sosiologi pariwisata (observasi tentang objek wisata parangtritis)
Monday, 7 October 2013
Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara maritim dengan ribuan pulau,
sehingga menyebabkan Indonesia memiliki ribuan kebudayaan yang beranekaragam.
Potensi yang dimiliki Indonesia sangat beragam, khusunya dilihat dari bidang
pariwisatanya.
Pariwisata di Indonesia sanagat potensial apabila
dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh pemerintah. Hal itu tentunya dapat
membantu perekonomian warga negara Indonesia, dan dapat membantu pendapatan
negara. Sayangnya belum banyak pariwisata di Indonesia yang dimaksimalkan oleh
pemerintah guna menarik perhatian para wisatawan, baik Domestik maupun
Mancanegara. Namun selain berbagai hal positif yang terjadi karena adanya
tempat atau daerah wisata, tak jarang banyak hal negatif yang juga terdapat
pada daerah wisata tersebut.
Di sini kami akan membahas tentang hal itu secara khusus
pada daerah wisata Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Kami akan membahas
secara lebih khusus tentang bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya,
bagaimana dampak positif ataupun negatif yang ada di daerah tersebut, dll. Hal
ini kami rasa sangat penting untuk kita ketahui bersama, oleh karena itu kami
mengkaji obyek wisata tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
deskripsi dan sejarah Pantai Parangtritis ?
2. Bagaimana
fenomena sosial masyarakat di sekitar Pantai Parangtritis ?
3. Bagimana
dampak yang ditimbulkan dengan adanya obyek wisata Pantai Parangtritis ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
deskripsi singkat dan sejarah Pantai Parangtritis.
2. Mengetahui
fenomena sosial pada masyarakat sekitar Pantai Parangtritis
3. Mengetahui
dampak yang ditimbulkan dengan adanya
obyek wisata Pantai Parangtritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sosiologi pariwisata adalah kajian tentang kepariwisataan
dengan menggunakan menggunakan perspektif sosiologi. Untuk menguji suatu
peristiwa sosial, maka harus dikaitkan dengan teori yang telah banyak
dikemukakan oleh para ahli sosiologi. Beberapa teori yang kami ambil
diantaranya adalah :
Teori Fungsionalisme-
Strukturalisme
Teori
struktural-Fungsionalis termasuk dalam teori konsensus, yang dipelopori oleh
Herbert Spencer, Emile Dukheim, Redclirre. Brown, Talcott Parson, dan Robert
Marton. Teori konsensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang dipelihara oleh suatu
mekanisme keseimbangan.
Teori
Fungsionalisme-Strukturalisme melakukan analisis dengan melihat masyarakat
sebagai suatu sistem dari interaksi anatar manusia dan berbagai institusinya,
dan segala sesuatunya disepakati secara konsensus, termasuk dalam hal nilai dan
norma. Teori Fungsionalisme menekankan pada harmoni, konsistensi, dan
keseimbangan dalam masyarakat.
Teori
Fungsionalisme sebagai mana diungkapkan oleh Durkheim, menggunakan analogi
bahwa masyarakat sama dengan organisme dimana setiap organ mempunyai fungsi
tertentu yang menjamin keberlanjutan masyarakat secara harmonis. Kalau
organisme harus dilihat secara keseluruhan, maka demikian pula halnya dengan
masyarakat, tidak bisa dilihat secara parsial.
Beberapa
asumsi pokok Teori Fungsionalisme-Strukturalisme adalah sebgai berikut:
1. Masyarakat,
sebagai sistem sosial, terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang
interdipendent. Masing-masing bagian mempunyai fungsi-fungsi tertentu, yang
berperan menjaga eksistensi dan berfungsinya sistem secara keseluruhan.
2. Setiap
elemen atau subsistem harus dikaji dalam hubungan dengan fungsi-fungsi dan
peranannya terhadap sistem, serta dilihat apakah subsistem tersebut berfungsi
atau tidak, dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh perilaku suatu subsistem.
Jadi yang dilihat adalah fungsi real, bukan fungsi yang seharusnya.
3. Kalau
suatu sistem dapat mempertahankan batas-batasnya, maka sistem tersebut akan
stabil.
4. Berfungsinya
masing-masing bagian (subsistem) dalam suatu sistem, akan menyebabkan sistem
ada dalam keadaan equilibrium. Masyarakat yang equilibrium adalah masyarakat
yang stabil, normal, karena semua faktor yang saling bertentangan telah
melakukan keseimbangan (Talcott Parsons).
5. Apabila
terjadi disfungsi pada suatu bagian, maka akan terjadi kondisi abnormal,
sehingga keadaan equilibrium terganggu (Merton, 1957). Tetapi berfungsi atau
disfungsinya suatu elemen sosial pada akhirnya akan menghasilkan equilibrium
baru, dalam proses self-regulation
(Mennel, 1980).
6. Masing-masing
elemen sosial mempunyai fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest
adalah fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak
dirancang, tidak diharapkan, atau tidak disadari (Merton, 1957).
Kaitan
Teori
Kaitan
antara teori Fungsionalime-Strukturalisme dengan objek wisata pantai Parangtritis,
terlihat dengan adanya struktur-struktur masyarakat yang beragam.
Dimulai dengan profesi
sebagai tukang parkir, pedagang, nelayan, penyewaan barang dan jasa, hingga
para pemilik losmen-losmen dan hotel. Mereka terbagi dalam kelasnya
masing-masing dan mempunyai peran dan fungsinya masing-masing. Mereka berperan
aktif untuk memajukan objek wisata parang tritis, mereka memiliki hubungan
keterkaitan yang erat.
Teori
konflik
konflik adalah
teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya
konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori konflik muncul
sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran
yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah
pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori
konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori
struktural fungsional.
Pada saat itu Marx
mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx
tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa
dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari
kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas
proletar.Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum
borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi.
Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false
consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima
keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan
kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi.
Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi
kaum borjuis terhadap mereka.
beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini.
Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana
teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat.
Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik
melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan.
Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau
ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi,
koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan
mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini
menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan
subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga
mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika
struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu
selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial
disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik
tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam
konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah
suatu konsensus.
Menurut teori konflik,
masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di
masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori
konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
Kaitan teori konflik dengan objek wisata parang
tritis adalah bahwa disanapun terjadi konflik, baik antar kelompok, maupun
individu. Contohnya persaingan yang tidak sehat antar pedagang dapat
menimbulkan pertentangan bahkan perkelahian.
Dilihat
dari kehidupan sosial masyarakat sekitar Parangtritis, di dalamnya terdapat
adanya fenomena sosial dalam masyarakat seperti interaksi sosial, perubahan
sosial, penyimpangan sosial, maupun konflik sosial. Interaksi sosial adalah
cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan
kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan
tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan
lain, interaksi sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai
segi kehidupan bersama. Interaksi dalam masayarakat Parangtritis antara warga
pribumi satu dengan yang lain masih tergolong interaksi yang baik meskipun tergolong
kurang erat. Namun interaksi kelompok warga pribumi dengan pendatang tergolong
kurang erat.
Menurut Gillin dan Gillin
perubahan-perubahan sosisal sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang
telah dieterima, baik karna perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karna adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. (Soekanto : 2006 :263) Perubahan
sosial yang terjadi pada masyarakat Parangtritis terjadi karena penemuan baru
yaitu dibukanya obyek wisata Pantai Parangtritis. Perubahan sosial ini ditandai
dengan adanya dampak positif maupun negatif, dampak negatif sendiri terlihat jelas
dengan adanya penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
Terlihat dari penyalahgunaan penginapan atau hotel di sekitar Pantai
Parangtritis sebagai tempat prostitusi.
Konflik sosial adalah suatu
interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan
adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain
dalam mencapai tujuan itu. Konflik yang terjadi pada masyarakat Parangtritis
adalah sengketa tanah antara warga Parangtritis dengan pihak Kraton Yogyakarta.
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode
pengumpulan data yang digunakan di dalam melakukan observasi di Obyek Wisata
Pantai Parangtritis sebagai berikut :
·
Metode Observasi
Obrservasi
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
·
Metode Wawancara ( Interview )
Wawancara
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau
sumber data. Teknik wawancara yang digunakan peneliti dengan tekhnik wawancara
semi terbuka, dengan menggunakan pedoman berupa format laporan dan tambahan
dari peneliti sendiri.
·
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan
data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang
tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, arsip, foto dan lain
sebagainya. Tekhnik dokumentasi yang digunakan peneliti adalah dokumentasi
primer.
ü Lokasi Observasi
Observasi yang peneliti lakukan ini berfokus di Obyek
Wisata Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta.
ü Waktu melakukan observasi
a. Wawancara
Hari : Sabtu
Tanggal : 28
September 2013
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi
Pantai Parangtritis
Pantai Parangtritis
terletak kira-kira 27 Km sebelah selatan kota Yogyakarta.
Parangtritis merupakan objek wisata pantai yang cukup terkenal di
Yogyakarta dibandingkan objek wisata pantai lainnya seperti
Samas, Depok, Baron, Kukup, Krakal, Glagah dan lain-lain.
Parangtritis menempati urutan pertama, karena pantai Parangtritis mempunyai
keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain
ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinggi di sekitar
pantai, yang biasa disebut gumuk.
Pantai
Parangtritis identik dengan mitos Ratu Pantai Selatan (Nyi Roro
Kidul) yang sangat fenomenal dan terkenalsehingga menjadi daya tarik
terhadap wisatawan. Masyarakat sekitar parangtritis mempunyai kepercayaan
apabila memakai pakaian berwarna hijau di pantai parangtritis bisa
membawa petaka. Karena warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul,
sehingga dikhawatirkan yang memakai kaos atau baju hijau akan diseret ombak ke
laut. Menurut kepercayaanmasyarakat setempat, Pantai parangtritis
mempunyai sebuah karakteristik yaitu apabila ditarik sebuah
garis dari Gunung Merapi bisa lurus antara Gunung Merapi, Tugu Jogja,
Kraton kemudian Pantai Parangtritis. Mitos yang terdapat di Pantai Parangtritis
yaitu asumsi bahwa Nyi Roro Kidul adalah istri dari Sri Sultan atau raja Jogja yang memiliki
kekuatan magis yang tidak dimiliki manusia.
Nama
Parangtritis mempunyai sejarah tersendiri. Masyarakat percaya bahwa pada
zaman dahulu kala ada seseorang pangeran bernama Dipokusumo yang
melarikan diri dari kerajaan Majapahit, kemudian datang ke sebuah
pantai untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang
mengalir dari celah batu karang, beliaupun menamai daerah itu menjadi
parangtritis, yang berasal dari kata parang yang
artinya batu dan tumaritis yang bisa diartikan sebagai tetesan
air.
Objek
wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai
dari akses jalan yang baik, fasilitas penginapan, dan pasar yang
menjajakan souvenir khas Parangtritis, ditambah dengan banyaknya penyedia jasa
hiburan lain seperti andong, ATV, dan jajanan yang ditawarkan secara
berkeliling pantai.
Sejarah
Sejarah nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada
seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan
semedi di kawasan ini. Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes
(tumaritis) dari celah-celah batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama
daerah tersebut Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu.
Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan
trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai
Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis
merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan
nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau,
oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak
memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul,
Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan
Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai
menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga
merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi.
Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari
Keraton Jogjakarta.
Keistimewaan
Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona
dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam.
Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik
pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu
membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di
dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk
kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan
sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati matahari tenggelam (sunset)
yang sangat romantis.
Komplek yang termasuk kawasan wisata Pantai Parangtritis meliputi:
Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Dataran Tinggi
Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana
Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening, Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo terdapat kolam
permandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai
penyakit dalam. Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku
Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional
(Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda, dan motor ATV
(All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan jajanan-jajanan
tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah
ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di sisi utara
Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil yang
menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil
menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, Anda dapat merasakan
angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang
garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika
Anda menginginkan medan yang lebih menantang, Anda bisa juga mengungjungi Bukit
Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan
antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di Bukit Parangndog ini,
terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole.
Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun
sesampainya di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas
tanpa batas dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti
matahari tenggelam. Selain itu, Anda juga akan disambut oleh warung sederhana
dengan sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir
motor dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas diantara bebatuan kapur,
Anda akan mencapai tempat yang digunakan untuk take off gantole.
Lokasi dan Fasilitas
Kawasan wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan
Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai.
Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai
kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan
Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang
biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya. Jalur yang kedua
adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur ini memang
lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih indah dan
menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan khawatir
karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan dimanjakan
dengan areal persawahan yang luas menghijau, sungai yang mengalir indah, serta
deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan pemandangan pohon-pohon
yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara dijamin sangat sejuk dan
segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari atau sore hari. Selain itu
Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja Imogiri.
Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai,
terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga,
termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan
pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa
menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul),
toko-toko kelontong, dan warung-warung makan. Khusus mengenai makanan,
sebaiknya Anda tidak melewatkan wisata kuliner di Pantai Depok yang menyediakan
ikan dan makanan laut segar lainnya, langsung dibeli dan dimasak di tempat,
dengan pilihan bumbu masakan yang sangat lezat. Anda bisa membeli berbagai
jenis ikan, udang, cumi-cumi, atau kepiting di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Depok dan menyewa jasa masak (yang sekaligus menyediakan tempat makan lesehan,
nasi, sambal, lalapan, dan berbagai jenis minuman termasuk kelapa muda segar)
di warung-warung yang berjejer di sepanjang Pantai Depok. Menyantap seafood
segar dan fresh from the kitchen ditemani sebutir kelapa muda sambil
menyaksikan pemandangan laut sungguh merupakan pengalaman tak terlupakan. Dan
jangan khawatir soal harga, karena harga seafood segar dan mantap di Pantai
Depok ini relatif murah dan terjangkau. Di Pantai Depok juga terdapat pasar
tradisional yang menjual berbagai macam jajanan khas pantai, seperti ikan
goreng, undur-undur goreng, peyek ikan , dan sebagainya. Tersedia juga di sini
rujak (buah-buahan segar dengan bumbu manis pedas) dengan harga yang sangat
terjangkau.
Kawasan wisata Pantai Parangtritis juga menyediakan lahan parkir yang
luas dan penyewaan kamar mandi. Sedangkan di bibir pantai Anda bisa menyewa
dokar (kereta kuda), motor ATV, kuda, maupun paralayang yang sangat menantang
adrenalin. Berfoto-foto di kawasan gumuk pasir membuat Anda seolah-olah sedang
berfoto-foto di gurun pasir di Afrika, tak heran tempat ini sering digunakan
untuk foto-foto prewedding. Disarankan Anda tidak berenang terlalu ke dalam,
karena ombak Pantai Parangtritis cukup berbahaya.
B.
Fenomena
Sosial pada Masyarakat Sekitar Pantai Parangtritis
Pantai parangtritis merupakan salah satu tujuan wisata di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Secara garis besar untuk pengembangan pariwisata di kawasan Pantai Parangtritis perlu penataan dan
pengaturan tempat-tempat pemukimam penduduk, penginapan-penginapan, warung atau
rumah makan dan lain sebagainya. Dengan
dibukanya obyek wisata Parangtritis tersebut menyebabkan adanya fenomena
sosial, fenomena sosial yang terjadi di pantai parangtritis
diantaranya ada penyimpangan sosial,konflik sosial, interaksi, perubahan sosial.
Pantai Parangtritis yang hingga saat ini dibenahi oleh
pemerintah daerah agar pantas dan menarik, selalu mendapat kunjungan dari
wisatawan. Terutama pada hari-hari liburan ,pantai parangtritis ramai
pengujung, apalagi dengan selesai dibangunya Jembatan Kretek yang melintasi kali Opak dengan adanya jembatan kali opak ini akan mempermudah kunjungan wisata ke
objek wisata Pantai Parangtritis.
Ramainya kawasan wisata Pantai Parangtritis itu didukung oleh pengembangan penginapan dan rumah-rumah
makan, penyediaan fasilitas seperti kuda tunggangan, kolam renang dan
transportasi yang mudah dari kota Yogyakarta ke pantai parangtritis. Dampak
perkembangan Pantai Parangtritis sebagai kawasan wisata memiliki
dampak negatif maupun positif khususnya untuk masyarakat sekitar obyek wisata.
Dampak positif dibukanya objek wisata Pantai Parangtritis banyak dimanfaatkan oleh beberapa
golongan masyarakat sebagai lahan bisnis, karena terdapat banyak orang yang mencari nafkah
dengan berjualan di sekitar pantai Parangtritis. Mulai dari menjual makanan,
minuman, baju, kaos, pernak-pernik, hingga
mengamen, dan mengemis. Selain itu, di pantai Parangtritis juga banyak orang
yang menyediakan fasiltas seperti mushola, kamar mandi, penginapan, serta lahan
parkir baik motor maupun mobil. Pantai parangtritis merupakan pantai yang landai dengan bukit
berbatu, pesisir serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai.
Sehingga hal ini sangat menarik wisatawan baik asing maupun lokal. Di kawasan
pantai ini, wisatawan dapat berkeliling pantai untuk menikmati pemandangan
dengan menggunakan bendi dan kuda yang disewakan oleh penduduk. Wisatawan yang
berkunjung ke pantai parangtritis kebanyakan tertarik karena keindahan alamnya
serta untuk menghilangkan penat atau sebagai tempat hiburan.
Sedangkan
dampak negatif dari perkembangan Pantai Parangtritis sebagai kawasan wisata itu tampak pada erosi nilai-nilai
budaya. Apalagi dengan munculnya hotel-hotel yang memiliki fasilitas yang cukup bagus yang kebanyakan didirikan oleh para
pendatang, Interaksi yang terjadi antara warga
pribumi dan para pendatang terjalin kurang erat. Hal ini karena terkadang para
pendatang mendirikan tempat penginapan tanpa seijin warga dan mereka tidak
memiliki identitas yang jelas sehingga interaksi yang terjalin di antara mereka
kurang baik bahkan terkadang warga sekitar sama sekali tidak mengenal para
pendatang tersebut. Hal inilah yang
kemudian menimbulkan sikap tidak peduli antar warga
pribumi dan para pendatang. Faktor
tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya dampak negatif yaitu
penyimpangan sosial dari adanya obyek wisata Parangtritis, hal ini muncul karena kebebasan para pengujung hotel yang memanfaatkan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.
Kebebasan untuk berperilaku
itu dalam hal-hal tertentu nampak adanya sikap tak peduli terhadap
kepentingan masyarakat yang lain. Seperti
adanya hotel-hotel dengan segala fasilitasnya dan munculnya para pramunikmat
yang siap melayani para tamu yang menginap. Sikap yang tak peduli itu tidak
begitu diperhatikan oleh masyarakat kawasan wisata pantai parangtritis.
Sehingga seakan-akan dari sikap tak peduli
menumbuhkan sikap individu-individu yang hanya
mementingkan kebutuhan pribadi. Untuk mengatasi
penyimpangan sosial tersebut diperlukanlah suatu pengendalian sosial untuk
mengurangai atau menghilangkan dampak dari penyimpangan sosial tersebut. Dampak perkembangan pariwisata dikawasan
wisata parangtritis terhadap perilaku masyarakat hanya terbatas pada
masyarakat yang tinggal di pantai.
Penduduk sekitar yang masih apatis dengan obyek wisata
Pantai Parangtritis, ini mengakibatkan hanya sebagian masyarakat saja yang
merasakan dampak yang timbul dari obyek wisata tersebut, dalam bidang ekonomi
khususnya. Kurangnya partisipasi masyarakat itu disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya :
1. Kurangnya
SDM di masyarakat sekitar pantai.
2. Tingkat
pedidikan yang rendah.
3. Kurangnya
pemuda atau Karangtaruna yang dilibatkan untuk mengurus obyek wisata.
4. Kurangnya
sosialisasi di masyarakat akan pentingnya obyek wisata untuk perekonomian.
5. Masyarakat yang masih tradisional dan masih
menyepelekan obyek wisata.
Faktor-faktor itu menyebabkan obyek wisata Parangtritis
belum bisa dimaksimalkan, akan tetapi sekarang sudah mulai banyak masyarakat
yang berjualan dan mendirikan penginapan di sekitar pantai. Menurut narasumber,
yang memajukan perdagangan adalah para pendatang karena mereka memiliki bekal
dan SDM yang tinggi. Hal ini membuat mereka bisa memaksimalkan peluang untuk
melalukan mibilitas sosial di daerah obyek wisata. Rata-rata yang menjadi
pedagang-pedagang besar dan pemilik penginapan besar adalah para pendatang.
Dengan adanya para pendatang yang mulai sukses di bidang
ekonomi ini mengakibatkan masyarakat sekitar mulai sadar untuk mengadakan upaya
peningkatan ekonomi. Seperti dengan berdagang di sekitar obyek wisata Pantai
Parangtritis. Dengan banyaknya pedagang
dari masyarakat pribumi maupun pendatang, hal ini memberikan pengaruh positif
maupun negatif di antara mereka.
Perubahan
sosial yang terjaadi di masyarakat Pantai Parangtritis cukup signifikan, ini
bisa dilihat dari segi mata pencaharian mereka. Dahulu kebanyakan masyarakat di
sekitar pantai parangtritis bermatapencaharian sebagai petani, tetapi denag
dibukanya pantai parangtritis sebagai obyek wisata membuat para masyarakat
sekitar membuka warung-warung makan, tempat parkir maupun hotel.
Ditinjau
dari adanya konflik, memang pernah terjadi konflik antara pedagang dengan pihak
Kraton Yogyakarta. Tanah di sekitar Pantai Parangtritis adalah tanah yang
dimilki pihak Kraton. Di situlah para pedagang mendirikan toko di tanah Kraton
tanpa ijin, sehingga menimbulkan konflik. Pada saat itu toko pedagang yang
tidak berijin itu digusur oleh pihak Kraton dan kemudian diberi ganti rugi
atasnya. Tetapi ganti rugi tersebut dianggap tidak sesuai dengan keinginan para
pedagang. Tidak hanya sampai di situ, setiap waktu-waktu tertentu pihak Kraton
meminta pajak kepada para pedagang. Tetapi penarikan pajak tersebut akan
diberitahukan terlebih dahulu agar para pedagang bisa melakukan persiapan uang
pajak terlebih dahulu. Rata-rata para pedagang yang sudah memiliki surat tanah
masih saja dipertanyakan legalitas hukumnya maupun keabsahannya oleh pihak
Kraton. Menurut narasumber, kepengurusan surat pemilikan atas tanah di daerah
Parangtritis sangat rumit.
BAB V
PENUTUP
SIMPULAN
Dengan dibukanya obyek wisata Parangtritis tersebut
menyebabkan adanya fenomena sosial, fenomena sosial yang terjadi di pantai parangtritis
diantaranya ada penyimpangan sosial,konflik sosial, interaksi, perubahan sosial.
Ramainya kawasan wisata Pantai Parangtritis itu didukung oleh
pengembangan penginapan dan rumah-rumah makan, penyediaan fasilitas seperti
kuda tunggangan, kolam renang dan transportasi yang mudah dari kota Yogyakarta
ke pantai parangtritis.
Dampak positif dibukanya
objek wisata Pantai Parangtritis banyak dimanfaatkan oleh beberapa
golongan masyarakat sebagai lahan bisnis, karena terdapat banyak orang yang mencari nafkah
dengan berjualan di sekitar pantai Parangtritis. Mulai dari menjual makanan,
minuman, baju, kaos, pernak-pernik, hingga
mengamen, dan mengemis. Selain itu, di pantai Parangtritis juga banyak orang
yang menyediakan fasiltas seperti mushola, kamar mandi, penginapan, serta lahan
parkir baik motor maupun mobil.
Dampak negatif yaitu penyimpangan
sosial dari adanya obyek wisata Parangtritis, hal ini muncul karena kebebasan para pengujung hotel yang memanfaatkan untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.
SARAN
Kami
selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pitana, I gede dan
putu G Gayatri. 2005. Sosiologi
Pariwisata. Yogyakarta : Andi.
Soekanto,
Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suseno, F.M. 2005. Pemikiran
Karl Marx. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2010. PANTAI PARANGTRITIS YOGYAKARTA DAN SEBUAH MITOS CERITA
LEGENDA BABAD TANAH JAWI. http://ejawantahtour.blogspot.com/2012/10/pantai- parangtritis-yogyakarta-dan.html.
Diakses pada 5 Oktober 2013.
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/parangtritis/ diakses pada 7 oktober 2013.
0 Response to "sosiologi pariwisata (observasi tentang objek wisata parangtritis)"
Post a Comment