pemikiran-pemikiran Auguste Comte
Wednesday, 2 October 2013
Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Mempelajari sosiologi tidak akan
terlepas dari tokoh utama sekaligus pencetus sosiologi yaitu Auguste Comte,
seorang filsuf dan ilmuwan sosial terkemuka dari kota Montpellier, Perancis
Selatan. Auguste Comte telah banyak menyumbangkan pemikiran-pemikirannya
terhadap perkembangan ilmu sosiologi. Secara kreatif beliau menyusun sintesa
yang bertentangan dari pikiran yang sudah dikembangkan oleh orang lain.
Pemikiran yang dia hasilkan yaitu salah satunya teori positivisme yang
menggunakan metode ilmiah dan diaplikasikannya dalam ilmu sosial yaitu dalam
ilmu kemasayarakatan sehingga lahirlah sosiologi. Sosiologi samapai sekarang selalu
mengalami perkembangan sejak ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan
berdiri sendiri dari pertengahan abad ke-19 (1856). Memahami suatu ilmu
pengetahuan akan mengharuskan kita untuk mengetahui dan menelusuri latar
belakang bagaimana teori-teori yang bersangktutan itu lahir. Dalam makalah ini
akan dipaparkan bagaimana sejarah ilmu
sosiologi lahir dan bagaimana perkembangan dari pemikiran-pemikiran yang
dihasilkan oleh Auguste Comte.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
riwayat Auguste Comte dan pemikiran-pemikirannya?
2.
Bagaimana
pemikiran Auguste Comte mengenai agama humanitas?
3.
Bagaimana implementasi
pemikiran Comte dalam kehidupan sehari-hari?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Auguste
Comte dan Pemikiran Auguste Comte
1.
Riwayat Auguste
Comte
Sosiologi pada awalnya tumbuh dari
gejolak sosial yang terjadi pada revolusi Perancis yang dikemukakan oleh
Auguste Comte. Auguste Comte lahir pada (1798-1857) di Kota Monpellier di
Perancis Selatan, Kedua orang tuanya adalah pegawai kerajaan dan penganut Agama
Katholik yang shaleh. Pada usia 16 tahun Comte pindah ke Paris masuk ke sekolah
politeknik studi keinsinyuran. Selama menjalani pendidikan, Comte tidak saja
menunjukkan sebagai seorang yang berpikiran bebas, akan tetapi juga seorang
yang memiliki keistimewaan untuk tidak mau dibawah orang lain. Dia sangat kritis
terhadap mahagurunya, dia sering mengajukan petisi apabila melakukan kesalahan.
Sikapnya yang demikian dikeluarkan dari sekolah dan kembali ke kota asalnya
Monpellier, sekalipun di tidak betah lama disana dan kembali ke Paris. Dua
tahun setelah kembali ke Paris dia bertemu dengan Saint Simon yang kelak
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap dirinya. Ketika dalam perjalanan
hidupnya dia berdebat setelah menyelesaikan monograf berjudul The Secientific Lobors
Necessary for The Reorganisazion of Society pada tahun 1822 dan diterbitkan ulang pada 1824
dengan judul yang berbeda, pada saat diterbitkan Comte menuduh Saint Simon
mencuri ide-idenya. Setelah Saint Simon meninggal, karya Comte terbesar adalah A courese of Positive Phylosophy.
2.
Pemikiran-pemikiran
Auguste Comte
Auguste Comte dibesarkan dalam
tahun-tahun setelh revolusi Perancis dan jelas-jelas dipengaruhi oleh
radikalisme dan keresahan masa itu. Sumber lain yang menjadi latar belakang
pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkembang di Prancis pada abad
ke-18, yaitu paham ensiklopedis meskipun dia kelak keluar dari aliran ini.
Latar belakang lainnya adalah aliran reaksioner dari para ahli theokratik
terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Serta latar belakang pemikiran
Comte yang terakhir adalah aliran sosialistik yang terutama diprakarsai Saint
Simon, Comte disatu pihak akan membangun ilmu pengetahuan sosial, dan dipihak
lain akan membangun kehidupan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat secientific. akibat dari latar belakang di atas Comte membagi
sosiologi menjadi dua bagian yaitu social statis dan social dinamis. Sosial
statis di sisni adalah sebagai suatu tentang hokum-hukum aksi dan reaksi antara
bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Pada dasarnya sosial statis merupakan
hasil suatu pertumbuhan.
Comte berpendapat yang terpenting
dari sosiologi adalah sosial dinamis yaitu teori yang menyatakan perkembangan
dan kemajuan masyarakat manusia yang menghilangkan studi tentang sejarah
filsafat yang spekulatif.
Namun pembagian tersebut bukan
berarti memisahkan satu dengan yang lainnya dimana sosial statis menghasilkan
pendekatan yang elementer, akan tetapi itu semua tidak akan terjadi tanpa
memahami itu sebagai hasil suatu perkembangan (sosial dinamis).
a.
Sosial dinamis
1.
The Law of Three
stages
Hukum ini adalah
hukum perkembangan intelegensi manusia. Hukum
ini membagi masyarakat membagi dalam tiga tahapan yaitu teologis,
metafisis, dan ilmiah (positivisme) dan di dalam tahapan ini masing-masing
terdapat bagian sub ordinari yang pertama teologis dibagi menjadi tiga yaitu
fetishism, polytheism, dan monoteism. Ketiga tingkatan ini merupakan dasar
teori yang dikembangkan oleh Auguste Comte.
2.
The Law of the
hierarchie of the sciences
Hukum kedua dari
sosial dinamis adalah hierarki dari ilmu pengetahuan dimana dalam pemikiran ini
tidak selalu bersifat positive, seringkali masih ada pemikiran teologis.
3.
The Law of the correlation
of pratical activities
Comte
mengemukakan ada hubungan yang bersifat natural antara cara berfikir teologis
dan militerisme. Menurut pemikirannnya teologis mendorong timbulnay usaha untuk
menjawab semua persoalan melalui kekuatan.
4.
The Law of the
correlation of the feeling
Dalam hukum ini
masyarakat hanya dipersatukan oleh feeling (perasaan), korelasinya antara
perkembangan pemikiran manusia dengan perkembangan daripada perkembangan sosial
sentiment. Dalam tahapan ini hanya terabatas dalam suatu masyarakat local atau
suatu city state. Sosial sentiment berkembang secara meluas seiring dengan
perkembangan agama Kristen.
b.
Sosial Statis
Dalam hal ini, Comte bermaksud
mengenai teori tertib dasar masyarakat. Sebagaimana disebut diatas membagi
Sosiologi kedalam dua bagian yang memiliki kedudukan yang tidak sama, sekalipun
sosial statis merupakan bagian yang lebih elementer dalam sosiologi. Tetapi
kedudukannya tidak begitu penting disbanding dengan sosial dinamis. Fungsi
sosial statis untuk mencari hukum-hukum dari bagian didalam suatu sistem
sosial.
1.
The doctrine of
the individual
Comte menganggap
teori tentnag sikap=sikap dasar manusia sangat penting di dalam sosiologi. Dia
menganggap bahwa individu adalah cerminan dari suatu masyarakat. Jadi jika kita
menghilangkna dari sesuatu individu sama saja kita menghilangkannya dari
masyarakat. Comte mengakui adanya sesuatu yang disebut insting yang dibagi
menjadi dua yaitu egoistic insting dan altruistic insting.
2.
The doctrine of
the family
Keluarga adalah
unit masyarakat yang sebenarnya, keluarga terbentuk melalui insting dan daya
tarik alamiah natural affection.
3.
The doctrine of
the society
Keluarga menurut
Comte bukanlah masyarakat namun masyarakat merupakan kesatuan yang lebih luas
yang terdiri dari sejumlah esakeluarga.
4.
The doctrine of
the state
Comte menganggap
bahwa negara dan masyarakat itu merupakan dua hal yang berbeda. Menurutnya negara
adalah bentuk khusus dari asosiasi atau organisasai sosial.
(Siahaan: 1986)
Dari semua pembahasan tadi dapat ditarik bahwa
sosiologi bersumber dari filsafat positif terutama perkembangan pengetahuan manusia sehubung
dengan perkembangan pemikirannya.
Sebagai usahanya, Comte mengembangkan fisika sosial atau juga disebutnya
sebagai sosiologi. Comte
berupaya agar sosiologi meniru model ilmu alam agar motivasi manusia
benar-benar dapat dipelajari sebagaimana layaknya fisika atau kimia. Ilmu baru
ini akhirnya menjadi ilmu dominan yang mempelajari statika sosial (struktur sosial) dan dinamika sosial (perubahan sosial).
Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami
masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini
didasari pada gagasannya tentang Teori
Tiga Tahap Perkembangan
Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap,
sesuai tahap-tahap pemikiran manusia yaitu:
a. Tahap teologis, ialah tingkat
pemikiran manusia bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu
disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia. Cara pemikiran
tersebut tidak dapat dipakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan
untuk mencari sebab serta akibat dari gejala-gejala.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia
masih percaya bahwa gejala-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan
yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan
akibat gejala-gejala tersebut.
c. Tahap positif, merupakan tahap
dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiyah. Pada tahap ini
berkembanglah ilmu pengetahuan.
B. Pemikiran
Auguste Comte mengenai agama humanitas
seiring dengan observasi yang
dilakukan oleh Comte dalam mencari jalan tengah dia selalu bersentuhan dengan
perang terus menerus dan individualitas pada zaman revolusi Perancis, hal itu
semakin menentukan arah pemikiran Comte. Pendobrakan dilakukan Comte terhadap realitas
sosial yang terus mencoba menghegemoni umat manusia pada zamannya melalui
institusi gereja, hal yang kudus dan ketabuan yang dibuat oleh manusia (khususnya,
pastur/pendeta/pemuka agama) mendapatkan kritik keras karena menjajakan
doktrin, dogma dan melakukan pembodohan yang berakibat, yang kaya tetap
kaya lalu yang miskin akan tetap miskin.
Melalui
ilmu pengetahuan yang telah ditebarkannya, Comte mencoba mensinkronisasikan
altruisma unsur kebudayaan teologis, dimana konsensus sosial dan disiplin
merupakan landasannya atas aktivitas sehari-hari umat manusia. Begitupun
kesatuan organis terkecil di masyarakat,, mempengaruhi Comte sebagai institusi
yang dapat meradiasi pemikiran-pemikiran yang berkembang dalam pembentukan
sosial orde pada masyarakat luas. Comte mulai merilis suatu pola dan bentuk
penyebaran dari satu sosial orde yang sangat mempengaruhi umat manusia dan kemudian
menciptakan agama baru yang sesuai dengan idealismenya yaitu berbentuk agama
yang dapat dikatakan sekuler dan lengkap bersama ritus, hari rayanya, pemuka
agama serta lambangnya, yang kemudian dinamakn agama humanitas. dimaksudkan
untuk memberikan cinta yang lebih terhadap manusia-manusia yang menghasilkan
karya dalam sejarah perkembangan manusia.
Comte dikatakan telah kehilangan
konsistensinya terhadap ilmu pengetahuan oleh para intelektual lainnya, karena
sudah terbungkus oleh perasaannya terhadap Clotilde de Vaux yang mendapat
penolakan darinya. Namun permasalahan pemujaan Comte, terhadap perempuan bukan
karena hal itu melainkan diadopsi dari rentang sejarah cerita bunda Maria. Comte
dapat juga dikatakan mengadakan sublimasi terhadap obsesinya, yaitu kebebasan
berpikirnya atas idealismenya agar dapat menyiasati secara strategis.
Menciptakan masyarakat positivis di masa depan, dalam kontekstual hubungan seks
antara pria dan perempuan tidak perlu ada lagi dan “kelahiran
manusia-manusia baru akan keluar dengan sendirinya dari kaum perempuan”. Comte
bersama ahli-ahli bidang lainnya sepakat
dengan pemikirannya menjadi perangkat institusi keagamaan yang dibuatnya dan
mulai mensosialisasikan agama humanitas-nya kepada kalangan elit-elit politik,
Comte mengarang buku kembali dan diberikan judul Positivist
Catechism dan Appeal to Conservatives.
C. Implementasi dalam kehidupan
sehari-hari
Pemikiran-pemikiran yang
diperkenalkan Comte berpengaruh pada kehidupan intelektual,
Menurut Comte setiap ilmu memberikan
sumbangan bagi filsafat positif.
- Ilmu-ilmu diatur sesuai dengan
urutannya dalam memberikan sumbangan bagi positivisme: 1. Matematika
(arithmatika, geometri, mekanika), 2. Astronomi, 3. Fisika, 4. Kimia, 5.
Biologi, 6. Sosiologi, 7. Etika.
- Sosiologi adalah ilmu yang
lebih komplek dan bergantung pada ilmu-ilmu yang mendahului, khususnya
biologi dengan pengenalannya atas benda-benda organic.
- Psikologi, etika dan ekonomi
tidak dapat terpisah dari sosiologi.
Jadi bahwa positivisme itu sangat
membantu dalam proses keilmua khususnya dalam bidang yang bersifat fisik, (fakta)
karena dengan positivisme ilmu dapat memiliki peranya dan menemui keaktualan
suatu ilmu, dan ilmu itu bersifat behavioral., operasional dan kuantitatif.
Contoh : metode
positivisme penggunakannya di dalam masysarakat sangat luas terutama untuk
penelitian sosial. Metode positivisme di masyarakat di kenal dengan metode
survei.
Teologis
Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya denagan
kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro
Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
Metafisik
Contoh: sebagian masyarakat Indonesia sudah menghilangkan
kepercayaan akan hal-hal yang berbau mistis seperti
Positivis
Contoh: masyarakat sudah mulai berfikir rasional,
seperti semua mempercayai apabila ada
faktanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
August
Comte lahir di jaman revolusi perancis, dimaan aliran pikiranya dipengaruhi
tidak jauh ataupun tidak terlepas dari jamannya. Pemikiran comte banyak
dibidang sosial, dan lambat laun munculah Sosiologi dimana ia juga disebut
sebagai bapak sosiologi. Dalam konsep pikirannya comte banyak menentang aliran
pikiran pada zamannya, salah satunya pada saat ia menempuh studinya. Aliran
pisitivisme yang selama ini identik oleh sosok Comte, diman ia membagai masyarakat menjadi tiga fase, dimaan
tahap yaitu teologis, metafisis, dan positivism. Selain itu ia juga membentuk
aliran agama yang bersifat humanitas dimana dia lebih mementingkan orang lain
daripadi diri sendiri. Pada akhirnya comte dikenal sebagi sosok yang selalu
controversial dimana setiap pemikirannya selalu menentang teori-teori besar
pada zamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Osborne, Richard dan Borin Van Loon. 1998. Mengenal
Sosiologi for Beginners. Bandung. Mizan.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta. Rajawali Pers.
Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Kearah Sejarah dan Teori
Sosiologi. Jakarta. Erlangga.
(http://nahrowi-geography.blogspot.com/2013/03/kelebihan-dan-kekurangan-teori-aguste.html)
(diakses pada tanggal 15 September 2013)
0 Response to "pemikiran-pemikiran Auguste Comte"
Post a Comment