang paling akademis. Dialah juga yang
memperbaiki metode berfikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan
pemikiran-pemikiran logika filosofis tetapi sosiologi akan menjadi
ilmu pengetahuan yang benar katanya apabila mengangkat gejala sosial
sebagai fakta-fakta yang dapat di observasi.
“ A thing definite
as anything that could be observed. Social phenomena, he said, must
be treated as “things”, If Sosiology was to be made a science.”
Dan Durkheim pula dengan kukuh menolak interpretasi yang biologistik
dan psikologistik terhadap masalah-masalah sosial. Itulah sebabnya
Sorikin memasukkan Durkheim masuk kedalam aliran sosiologistik.
Dia lahir dalam
keluarga agamis namun pada usia belasan tahun terhadap agama lebih
akademis daripada teologis. Pada usia 21 tahun Durkheim di terima di
Ecole Normale Superieure setelah sebelumnya gagal dalam ujian masuk.
Di Universitas tersebut dia merupakan mahasiswa yang serius dan
kritis, kemudian pemikiran Durkheim di pengaruhi oleh dua orang
profesor di universitasnya itu (Fustel De Coulanges dan Emile
Bouttroux). Setelah menamatkan pendidikan di Ecole Normale
Superieure, Durkheim mengajar filsafat di salah satu sekolah menengah
atas (Lycees Louis-Le-Grand) di Paris pada tahun 1882 sampai 1887.
Kemudian masih pada tahun 1887 (29 tahun) di samping prestasinya
sebagai pengajar dan pembuat artikel dia juga berhasil mencetuskan
sosiologi sebagai disiplin ilmu yang sah dibidang akademik karena
prestasinya itu dia dirgai dan diangkat sebagai ahli ilmu sosial di
fakultas pendidikan dan fakultas ilmu sosial di universistas
Bourdeaux.
Tahun 1893 Durkheim
menerbitkan tesis doktoralnya dalam bahasa perancis yaitu The
Division Of Labour in Society dan tesisnya dalam bahasa latin tentang
Montesqouieu. Kemudian tahun 1895 menerbitkan buku keduanya yaitu The
Rules of Socological Method. Tahun 1896 diangkat menjadi profesor
penuh untuk pertama kalinya di Prancis dalam bidang ilmu sosial.
Tahun 1897
menerbitkan buku ketiganya yang berjudul Suicide (Lesucide) dan
mendirikan Socologique (jurnal ilmiah pertama tentang sosiologi).
Tahun 1899 Durkheim ditarik ke Sorbonne dan tahun 1906 dipormosikan
sebagai profesor penuh dalam ilmu pendidikan. Enam tahun kemudian
(1912) menerbitkan karya keempatnya yaitu The Elementary Forms of
Religious Life. Satu tahun setelahnya (1913) kedudukannya diubah
menjadi profesor ilmu pendidikan dan sosiologi. Pada tahun ini
sosiologi resmi didirikan dalam lembaga pendidikan yang sangat
terhormat di Prancis. Tahun 1915 Durkheim mendapat musibah, putranya
(Andre) cedera parah dan meninggal. Pada 15 November 1917 (pada usia
59 tahun) Durkheim meninggal sesudah menerima penghormatan dari
orang-orang semasanya untuk karirnya yang produktif dan bermakna,
serta setelah dia mendirikan dasar sosiologi ilmiah.
- Rumusan Masalah
- Apa saja teori-teori yang dikemukakan oleh Emile Durkheim?
- Bagaimana kritik terhadap teori-teori Emile Durkheim?
- Tujuan
- Mengetehui dan memahami tentang teori-teori Emile Durkheim.
- Mengetahui kelemahan serta kritikan akan teori-teori Emile Durkheim.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Teori-teori Emile Durkheim
- Teori solidaritas (The Division of Labour in Society)
Dalam buku ini
menerangkan bahwa masyarakat modern tidak diikat oleh kesamaan antara
orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian
kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar
bergantung satu sama lain. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan
hubungan anatara individu dan kelompok yang di dasarkan pada perasaan
moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh
pengalaman emosional bersama.
- Solidaritas mekanis
Masyarkat yang
ditandai dengan solidaritas mekanis menjadi satu padu karena seluruh
orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi
karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki
tanggung jawab yang sama. Oleh karena itu hubungan antar masyrakatnya
sangat erat satu sama lain.
Solidaritas mekanis
dibetuk oleh hukum represif karena anggota masyarakat jenis ini
memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat
percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem
nilai bersama tidak akan dinilai maian-main oleh setiap individu.
Pelanggar akan di hukum atas pelanggarannya terhadap sistem moral
hanya pelanggaran kecil namun mungkin saja akan dihukum dengan
hukuman yang berat.
- Solidaritas organis
Masyarakat yang
ditandai oleh solidaritas organis brtahan bersama justru dengan
perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang
memiliki pekerjaan dan tanggung jawab berbeda-beda. Karena masyarakat
modern relatif memperlihatkan lapangan pekerjaan yang sempit, maka
mereka membutuhkan banyak orang untuk bertahan. Keluarga modern
membutuhkan penjual makanan, tukang roti, tukang daging, montir,
guru, polisi, akuntan dan lain sebagainya. Masyrakat tersebut pada
gilirannya membutuhkan bermacam-macam jasa dari orang lain agar dapat
bertahan hidup di era modern ini. Dalam pandangan durkheim, masyrakat
modern dipertahankan bersama oleh spesialisasi orang dan kebutuhan
mereka akan jasa sekian banyak orang. Spesialisasi ini tidak hanya
pada tingkat individu saja, akan tetapi juga kelompok, struktur, dan
institusi
Masyarakat
solidaritas organis dibentuk oleh hukum restitutif. Dimana seseorang
yang melanggar harus melakukan restitusi untuk kejahatan mereka,
pelanggaran dilihat sebagai serangan terhadap individu tertentu atau
segmen tertentu dari masyarakat bukannya terhadap sistem moral itu
sendiri. Dalam hal ini, kurangnya moral kebanyakan orang tidak
melakukan reaksi exstra emosional terhadap pelanggaran hukum. Durkeim
berpendapat masyarakt modern bentuk solidaritas moralnya mengalami
perubahan bukannya hilang.
Dalam masyarakat
ini, perkembangan kemandirian yang diakibatkan oleh perkembangan
pembagian kerja menimbulkan kesadaran-kesadaran individu yang lebih
mandiri, akan tetapi sekaligus menjadi semakin tergantung satu sama
lain, karena masing-masing individu hanya merupakan suatu bagian saja
dari suatu pembagian pekerjaan sosial.
- Sosiologi Agama
Menurut Durkheim
sosiologi agama , agama terdiri dari usaha mengidentifikasi hakikat
agama yang selalu ada sepanjang zaman dengan menganalisis
bentuk-bentuk agama yang paling primitif . Singkat kata dia menemukan
hakikat agama dengan cara memisahkan yang sakral dari provan . Yang
sakral tercipta melalui ritual-ritual yang mengubah kekuatan moral
masyarakat menjadi simbol-simbol religius yang mengikat individu
dalam suatu kelompok . Durkheim mengatakan bahwa ikatan moral ini
dapat berubah menjadi ikatan kognitif karena kategori-kategori
pemahaman semisal klasifikasi waktu , tempat dan penyebab semuanya
berasal dari ritual keagamaan . Masyarakat melalui individu
menciptakan agama dengan mendefinisikan fenomena tertentu sebagai
sesuatu yang sakral sementara yang lain sebagai provan . Aspek
realitas sosial yang didefinisikan dan dianggap sakral inilah yaitu
sesuatu yang terpisah dari peristiwa sehari-hari yang membentuk
esensi agama . Sementara itu provan adalah suatu yang bisa dipakai
aspek kehidupan duniawi . Durkheim tidak percaya bahwa agama itu
tidak ada sama sekali karena tak lebih dari sekedar sebuah ilusi
setiap fenomena sosial yang mudah menyebar pasti memiliki kebenaran .
Namun kebenarannya tersebut belum tentu sama dengan yang diyakini
oleh para penganutnya . Sebenarnya , sebagai orang agnostik Durkheim
tidak percaya dengan realitas supranatural apapun yang menjadi sumber
perasaan agama tersebut . Agama adalah sistem simbol yang dengannya
masyarakat dapat menyadari dirinya , inilah satu-satunya cara yang
bisa menjelaskan kenapa setiap masyarakat memiliki kepercayaan agama
, akan tetapi masing-masing kepercayaan berbeds satu sama lain .
Masyarakat merupakan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan kita
yang melampaui kita menuntut pengorbanan kita , menekan sifat egois
kita dan mengisi kita dengan energi . Mastyarakat menurut Durkheim
menggunakan kekuatan melalui representasi , Durkheim melihat tak
lebih dari sekedar hasil pengejawantangan wujud Tuhan dan simbolisnya
. Dengan kata lain masyarakat adalah sumber dari kesakralan itu
sendiri .
Kepercayaan Ritual
dan Gereja , perbedaan antara yang sakral dan provan serta
terangkatnya beberapa aspek kehidupan sosial ke level yang sakral
memang merupakan syarat mutlak bagi keberadaan agama , namun belum
cukup sebagai syarat kemungkinannya . kepercayaan adalah representasi
yang mengekspresikan hakikat hal yang sakral dan hubungan yang mereka
miliki, baik dengan sesama hal yang sakral dengan hal yang profan.
Kedua mesti ada ritual agama yaitu aturan tingkah laku yang mengatur
bagaimana yang mengatur bagaimana seorang manusia mesti bersikap
terhadap hal-hal yang sakral tersebut. Ketiga agama membutuhkan
tempat ibadah atau suatu komunitas moral yang melingkupi seluruh
anggotanya. Hubungan timbal balik antara yang sakral, kepercyaan,
ritual dan gereja mendorong durkheim untuk mengemukakan defini agama
sebagai berikut : agama adalah kesatuan sistem kepercayaan dan
praktik yang menyatu dalam sebuah komunitas moral tunggal yang
dinamai gereja, semua yang melekat kepadanya.
Durkheim sering
berasumsi bahwa arus sosial dengan mudah di serap oleh individu
melalui bentuk penularan akan tetapi disini ia merinci bagaimana
proses tersebut bisa terjadi. Individu mempelajari sesuatu yang
sakral dan kepercayaan yang berbaur melalui keikutsertaan dia dalam
ritual dan komunitas gereja. Sebagaimana yang akan kita lihat
berikut, juga bagaimana mempelajari kategori pemahaman. Lagi pula
ritual dan gereja menjaga representasi masyrakat dari kehilangan
tekanan mereka dengan mengulangi reaksi ingatan kelompok kolektif
secara dramatis. Terakhir mereka menghhubungkan kembali individu
dengan sosial, sumber kekuatan paling tinggi yang memberi inspirasi
mereka kembali pada kesenangan dunia mereka.
Semangat
kolektif. Momen yang aling bagus dalam sejarah adalah ketika
kolektifitas menerima kegairahan kolektif baru yang levelnya lebih
tinggi yang kemudian bisa mendorong terjadinya perubahan yang baik
dalam struktur masyrakat semangat kolektif menentukan momen
perkembangan sosial. Semangat kolektif adalah fakta sosial sejak
awal. Durkheim menyatakan bahwa masyrakat adalah sumber agama, konsep
tentang tuahan, dan segala sesuatu yang dianggap sakral. Dalam
pengertian yang riil kita dapat menyimpulkan bahwa yang sakral, tuhan
dan masyrakat adalah satu dan sama. Agama adalah sesuatu yang
menghubungkan masyrakat dan individu , karena melalui ritual terhadap
yang sakrallah kategori sosial menjadi dasar bagi konsep individu.
Durkheim
percaya bahwa problem utama masyrakat modern adalah moral alami dan
bahwa solusi satu-satunya hanya ada dalam penguatan daya moralitas
kolektif. Meskipun durkheim bahwa tidak mungkin mengembalikan
kekuatan kesadaran kolektif masyrakat solidaritas mekanis, namun dia
yakin kalau bentuk modern solidaritasnya dapat diwujudkan.
Individualisme moral berasal dari masyrakat “, individualisme
adalah produk sosial sama seperti moralitas dan agama. Bahkan dari
masyrakat individu menerima keyakinan moral yang membuatnya menjadi
tuhan”. Pembelaan terhadap individu adalah pembelaan terhadap
masyarakat, dan politik yang di dasarkan diatasnya memiliki kualitas
religius. Kepercayaan terhadap seorang individu adalah satu-satunya
kesadaran kolektif yang tersisa dalam masyrakat modern. Inilah
sebabnya kepercayaan durkheim terhadap individu tidak berlawanan
dengan teori sosiologinya.
Kasus dreyfus,
individualisme, dan cendekiawan
Pada tahun 1894,
seorang opsir perancis bernama dryfus dinyatakan bersalah melakukan
pengkhianatan karena di duga membocorkan dokumen rahasia perancis
kepada kedutaan besar jerman. Hal yang membuat kasusu ini menarik
adalah dreyfus adalah seorang yahudi dan militer perancis memiliki
reputasi buruk karena anti-semitismenya. Dua tahun kemudian ketika
bukti-bukti sudah ditemukan justru malah membebaskan dreyfus, militer
tetap mencoba menahannya. Untuk merespons hal ini emile zola menulis
surat terkenal yang menuduh pemerintah perancis telah menghukum orang
yang tidak bersalah. Banyak pemimpin intelektual perancis membela
kasusu dreyfus dan mengutuk tradisi anti-semitisme dan otoriterisme
dalam militer. Karena besarnya keprihatinan publik, kasusu ini
kemudian segera menjadi konflik antara hak-hak individu dengan
otoritas tradisional.
Meski seorang
yahudi dan karena itu secara pribadi turut peduli dengan masalah
anti-semitisme, namun durkheim melihat perdebatan di pihak dreyfus
dari posisi yang lebih abstrak. Dalam esainya berjudul “
individualisme and the intellectuals “ dia sepenuhnya mengembangkan
idenya tentang individualisme moral. Dia dengan jelas menunjukkan
bagaimana pembelaan hak individu adalah cara yang paling tepat untuk
memeperkuat tradisi kita dan untuk menjaga masyarakat dari ancaman
egoisme. Individualisme menjadi tradisi modern kita, dan menyerangnya
tidak hanya berarti mengambil resiko kekacauan sosial, tetapi juga
pemfitnahan.
- Teori Bunuh Diri (Suicide)
Emile Durkheim
memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan
fenomena kongkrit dan sfesifik, dimana tersedia data yang bagus cara
komperatif .akan tetapi , alasan utama Durkheim untuk melakukan studi
bunuh diri ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin sosiologi .
Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di beberapa negara
di Eropa . Secara statistik hasil dari data-data yang dikumpulkannya
menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala /psikologi sebenarnya
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri .
Menurut Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri merupakan
kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan
srana penelitian dengan menghubungkannya terhadap struktur sosial dan
derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat . dalam
bukunya yaqng verjudul suicide di kemukakan dengan jelas hubungan
integrasi sosial terhadap kecendrungan melakukan bunuh diri. Durkheim
dengan tegas menolak anggapan lama tentang penyebab bunuh diri
disebabkan oleh penyakit kejiwaan sebagaimana teori-teori psikologi
mengatakannya. Dia juga menolak anggapan sarjana perancis gabriel
tarde yang menyatakan bahwa bunuh diri akibat dari imitasi atau
peniruan. Dia juga menolak teori iklim yang menghubungkan bunuh diri
dengan alkoholisme dan dia juga menolak orang bunuh diri karena
kemiskinan.
dengan angka-angka
statistik dari hasil penelitiannya di banyak negara ternyata
kenyataan orang-orang dari lapisan atas ( kaya ) justru lebih tinggi
tingkat bunuh dirinya di bandingkan dengan orang-orang di lapisan
bawah atau miskin ( miskin ). Hal itu ditunjukkan dengan negara
miskin di eropa seperti italy dan spanyol , justru memiliki angka
bunuh diri yang lebih rendah di bandingkan dengan negera-negara eropa
yang lebih makmur seperti perancis, jerman dan negara-negara
skandinavia, demikian juga di negara-negara tersebut kels-kelas
sosial di atas kota-kota justru lebih besar angka bunuh dirinya
dibandingkan kelas bawah.
Durkheim
memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan sosial yang pokok dalam
masyarakat :
- Bunuh diri dalam kesatuan agama
Dari data yang
dikumpulkan Durkheim menunjukkan bahwa angka bunuh diri lebih besar
di negara-negara protestan dibandingkan dengan penganut agama
katolik atau lainnya
. .Penyebabnya terletak di dalam perbedaan kebebasan yang diberikan
oleh masing-masing agama tersebut kepada para penganutnya . penganut
agama protestan memperoleh kebebasan yang jauh lebih besar untuk
menacari sendiri hakekat ajaran kitab suci, sedangkan dengan agama
khatolik tafsir agama lebih ditentukan oleh pater ( pemuka-pemuka
gereja ), sebaliknya agama protestan menolak ajaran-ajaran
tradisional sebagaimana ditafsirkan oleh pemuka-pemuka
gereja.akibatnya ialah bahg wa kepercayaan bersama dari orang-orang
protestan menjadi berkurang sehingga timbul suatu keadaan di mana
penganut ajaran protestan tidak lagi menganut ajaran-ajaran atau
tafsir yang sama sehingga sekarang ini terdapat banyak sekte-sekte
gereja protestan. Atau dengan kata lain ada perbedaan derajat
integrasi sosial di antara penganut agama khatolik. Integrasi yang
rendah dari agama protestan itu menyebabkan angka laju bunuh diri
dari penganut ajaran ini lebih besar kecenderungannya melakukan bunuh
diri dibhandingkan penganut ajaran khatolik.
- Bunuh diri dalam kesatuan keluarga
Dari penelitian
Durkheim disimpulkan bahwa semakin kecil jumlah anggota dalam suatu
keluarga , maka akan semakin kecil pula einginan untuk hidup .
Kesatuan sosial yang semakin besar mengikat orang dalam
kegiatan-kegiatan sosial diantara anggota-anggota kesatuan tersebut .
- Bunuh diri dalam Kesatuan Politik .
Dari data ,yang ber
hasil dihimpun , Durkheim menyimpulkan bahwa dalam situasi perang ,
golongan militer lebih terintegrasi dengan baik , dibandingkan dalam
keadaan damai . sebaliknya dengan masyarakat sipil . Kemudian data
tahun 1829-1848 disimpulkan bahwa angka bunuh diri ternyata lebih
kecil dari masa revolusi atau pergolakan politik , dibandingkan
dengan masa tidaj terjadi pergolakan politik .
Durkheim membagi
tipe bunuh diri ke dalam 4 macam :
- Bunuh diri Egoistis
Tingginya angka
bunuh diri egoitis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok
dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang
luas . Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu
bukan bagian dari masyarakat , dan masyarakat bukan pula bagian dari
individu . Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas
, dan arus tersebut melahirkan perbedaan angka bunuh diri . Misalnya
, pada masyarakat yang disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan
kekecewaan. Kekecewaan yang melahirkan situasi politik didominasi
oleh perasaan kesia-siaan, moralitas di lihat sebagai pilihan
individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan ketidakmaknaan
hidup, begitu sebaliknya. Durkheim menyatakan bahwa ada faktor
paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di
mana individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan
sosial.
- Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika
intergrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat di katakan
individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah
bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di jonestown,
Guyana pada tahun 1978. Contoh lain bunuh diri di jepang (harakiri).
Bunuh diri ini
makin banyak terjadi jika makin banyak harapan yang tersedia, karena
dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah
hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur seseorang akan melakukan
bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat di pakai untuk
meneruskan kehidupannya, begitu sebaliknya.
- Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini
terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan
tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas karena
lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran
dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan. Bunuh diri ini
terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi normal lama tidak
berlaku lagi sementara norma baru di kembangkan (tidak ada pegangan
hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti
pabrik yang tutup sehingga para tenagah kerjanya kehilangan
perkerjaan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini
mereka rasakan.
Contoh lainnya
seperti booming ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang tiba-tiba
individu menjauh dari struktur tradisional tempat mereka sebelumnya
melekatkan diri.
- Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini
terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang
yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa
depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang
menindas. Contoh: perbudakan.
KESIMPULAN
- Teori-teori Emile Durkheim
Solidaritas menunjuk
pada suatu keadaan hubungan anatara individu dan kelompok yang di
dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Solidaritas mekanis
Masyarkat yang
ditandai dengan solidaritas mekanis menjadi satu padu karena seluruh
orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi
karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki
tanggung jawab yang sama. Oleh karena itu hubungan antar masyrakatnya
sangat erat satu sama lain.
Solidaritas organis
Masyarakat yang
ditandai oleh solidaritas organis brtahan bersama justru dengan
perbedaan yang ada didalamnya, dengan fakta bahwa semua orang
memiliki pekerjaan dan tanggung jawab berbeda-beda. Karena masyarakat
modern relatif memperlihatkan lapangan pekerjaan yang sempit, maka
mereka membutuhkan banyak orang untuk bertahan.
Sosiologi Agama
Menurut
Durkheim sosiologi agama , agama terdiri dari usaha mengidentifikasi
hakikat agama yang selalu ada sepanjang zaman dengan menganalisis
bentuk-bentuk agama yang paling primitif . Singkat kata dia menemukan
hakikat agama dengan cara memisahkan yang sakral dari provan . Yang
sakral tercipta melalui ritual-ritual yang mengubah kekuatan moral
masyarakat menjadi simbol-simbol religius yang mengikat individu
dalam suatu kelompok .
Teori
Bunuh Diri (Suicide)
kesimpulan bahwa
gejala-gejala /psikologi sebenarnya tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan untuk melakukan bunuh diri . Menurut Durkheim
peristiwa-peristiwa bunuh diri merupakan kenyataan-kenyataan sosial
tersendiri yang karena itu dapat dijadikan srana penelitian dengan
menghubungkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi
sosial dari suatu kehidupan masyarakat .
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad,
Fedyani. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Hotman.
1986. Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga
sungguh menarik tulisan ini, meskipun singkat namun dapat menggambarkan pemikiran-pemikiran Emile Durkeim yang masih sangat relevan dengan kondisi social masyarakat modern saat ini
ReplyDelete