teori-teori besar dari Georg Simmel
Wednesday, 2 October 2013
Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Simmel
adalah anak bungsu dari seorang usahawan Yahudi.Ia ditinggal mati oleh ayahnya
ketika dia masih kanak-kanak. Sebagai seorang anak kota yang berorientasi kota
pula, seluruh hidupnya ditandai dengan petualangan. Berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain. Demikian juga dengan ilmu pengetahuan yang
dituntutnya. Orang yang lahir di Berlin pada 1 Maret 1858 ini belajar sejarah,
filsafat, sampai sosiologi. Bahkan ketika dia menjadi dosen privat pada 1885,
ilmu yang diajarkannya mulai dari ilmu logika, sejarah filsafat, etika,
psikologi sosial, sampai sosiologi. Dan Simmel adalah seorang dosen yang
populer.
Simmel
terkenal sebagai tokoh sosiologi formal. Termasuk ke dalam aliran ini juga
Ferdinand Tonnies. Sosiologi formal ini adalah sosiologi yang beranggapan bahwa
dia harus mempelajari bentuk-bentuk dari interaksi sosial dan bukan mempelajari
isi dari hubungan atau interkasi sosial tersebut (Siahaan, 1986).
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana
biografi dari Georg Simmel?
b. Bagaimana
pandangan Georg Simmel tentang masyarakat?
c. Apa
teori-teori besar dari Georg Simmel?
d. Bagaimana
implementasi teori Georg Simmel dalam masyarakat?
C.
Tujuan
Penulisan
a.
Untuk mengetahui biografi Georg Simmel
b.
Untuk mengetahui pandangan Simmel tentang
masyarakat
c.
Untuk mengetahui teori-teori besar dari Georg
Simmel
d.
Untuk mengetahui implementasi teori Georg Simmel
dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Dampak pemikiran Georg
Simmel pada teori sosiologi Amerika, maupun teori sosiologi pada umumnya sangat
berbeda dengan dampak yang ditimbulkan pemikiran dari Marx, Durkheim, dan
Weber. Simmel lebih dikenal oleh sosiolog Amerika awal. Simmel tenggelam di
bawah nama-nama Marx, Durkheim, dan Weber, kendati kini jauh lebih berpengaruh
daripada pemikir klasik seperti Comte dan Spencer. Beberapa tahun terakhir kita
menyaksikan meningkatnya pengaruh Simmel pada teori sosiologi sebagai akibat
dari meningkatnya pengaruh salah satu karya pentingnya, The Philosophy of money.
A. Biografi
Georg Simmel
Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal
1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi di Universitas Berlin. Namun,
upaya pertamanya untuk menulis disertasi ditolak. Kendati demikian, Simmel
bersikukuh untuk memperoleh gelar
doktornya dalam bidang filsafat pada tahun 1881. Ia tetap berada di universitas
sebagai pengajar sampai dengan tahun 1914, meskipun ia menduduki posisi yang
tidak penting sebagai privatdozent pada tahun 1885 sampai dengan 1900. Dalam
posisi selanjutnya, Simmel bekerja sebagai dosen yang tidak digaji negara dan
hidupnya tergantung pada bayaran mahasiswa. Kendati berada pada posisi pinggir,
Simmel agak sukses menjalani kariernya, terutama karena ia adalah seorang
pemberi kuliah yang begitu cemerlang dan menarik perhatian mahasiswa.
Oleh beberapa orang ia digambarkan sebagai seorang
yang tinggi dan langsing, sementara oleh orang lain digambarkan sebagai seorang
yang pendek dan menunjukkan ekspresi putus asa. Tampilan luarnya dilaporkan
sebagai tidak menarik, tipikal Yahudi, namun juga sangat intelektual dan teguh
secara moral. Ia dilaporkan sebagai seorang pekerja keras, namun juga penuh
humor dan sangat lancar berbicara ketika memberikan kuliah.
Simmel
menulis begitu banyak artikel (“the metropolis and mental life”) dan buku (“the
philosophy of money”). Ia terkenal dikalangan akademisi Jerman dan bahkan
memiliki pengikut internasional, khususnya di Amerika Serikat, tempat karyanya
memiliki arti sangat penting bagi kelahiran sosiologi. Akhirnya, pada tahun
1900, Simmel memperoleh pengakuan penuh, satu gelar terhormat di Universitas
Berlin.
Salah satu alasan
bagi kegagalan Simmel adalah karena ia seorang Yahudi yang hidup di Jerman abad
ke-19 yang sarat dengan anti-Semitisme(Kasier,1985). Jadi, dalam satu laporan
tentang Simmel yang ditulis kepada menteri pendidikan, Simmel digambarkan
sebagai seorang “Israel sejati, dari tampilan luarnya, dari gerak-geriknya dan
dari cara berfikirnya”. Alasan lain adalah jenis jenis karya yang ditulisnya.
Banyak artikel yang terbit di surat kabar dan majalah; semua itu di tulis untuk
audien yang lebih umum daripada untuk para psiolog akademis. Selain itu, karena
tidak memiliki jabatn akademi regular, ia terpaksa mendapatkan penghasilan
dengan kuliah umum. Audien simmel, bagi tulisan maupun kuliah-kuliahnya, adalah
khalayak intelektual ketimbang sosiolog professional, dan hal ini cenderung
membawanya pada penilaian bernada ejekan dari rekan-rekan seprofesinya.
Akhirnya pada tahun
1914 Simmel memperoleh pekerjaan akademik regulerr satu universitas kecil
(Strasbourg) namun sekali lagi ia merasa terkucil. Disatu sisi, ia menyesal
karena meninggalkan audiennya di kalangan Intelektual Berlin. Selanjutnya istrinya
menulis surat kepada istri Max Weber. “Georg telah meninggalkan auditorium
dengan rasa sedih….. para mahasiswanya penuh kasih sayang dan simpatik…. Ini
adalah keberangkatan di puncak karier”. Sementara di sisi lain, Simmel tidak
merasa sebagai bagian dari kehidupan di Universitas barunya. Selanjutnya,
Simmel menulis surat kepada Nyonya Weber. “Nyaris tak ada satu pun yang dapat
kulaporkan. Kami menjalani kehidupan yang….. terpencil, tertutup, acuh, hampa
dengan dunia luar. Aktivitas akademik = 0, orang-orang …. Begitu asing dan
penuh kebencian dari dalam dirinya”.
Perang Dunia 1 meletus beberapa waktu
setelah kerja Simmel di Strasboug; ruang-ruang kuliah berubah menjadi rumah
sakit tentara, dan para mahasiswa pergi berperang. Jadi, Simmel tetap menjadi
sosok marginal di kalangan akademisi. Jerman sampai dengan ia wafat tahun 1918.
Ia memang tidak pernah menapaki karier akademis. Namun, Simmel menarik banyak
pengikut akademik pada masa ini, dan ketenarannya sebagai ilmuwan memang tumbuh
pesat setelah beberapa tahun berselang.
B. Pandangan Georg Simmel Tentang Masyarakat
Menurut Simmel
masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaring
laba-laba. Dan ini merupakan tugas dari sosiolog untuk meneliti bentuk
interaksi sedemikian itu bagaimana mereka terjadi dan mewujud di dalam
kehidupan sejarah dan seiring budaya yang berbeda. Sosiologi adalah “master
science” dimana orang dapat menemukan hokum-hukum yang mengatur semua
perkembangan sosial. Simmel tidak melihat masyarakat sebagai bentuk organisme
sebagaimana menurut comte ataupun Spencer. Menurut Simmel masyarakat terdiri
dari jaringan yang banyak liku-liku nya. Masyarakat hanyalah sebuah nama untuk
sejumlah individu-individu yang dihubungkan oleh interaksi. Struktur super-individual
yang lebih luas seperti halnya Negara,
keluarga, klan, kota, atau persekutuan dagang hanyalah merupakan kristalisasi
interaksi.
Sekalipun Simmel
memandang bahwa struktur kelembagaan yang lebih luas juga merupakan lapangan
yang sah bagi studi sosiologi dia lebih suka membatasi karyanya pada
penyelidikan tentang apa yang disebutnya interaksi diantara atom-atom
masyarakat. terutama dia membatasi perhatian utamanya pada pola-pola dasar dari
interaksi antara individu-individu yang berada di bawah kelompok sosial yang
lebih luas (sekarang dikenal dengan mikro sosiologi). Perhatian Simmel pun
hanya ditujukan pada interkasi.
Dengan kerangka sosiologi inilah mengapa Simmel
disebut sebagai tokoh sosiologi formal. Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial
menurut Simmel antaralain: Dominasi
(penguasaan), Subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian
pekerjaan, pembentukan kelompok atau partai-partai dan banyak lagi bentuk
perhubungan sosial yang kesemuanya terdapat di dalam kesatuan-kesatuan sosial
seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang, sekolah
dan lain-lain lagi. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan haruslah dapat atau
bertujuan untuk melajkukan deskripsi, klasifikasi, analisa dan penyelidikan
tentang bentuk-bentuk hubungan sosial itu. Simmel memang selalu berusaha
melakukan analisa, klasifikasi, dan interpretasi dari bentuk-bentuk hubungan
sosial seperti masalah isolasi, kontak-kontak sosial, diferensiasi sosial,
superordinasi, oposisi dan sebagainya. Sehingga Simmel mengibaratkan masyarakat
seperti jarring laba-laba. Bagi simmel bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam
kenyataan sosial tidak pernah bersifat murni. Setiap fenomena sosial merupakan
elemen formal yang bersifat ganda, antara kerja sama dan konflik, antara
superordinasi dan subordinasi, antara intimasi atau keakraban dan jarak sosial,
yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan yang teratur di dalam struktur
yang kurang lebih bersifat birokratis.
Apa yang pada akhirnya sangat
menarik perhatian dikemudian hari dari sosiologi Simmel ini adalah uraianya yng
begitu luas tentang konflik-konflik di
dalam kehidupan sosial. Menurut Simmel, perhubungan sosial selalu mencakup di
dalam dirinya harmoni dan konflik, penarikan dan penolakan, inta dan kebencian.
Pendeknya Simmel melihat melihat bagaimana hubungan manusia selalu ditandai
oleh adanya ambivalensi atau sikap mendua. Simmel tidak pernah memimpikan suatu
masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antara individu dengan
masyarakat. Bagi Simmel konflik merupakan suatu yang esensial dari kehidupan
sosial sebagai komponen yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen
kehidupan sosial. Sebagian atau bahkan kebanyakan orang menganggap konflik
merupakan sesuatu yang negative sementara consensus merupakan sesuatu yang
positif bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat
yang bebas dari konflik, sebaliknya dalam bentuk bersama dari berbagai konflik
menyilang antara bagian-bagian dari komponen masyarakat. Perdamaian dan
permusuhan, konflik dan ketrtiban sebenarnya bersifat korelatif. Kedua-duanya
sama-sama mempertangguh dan juga menghancurkan bagian-bagian dari adat-istiadat
yang ada sebagai dialektika abadi dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
akan merupakan kesalahan sosiologi apabila seseorang mencoba untuk memisahkan
antara sesuatu yang teratur atau tertib dengan yang tidak tertib, dengan
masyarakat yang mencapai harmoni dengan yang mengalami konflik, sebab keduanya
merupakan realita yang berbeda, melainkan hanya berbeda, melainkan hanya
berbeda di dalam aspek formalnya belaka dari suatu realita yang sama.
C.
Teori
Besar Georg Simmel
a.
The
Philosophy of Money (Uang dan Nilai)
Salah satu yang
menjadi perhatian awal Simmel dalam karya ini adalah hubungan antara uang
dengan nilai. Secara umum ia berpendapat bahwa orang mencptakan nilai dengan
menciptakan objek. Semakin besar kesulitan untuk mendapatkan suatu objek,
semakin besar pula nilainya. Namun kesulitan untuk memperoleh nilai mempunyai
“batas atas batas bawah”. Prinsip umumnya adalah bahwa nilai benda berasal dari
kemampuan orang untuk menjarakkan dirinya secara tepat dari objek. Benda-benda
yang terlalu dekat, terlalu mudah diperoleh, maka benda itupun tidak terlalu
berharga. Dan sebaliknya benda-benda yang terlalu jauh, terlalu sulit, atau
nyaris mustahil untuk didapatkan juga sangat tidak bernilai. Benda-benda yang
paling bernilai adalah yang tidak terlalu jauh ataupun terlalu dekat. Factor
yang mempengaruhi suatu benda bernilai atau tidak adalah waktu yang diperlukan
untuk mendapatkannya, kelangkaan, kesulitan untuk memperolehnya, dan keharusan
nya diberikan benda lain untuk mendapatkannya.
Dalam konteks umum
nilai inilah Simmel mendiskusikan uang. Dalam ranah ekonomi, uang berperan
dalam menciptakan jarak dengan objek dan menawarkan diri menjadi sarana untuk
mengatasi jarak tersebut. Nilai uang yang melekat pada objek dalam ekonomi
modern menyebabkan kita berjarak darinya, kita tidak dapat memperolehnya tanpa
uang kita. Kesulitan untuk mendapatkan uang dan objek-objek tersebut menjadikannya
bernilai bagi kita. Pada saat yang sama, sekali kita mendapatkan cukup banyak
uang, kita mampu mengatasi jarak antara diri kita dengan objek. Dengan demikian
uang memiliki fungsi yang unik, menciptakan jarak antara orang dengan objek,
kemudian menjadi sarana untuk mengatasi jarak tersebut.
Dalam proses
menciptakan nilai, uang juga menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar,
ekonomi modern, dan akhirnya masyarakat modern. Uang menyediakan sarana yang
dapat digunakan elemen-elemen ini untuk mendapatkan kehidupan bagi dirinya
sendiri yang bersifat eksternal dan memiliki daya paksa terhadap actor. Hal ini
bertentangan dengan masyarakat-masyarakat sebelumnya dimana barter atau
perdagangan tidak mengarah pada uang semata. Simmel menyatakan bahwa uang memungkinkan
adanya kalkulasi jangka panjang, usaha skala besar, dan kredit jangka panjang.
Dan hal itu kini benar-benar terjadi dalam kehidupan ini.
Diam-diam uang
berperan penting dalam rasionalisasi dengan meningkatkan arti penting
kecerdasan di dunia modern. Di satu sisi, perkembangan ekonomi uang diyakini
akan menyebabkan ekspansi proses mental. Sebagai contoh, Simmel menunjukkan
betapa rumitnya proses mental yang diperlukan dalam transaksi dengan uang,
misalnya membayar tagihan bank dengan uang tunai. Di sisi lain uang juga
berperan besar dalam perubahan norma dan nilai dalam masyarakat. Sehingga dapat
diartikan bahwa uang bisa mendorong terjadinya “reorientasi fundamental
kebudayaan kearah intelektualitas”.
Efek negatif dari
hubungan antara uang dan nilai yang dikemukakan oleh Simmel adalah meningkatnya
sinisme dan sikap acuh. Sinisme terjadi ketika aspek tertinggi dan terendah
dari kehidupan sosial diperjualbelikan, direduksi menjadi alat tukar umum
(uang). Sehingga kita bisa “membeli” kecantikan, kebenaran, ataupun kecerdasan
semudah membeli cemilan. Meningkatnya segala hal menjadi alat tukar umum
mengarah pada sikap sinis bahwa segala hal memiliki harga, bahwa apapun dapat
dijual atau dibeli di pasar.
Efek negatif lain
dari ekonomi uang adalah semakin merebaknya hubungan impersonal antarorang.
Alih-alih berhubungan dengan individu sebagai pribadi, kita cenderung hanya
berhubungan dengan posisi. Misal, ketika mengenal orang kita hanya mengenal
dari posisinya saja (tukang antar barang, tukang kebun, tukang roti, dan
lain-lain) dan hal itu terlepas dari siapa yang menduduki posisi tersebut.
Dampak yang
lainnya adalah reduksi nilai manusia menjadi dolar, “kecenderungan mereduksi
nilai manusia menjadi ekspresi moneter” atau bisa dikatakan bahwa manusia bisa
dibayar dengan uang. Sebagai contoh, Simmel menggambarkan kasus yang terjadi di
masyarakat primitive, yaitu diampuninya pembunuhan dengan membayar sejumlah
uang, contoh yang lain yaitu dipertukarkannya seks dengan uang. Meluasnya
prostitusi juga merupakan dampak dari ekonomi uang.
b.
Tragedi
Kebudayaan
Sebab utama meningkatnya kesenjangan
adalah meningkatnya pembagian kerja di masyarakat modern. Meningkatnya
spesialisasi mengarah pada perbaikan kemampuan untuk menciptakan beragam
komponen dunia budaya. Namun, pada saat yang sama, individu yang
terspesialisasi kehilangan pemahaman akan kebudayaan total dan kehilangan
kemmapuan untuk mengendalikannya. Contoh, seiring dengan tumbuhnya teknologi
dan permesinan, kemampuan pekerja individu dan ketrampilan yang dibutuhkan
telah merosot secara dramatis. Akhirnya meskipun terjadi ekspansi besar-besaran
ranah intelektual semakin sedikit individu yang tampaknya layak mendapatkan
label “intelektual”. Individu yang terspesialisasi berhadapan dengan dunia
produk yang semakin tertutup dan saling terkait yang hanya sedikit saja atau
sama sekali tidak mampu mereka kendalikan. Dunia mekanis yang hampa
spiritualitas mulai mendominasi individu, dan gaya hidup mereka terpengaruh.
Produksi menjadi aktivitas hampa makna dimana individu tidak melihat peran
apapun yang dapat mereka mainkan dalam seluruh proses produksi atau dalam
produk akhir.
Ekspansi
besar-besaran terhadap kebudayaan membawa efek dramatis pada kehidupan masyarakat.
Dan pola kehidupan masyarakat itupun telah mengalami perubahan dalam berbagai
hal antaralain, dalam hal mengkonsumsi
makanan, di masa lalu konsumsi makanan adalah sesuatu yang tidak menentu
dan itu sangat bergantung pada hasil panen. Kini, dengan metode pengawetan dan
transportasi yang telah maju kita bisa mengkonsumsi apa pun dan kapan pun.
Lebih jauh lagi, kemampuan untuk mengawetkan dan menyimpan makanan dapat
menolong ketika terjadi bencana.
Perubahan
yang lain terjadi dalam hal komunikasi. Seiring
berkembangnya zaman, kini kurir surat mulai jarang ditemukan, dan kini telah
digantikan dengan alat komunikasi yang lebih canggih seperti smart phone,
e-mail, dan lain-lain.
Kendati kita telah memfokuskan perhatian
kita pada efek negative ekonomi uang modern, ekonomi semacam itu juga memiliki
efek positif. Pertama, ekonomi ini memungkinkan kita semakin banyak berhubungan
dengan orang di pasar yang berkembang jauh lebih pesat. Kedua, kewajiban kita
terhadap sesama sangat terbatas untuk
jasa dan produk tertentu, ketiga, ekonomi uang memungkinkan orang memperoleh
kepuasan yang tidak tersedia pada sistem ekonomi sebelumnya. Keempat, orang
memiliki kebebasan dalam lingkungan tersebut untuk mengembangkan
individualitasnya secara menyeluruh. Kelima, orang lebih mampu memelihara dan
melindungi pusat subjektif mereka, karena mereka hanya terlibat dalam hubungan
yang terbatas. Keenam, pemisahan pekerja dari sarana produksi, seperti
ditegaskan oleh Simmel, memungkinkan individu mendapatkan kebebasan yang sama
dari kekuatan-kekuatan produktif tersebut. Ketujuh, membantu orang semakin
bebas dari kekangan kelompok sosial mereka. Contoh, dalam ekonomi barter orang
sangat dikendalikan oleh kelompok mereka, namun di dunia ekonomi modern
kekangan-kekangan tersebut mengendur, yang akibatnya adalah orang semakin bebas
untuk menjalankan usaha ekonominya.
c.
Interaksi
Sosial
Simmel memandang bahwa interaksi itu
memiliki peran yang penting dalam kehidupan. Simmel juga melihat bahwa
salah satu tugas sosiolog adalah memahami interaksi antar individu. Salah satu
teori yang dikemukakan oleh simmel dan
masih terkait dengan interaksi adalah Teori Simmel mengenai ‘masyarakat
sebagai proses interaksi’. Menurut Pandangannya, masyarakat
dapat terbentuk karena adanya interaksi, bukan adanya kelompok orang yang hanya
diam. Menurut Simmel dalam interaksi tidak memementingkan berapa
jumlah orang yang berinteraksi, yang penting adalah adanya interaksi. Jadi, melalui
interaksi timbal balik, dimana individu saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, maka masyarakat itu akan muncul. (http://crewetsbit.blogspot.com/2011/12/teori-george-simmel.html)
Geometri Sosial. Dalam
sosiologi formal Simmel, kita dapat melihat jelas tentang upayanya dalam
mengembangkan “geometri” relasi sosial. Dari dua koefisien geometri yang
menarik perhatiannya adalah jumlah dan jarak.
Jumlah. Minat Simmel pada dampak
jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat dalam bahasannya tentang
perbedaan antara dyad dan triad.
Adapun
yang membedakan antara hubungan dyad dan triad adalah jumlah orang yang
terlibat dalam interaksi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Simmel begitu
jumlah orang yang terlibat dalam interaksi berubah, maka bentuk interaksi
merekapun berubah dengan teratur dan dapat diramalkan. Simmel berpendapat bahwa
unit terkecil dalam kehidupan manusia yang menjadi ruang lingkup perhatian sosiologi adalah dyad, yang merupakan
unit atau kelompok yang terdiri dari dua orang.
Bentuk dyad (duaan) memperlihatkan ciri khas yang unik
sifatnya yang tidak terdapat dalam satuan sosial apapun yang lebih besar.
Contohnya adalah, suami dan isteri, dua orang sahabat karib dan seterusnya.
kalau seseorang individu memilih untuk keluar dari suatu kelompok dyad (duaan)
maka satuan sosial itu sendiri akan hilang lenyap. Sebaliknya, dalam semua
kelompok lainnya, hilangnya satu orang anggota tidak ikut menghancurkan
keseluruhan satuan sosial itu. Dalam
dyad tersebut kemungkinan besar yang terjadi adalah bahwa salah satu pihak
tenggelam dalam kedudukan dan peranan pihak lain.
Oleh karena dyad terdiri dari dua pihak, maka tidak ada
pihak lain yang mungkin menengahinya, sehingga Simmel berkesimpulan kedua pihak
tersebut sebenarnya merupakan suatu kesatuan perasaan. Di dalam dyad terdapat
hubungan yang sangat erat dan menyatu. Maka, ada kemungkinan terjadi konflik
atau pertikaian. Kesatuan perasaan tersebut kadang terganggu oleh tindakan
masing-masing pihak yang mungkin mengakibatkan terjadi konflik. Hubungan dyad tidak selalu disertai
oleh perasaan-perasaan positif. Dalam situasi konflik, apapun masalah dan sebabnya,
hubungan yang sangat intim seringkali membuat konflik malah menjadi lebih parah.
Suatu masalah yang kelihatannya sepele bagi orang luar, bisa ditanggapi dengan
sangat emosional. Sesungguhnya keterbukaan mereka satu sama lain pada tingkat
kepribadian yang sangat dalam membuat mereka mudah saling menyerang yang
berhubungan dengan masalah kepribadian ini. Ketiadaan pihak ketiga memang
meningkatkan keakraban dalam dyad. Akan tetapi, bila terjadi konflik, timbul
kebutuhan akan adanya pihak ketiga. Hadirnya pihak ketiga dapat menetralisasi
ketegangan yang ada. Simmel menyatakan, adanya pihak ketiga akan menyebabkan
pihak yang terlibat dalam konflik mengemukakan pendapatnya secara lebih
rasional, sehingga kemungkinan terjadinya perdamaian lebih besar.
Sedangkan triad disini diartikan sebagai pihak ketiga. Salah
satu pokok pikiran Simmel yang terkenal adalah diskusinya mengenai berbagai
peran yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga. Menurut Simmel, triad cenderung
tidak stabil, karena secara koheren, terkait dengan pembentukan suatu koalisi
dua pihak yang berhadapan dengan satu pihak lain. Pihak yang ditempatkan dalam
kedudukan ketiga atau status yang tersingkir, senantiasa berubah. Simmel telah
menyajikan pelbagai contoh mengenai efek pihak ketiga. Dia memberikan contoh,
orang-orang Eropa cenderung untuk memperkerjakan hanya seorang pembantu, padahal
mereka mampu untuk membayar gaji lebih banyak pembantu. Dengan adanya lebih
dari seorang pembantu, timbul ciri-ciri suatu triad, sehingga hubungan antara
pembantu dengan majikan lebih bersifat formal.
Apabila terjadi penambahan jumlah orang (artinya lebih dari
tiga), maka hal itu mempunyai akibat tertentu terhadap hakikat interaksi dalam
suatu kelompok. Simmel pernah mengemukakan suatu hipotesa yang menyatakan,
bahwa semakin besar suatu kelompok semakin besar pula kecenderungan terjadinya
bentuk interaksi seperti dyad. Selama terjadinya proses menuju bentuk hubungan
sebagaimana halnya dengan suatu dyad dalam suatu kelompok besar, setiap pihak
atau kategori cenderung menerima anggota-anggota yang memiliki ciri-ciri pokok
sama, misalnya : kekayaan, pola sikap tindak, dan lain-lain (http://curiousz.blogspot.com/2012/12/teori-georg-simmel.html).
Ukuran Kelompok. Pada level yang lebih umum terdapat
sikap Simmel yang mendua terhadap dampak ukuran kelompok. Di satu sisi, ia
berpendapat bahwa meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat akan
meningkatkan kebebasan individu. Jadi kelompok atau masyarakat kecil cenderung
mengontrol individu sepenuhnya. Namun, pada masyarakat yang lebih luas,
individu cenderung terlibat dalam sejumlah kelompok yang masing-masing hanya
mengontrol sebagian kecil dari keseluruhan kepribadian, hal ini bisa
dicontohkan dengan adanya pengelompokan di suatu masyarakat yang memiliki
banyak anggota. Yang lebih penting dalam konteks minat Simmel terhadap
bentuk-bentuk interaksi adalah bahwa meningkatnya ukuran dan diferensiasi
cenderung mengendurkan ikatan antarindividu dan menimbulkan hubungan yang jauh
lebih berjarak, impersonal, dan segmental.
Jarak. Pokok perhatian Simmel yang lain
pada geometri sosial adalah jarak. Perhatian terhadap jarak ini muncul di
berbagai tempat dalam karya Simmel. Kita akan mendiskusikannya dalam dua
konteks berbeda yaitu dalam buku “the Philosophy of Money” dan salah satu esai
nya yang paling cerdas ,”The Stranger”.
Dalam buku “the Philosophy of Money”, Simmel memaparkan
sejumlah prinsip-prinsip umum nilai dan apa saja yang membuat suatu benda
menjadi berharga. Hal ini menjadi dasar analisisnya tentang uang. Poin dasarnya
adalah bahwa nilai merupakan sesuatu yang ditentukan oleh jaraknya dari actor.
Sebuah barang tidak akan ada nilainya jika terlalu dekat atau terlalu mudah
diraih dan sebaliknya terlalu jauh dan terlalu sulit barang itu diperoleh maka
barang tersebut juga tidak ada nilainya. Barang yang memang mungkin dapat
diraih, namun hanya dengan upaya sungguh-sungguh, adalah yang paling berharga.
Jarak juga memainkan peran sentral dalam esai Simmel “The
Stranger”, yang membicarakan tipe actor yang tidak terlalu dekat ataupun
terlalu jauh. Jika terlalu dekat, ia tidak lagi menjadi orang asing, namun jika
terlalu jauh, maka ia akan kehilangan kontak dengan kelompok. Hal ini bisa
dikatakan sebagai kombinasi kedekatan dan keterpencilan.
Tipe Sosial. Tipe sosial menurut Simmel
antaralain, orang asing, si pelit, pemboros, pengelana, dan bangsawan. Di bawah
ini akan dibahas salah satu tipe tersebut, yaitu orang miskin.
Orang Miskin. Menurut Simmel orang miskin adalah orang yang
dibantu oleh orang lain atau paling tidak berhak untuk mendapatkan bantuan
tersebut. meskipun Simmel memfokuskan perhatiannya pada orang miskin
berdasarkan pola relasi dan interaksi tertentu, namun dalam esainya yang
berjudul “the poor” ia juga mengembangkan beragam pendangan menarik tentang
orang miskin dan kemiskinan. Contoh, Simmel berargumen bahwa serangkaian hak
dan kewajiban timbal balik mendefinisikan hubungan antara pemberi dengan yang
membutuhkan. Dimana yang membutuhkan berhak mendapatkan bantuan, dan hak ini
membuat bantuan yang diterima bukan sebagai hal yang menyakitkan dan memalukan.
Sebaliknya, pemberi memberi kewajiban untuk memberikannya kepada yang
membutuhkan. Simmel juga mengambil pandangan fungsionalis bahwa bantuan
masyarakat kepada orang miskin, membantu menopang sistem. Simmel juga memiliki
pandangan relativistic tentang kemiskinan, yaitu orang miskin bukan sekedar
mereka yang berada di lapis terbawah masyarakat. dari sudut pandang ini,
kemiskinan ditemukan pada seluruh strata masyarakat. Contoh, jika orang yang
merupakan anggota kelas atas lebih miskin dari sesamanya, maka mereka cenderung
merasa miskin bila dibandingkan dengan mereka, contoh: Si A merupakan anggota
DPR, secara otomatis ia juga berteman dengan anggota DPR, dimana anggota dewan
tersebut dianggap oleh masyarakat memiliki strata yang tinggi, namun si A
merasa dirinya miskin jika dibandingkan dengan teman-temannya tersebut, karena
mobil yang ia miliki tidak semahal mobil temannya.
Bentuk Sosial. Cakupan bentuk sosial antaralain,
pertukaran, konflik, prostitusi, dan sosiabilitas. Kita dapat melukiskan
pendapat Simmel tentang bentuk sosial melalui diskusinya tentang dominasi,
yaitu superordinasi/ dominasi dan subordinasi/ subordinasi.
Superordinasi dan Subordinasi. Superordinasi dan subordinasi
memiliki hubungan timbale balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya mengarahkan
pikiran dan tindakan orang lain. Juga pemimpin berharap pihak yang
tersubordinasi beraksi secara positif atau negative. Tidak ada satupun bentuk
interaksi ini yang mungkin ada tanpa adanya hubungan timbale balik. Dalam
bentuk dominasi paling opresif sekalipun, sampai tingkat tertentu, pihak yang
tersubordinasi tetap memiliki kebebasan pribadi.
D.
Implementasi Teori Georg
Simmel dalam Masyarakat
Di atas telah dijelaskan berbagai teori dari Georg Simmel,
diantara teori-teori tersebut ternyata sampai saat ini ada yang masih berlaku
dalam kehidupan masyarakat, atau bisa dikatakan bahwa implementasi dari
teori-teori tersebut ada dalam masyarakat, misalnya:
a)
The
philosophy of money (uang dan nilai)
Dalam teori tersebut Simmel
mengatakan bahwa “uang memungkinkan adanya kalkulasi jangka panjang, usaha
skala besar, dan kredit jangka panjang”. Dan hal itu kini benar-benar terjadi
dalam masyarakat, dimana kini banyak bermunculan kredit-kredit.
Simmel juga pernah mengatakan bahwa “….jadi salah
satu kecenderungan hidup-reduksi kualitas menjadi kuantitas secara amat jelas
terwujud dalam bentuk uang…”. Yang kita soroti disini adalah reduksi kualitas menjadi kuantitas secara
amat jelas terwujud dalam uang. Implementasi perkataan Simmel ini bisa kita
rasakan dalam masyarakat sekarang ini, dimana setiap kualitas kinerja seseorang
dibayar dengan uang (menunjukkan kuantitas).
Implementasi teori Simmel dalam masyarakat
juga bisa kita lihat dari perkataan Simmel yang mengatakan bahwa “Dampak lain
ekonomi uang adalah reduksi nilai manusia menjadi dolar”. Simmel juga memberi
contoh tentang hal itu, yaitu meluasnya prostitusi, dan di masyarakat sekarang
ini prostitusi seakan sudah menjadi bagian hidup sebagian orang disekitar kita.
b) Teori
interaksi sosial
Dalam teori ini
Simmel berpendapat
bahwa “Meningkatnya ukuran kelompok atau masyarakat akan meningkatkan kebebasan
individu. Jadi kelompok atau masyarakat kecil cenderung mengontrol individu
sepenuhnya. Namun, pada masyarakat yang lebih luas, individu cenderung terlibat
dalam sejumlah kelompok yang masing-masing hanya mengontrol sebagian kecil dari
keseluruhan kepribadian”. Yang menjadi sorotan kita disini adalah pada masyarakat yang lebih luas, individu
cenderung terlibat dalam sejumlah kelompok yang masing-masing hanya mengontrol
sebagian kecil dari keseluruhan kepribadian. Dari perkataan Simmel tersebut
kita bisa melihat kenyataannya dalam kehidupan masyarakat. misalnya dalam
sebuah kelas yang terdiri dari 40 siswa, pasti di dalam kelas tersebut banyak
bermunculan kelompok-kelompok kecil. Dan itu merupakan implementasi dari
perkataan Simmel tentang ukuran kelompok dalam teori interaksi sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Georg Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal
1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi di Universitas Berlin. Oleh
beberapa orang ia digambarkan sebagai seorang yang tinggi dan langsing,
sementara oleh orang lain digambarkan sebagai seorang yang pendek dan
menunjukkan ekspresi putus asa. Tampilan luarnya dilaporkan sebagai tidak
menarik, tipikal Yahudi, namun juga sangat intelektual dan teguh secara moral.
Ia dilaporkan sebagai seorang pekerja keras, namun juga penuh humor dan sangat
lancar berbicara ketika memberikan kuliah.
Menurut Simmel masyarakat adalah suatu bentuk
interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaring laba-laba. Dan ini
merupakan tugas dari sosiolog untuk meneliti bentuk interaksi sedemikian itu
bagaimana mereka terjadi dan mewujud di dalam kehidupan sejarah dan seiring
budaya yang berbeda. Sosiologi adalah “master science” dimana orang dapat
menemukan hokum-hukum yang mengatur semua perkembangan sosial. Simmel tidak
melihat masyarakat sebagai bentuk organisme sebagaimana menurut comte ataupun
Spencer. Menurut Simmel masyarakat terdiri dari jaringan yang banyak liku-liku
nya.
Simmel mempunyai beberapa teori besar, antaralain
dalam buku “the pilosophy of money” dalam buku tersebut menjelaskan teori
Simmel tentang uang dan nilai. Teori yang lain yaitu interaksi sosial, dan
tragedi kebudayaan. Dari beberapa teori tersebut masih ada beberapa teori
Simmel yang sesuai dengan kehidupan masyarakat sekarang ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ritzer,
Georg dan Douglas J. Goodman. 2013. Teori
Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana.
Prasetiyo, Andri. 2011. Teori Geog Simmel (http://crewetsbit.blogspot.com/2011/12/teori-george-simmel.html) diakses pada 13 September 2013.
0 Response to "teori-teori besar dari Georg Simmel"
Post a Comment