TEORI PILIHAN RASIONAL PERTUKARAN SOSIAL - PERILAKU
Friday, 13 June 2014
Add Comment
TEORI
PILIHAN RASIONAL
PERTUKARAN
SOSIAL - PERILAKU
(George
Caspar Homans)
Pilihan Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam
Menentukan Jurusan di Perguruan Tinggi
“Tindakan individu
mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu dicapai melalui tindakan yang
ditentukan oleh nilai atau pilihan”
A.
Pendahuluan
Teori
ini mengkaji mengenai perilaku sosial dari individu yang tampak. Dari adanya
tindakan individu ini dikaji mengenai sebab akibat atau adanya stimulus serta
respon yang ditimbulkan. Melalui teori ini dikaji mengenai tindakan individu
yang senantiasa mengarah pada tujuan dimana dalam melakukan tindakannya
individu mengharapakan sesuatu dari tujuan tersebut (reward) atau tujuan lainnya. Menurut Homans orang terlibat dalam
sebuah perilaku adalah untuk memperoleh adanya pertukaran, hal ini lebih
berkaitan pada teori pertukaran yang bersifat ekonomis. Namun menurutnya
perilaku individu tidak hanya berkaitan dengan nilai ekonomis yang didapatkan
tetapi juga dari nilai sosiologisnya. Homans menjelaskan mengenai teori ini
dalam proposisi – proposisi yaitu proposisi sukses, stimulus, nilai, kejenuhan (deprivasi-satiasi),
persetujuan (restu)-agresi, rasionalitas. Setiap individu memilih tindakan atas
dasar pertukaran yang akan didapatkannya nanti, hal ini juga dikaitkan dengan
rasionalitasnya dalam menentukan pilihan. Walaupun dalam kehidupan nyata orang
tak selalu berperilaku rasional, namun yang perlu dipertanyakan adalah apakah
individu bertindak tepat menurut rasionalitas seperti yang biasa dibayangkan
atau menyimpang dari cara-cara yang telah diamati (Coleman, dalam Ritzer: 395).
Dalam essay ini saya akan mengkaji
mengenai pilihan rasional seorang siswa yang memilih jurusan apa yang akan
diambil untuk melanjutkan studinya diperguruan tinggi. Maksudnya adalah bagaimana
perilaku seorang siswa ketika akan memilih jurusan apa yang akan diambil di
perguruan tinggi, setiap individu-individu mempunya pandangan sendiri-sendiri
mengenai jurusan apa yang akan diambil. Pilihan mereka ini dilakukan karena
mereka juga mempertimbangkan nilai atau reward
apa yang akan diterima olehnya nanti ketika masuk dijurusan tersebut,
ataupun tujuan apa yang ingin ia capai sehingga ia tau harus mengambil jurusan
apa.
B.
Materi
Utama
Sejarah
Akar Teori
Lahir di Boston tahun 1910. Ia dibesarkan
pada lingkungan keluarga yang kaya raya. Pada tahun 1932 Homans menerima gelar
Sarjana Muda dari Havard University. Setelah memperoleh gelar ini Homans
mengalami depresi yang cukup berat karena ia menganggur terlalu lama.
Ketertarikan Homans mengenai sosiologi sebagian besar karena faktor kebetulan.
Tahun 1932, ketika Homans merasa putus asa dan bosan karena lama menganggur,
seorang ahli psikologi asal Havard, Prof. Lawrence J. Henderson mengadakan
seminar tentang teori Pareto mengenai struktural sosial masyarakat Perancis.
Homans menjadi pemakalah ketika itu, Seminar ini juga dihadiri oleh Talcolt
Parsons. Pada seminar ini Homans mengungkapkan ketertarikannya pada teori
Pareto untuk menerangkan mengapa teori sosiologi Amerika sangat konservatif dan
anti-Marxis. Makalah Homans tentang Pareto ini berhasil dijadikan buku berjudul
“An Introductions to Pareto” yang
ditulisnya bersama Charles Curtis dan diterbitkan pada Tahun 1934.
Karya Homans dalam sosiologi sebenarnya
berawal pada tahun 1933, ketika bergabung dengan Prof. Lawrence Henderson yang
sedang meneliti ciri- ciri psikologis dari pekerjaan Industri dan Elton Mayo
(guru Homans), seorang ahli psikologi yang meneliti tentang faktor manusia
dalam indusrialisasi (Ritzer & Dooglas J. Goodman, 2004: 362). Kemudian
pada tahun 1934 sampai dengan 1939 Homans mengikuti Program Junior Fellow di
Havard University. Dari Program ini Homans mendapatkan banyak pengetahuan
sosiologi. Pada tahun 1939 ini pula ia bergabung dengan jurusan sosiologi
tetapi terputus oleh perang.
Homans masuk pada Angkatan Laut saat
Perang Dunia II. Pada saat inilah ia memikirkan masalah penting tentang
sejumlah hasil studi “lapangan” atau konkret tentang kelompok kecil baik yang
asli maupun yang modern untuk dituangkan dalam satu konsep umum yang lengkap dengan
skemanya. Setelah perang Homans kembali ke Havard dan bergabung dengan jurusan
hubungan sosial. Ia mulai menulis buku berjudul The Human Group . Dalam karyanya ia juga dipengaruhi oleh B.F.
Skinner, seorang psikolog yang juga merupakan teman dekatnya tentang teori
behaviorisme psikologis. Berdasarkan perspektif ini Homans membangun Teori
Pertukaran. Meskipun Homans menjadi tokoh sosiologi terkemuka pada masanya,
tetapi ia tidak pernah memperoleh gelar Ph.D. Homans meninggal pada tahun 1989.
Banyak ide dasar dalam karya Homans yang
juga menyerang intepretasi Levi-Strauss mengenai kebiasaan-kebiasaan perkawinan
dalam masyarakat primitif. Hal ini merupakan tema pokok dalam analisis
lintas-budaya yang dikemukakan oleh Homans. Tekanan Homans pada penjelasan
institusi-institusi sosial di tingkat psikologi individu merupakan pendekatan
dasarnya, Homans berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi
individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar
menggambarkannya. Homans mengemukakan bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan
pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.
Keadaan-keadaan internal (perasaan dan sikap subyektif, dan sebagainya) harus
didefinisikan dalam istilah-istilah perilaku ( Behavioral term) untuk keperluan
pengukuran empiris (Robert Lawang, M.Z, 1950: 38)
Satu ciri khas teori pertukaran yang
menonjol adalah cost and reward. Dalam berinteraksi manusia
selalu mempertimbangkan cost (biaya
atau pengorbanan) dengan reward
(penghargaan atau manfaat) yang diperoleh dari interaksi tersebut. Jika cost tidak sesuai dengan reward-nya, maka salah satu pihak yang
mengalami disertasi seperti ini akan merasa sebal dan menghentikan
interaksinya, sehingga hubungan sosialnya akan mengalami kegagalan
Konsep Utama Teori
Homans memulai teorinya dengan ilmu
ekonomi bukan dengan psikologi. Teori pertukaran Homans berasumsi bahwa seorang
terlibat pada sebuah tindakan karena ganjaran atau menghindari adanya hukuman.
Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran tersebut merupakan prinsip dasar
dalam transaksi ekonomi. Ilmu ekonomi dapat menggambarkan hubungan pertukaran
dan sosiologi dapat menggambarkan adanya struktur-struktur sosial diamana
pertukaran tersebut terjadi. Melalui ilmu ekonomi Homans mengkaji perilaku
individu dalam meraih nilai melalu tindakannya, hal ini juga didukung dari
adanya teori psikologi milik Skinner (Behavioralisme). Seperti halnya binatang yang mencoba mencari
ganjaran serta menghindari adanya hukuman, manusia pun mencobanya dengan
memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya yang dikeluarkan. Menurut Homans,
dilihat dari sisi fungsional bukan hanya status yang berasal dari fungsi
sosialnya melainkan karena struktur yang demikian itu terdiri dari
individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang yang berwujud
materi maupun non-materi (Homans, 1958: 579-606).
Pertukaran sosial yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena
tidak selamanya individu mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial
itu. Oleh karena itu, bagi Homans dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan
proposisi-proposisi. Menurut Homans proposisi - proposisi yang dapat menjelaskan teori pertukaran sosial secara utuh, diantaranya, proposisi sukses,
proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kelebihan dan kekurangan,
proposisi agresi – pujian, dan proposisi
rasionalitas.
Pernyataan pertama proposisi sukses, “Dalam setiap
tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian
kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans, dalam Poloma: 61). Asumsi dasar proposisi
sukses adalah “semakin sering tindakan seseorang itu dihargai maka semakin
sering orang itu melakukan tindakan yang sama”. Sebaliknya, semakin sering
tindakan seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan penghargaan maka tindakan
itu tidak akan diulangi lagi olehnya.
Proposisi sukses ini dapat disimpulkan bahwa ketika seorang individu memperoleh
ganjaran dari tindakan yang ia lakukan maka suatu ketika ia akan melakukan
tindakan itu lagi bahkan ia akan sering melakukan tindakan tersebut dengan
harapan ia dapat menerima ganjaran yang serupa dengan apa yang telah ia
dapatkan sebelumnya.
Proposisi
stimulus atau rangsangan menyatakan bahwa “jika
di masa lalu terjadinya stimulus (rangsangan) yang khusus atau seperangkat
stimuli merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka
semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin
mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama, (Homans, dalam
Poloma: 64). Proposisi tersebut menjelaskan bahwa ketika seorang individu
mendapatkan rangsangan (stimulus) maka ia akan cenderung melakukannya agar
mendapatkan apa yang ingin ia dapatkan. Pada kejadian sebelumnya individu telah
mendapatkan ganjaran (reward) setelah ia melakukan sesuatu, dengan adanya
stimuli semacam itu individu akan melakukannya lagi agar ia mendapatkan hal
(ganjaran) yang serupa.
Proposisi
nilai, “semakin tinggi nilai suatu tindakan,
maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu” (Homans, dalam Poloma: 63).
Proposisi ini berkaitan dengan tingkat atau tinggi rendahnya nilai dari sebuah
tindakan. Disini
Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan dengan
nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan
perilaku yang diinginkan. Sedangakan hukuman adalah hal yang diperoleh karena
tingkah laku yang negatif. Dalam pengamatannya, Homans memperhatikan
bahwa hukuman bukanlah merupakan cara yang efektif untuk mengubah
tingkah laku seseorang. Ketika tindakan memiliki nilai yang
tinggi maka seorang individu ini akan semakin senang atau menikmati apa yang
dilakukannya berbeda ketika nilai dari sebuah tindakan itu rendah atau bahkan
justru tidak ada nilai yang mengikutinya maka individu akan cenderung malas
atau bahkan tidak melakukan tindakan itu. Jadi ketika individu melakukan satu
tindakan ia melihat dari sisi nilai yang dimiliki ketika tindakan itu dilakukan.
Proposisi
Kejenuhan (deprivasi–satiasi),
“semakin sering di masa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran
tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap
unit ganjaran” (Homans, dalam Poloma: 63-64). Dalam proposisi kejenuhan (deprivasi–satiasi) ini menjelaskan bahwa
ketika suatu tindakan yang pada awalnya bernilai semakin lama nilai tersebut
akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dapat dikatakan bahwa
dari tindakan yang bernilai ketika tindakan itu dilakukan berulang-ulang maka
setiap perulangan tersebut akan terjadi pengurangan nilai. Individu akan
merasakan terjadinya pengurangan nilai dari tindakan yang ia lakukan berulang
karena pengulangan itu sendiri yang menyebabkan adanya pengurangan nilai
tersebut. Unsur
waktu menjadi sangat penting didalam proposisi ini. Orang pada umumnya tidak
akan lekas jenuh, kalau ganjaran itu di peroleh sesudah waktu yang cukup lama.
Proposisi
Persetujuan (restu) – agresi,
dalam bagian ini ada
dua proposisi yang berbeda. Proposisi yang pertama berbunyi “ Bila tindakan
seseorang tidak memperoleh ganjaran seperti yang diharapkannya atau mendapat
hukuman yang tidak diharapkannya, maka semakin besar kemungkinana bahwa dia
akan menjadi marah dan melakukan tindakan yang agresif, dan tindakan agresif
itu menjadi bernilai baginya.” Homans memberikan contoh bahwa jika seseorang
tidak mendapatkan nasihat yang dia harapkan dari orang lain dan orang lain itu
tidak mendapat pujian yang dia harapkan maka keduanya akan menjadi marah.
Dalam proposisi ini berbicara tentang perilaku emosional dari individu yang
timbul dari perilaku yang telah ia lakukan sebelumnya. Pada proposisi diatas
dijelaskan bahwa individu akan melakukan tindakan sebagai reaksi dari adanya
gajaran atau hukuman yang ia terima. Ketika individu tidak mendapatkan apa yang
ia inginkan ia akan melakukan tindakan agresif demi menyalurkan rasa emosional
yang ia rasakan. Tindakan atas dasar emosi tersebut bisa jadi menjadi tindakan
yang paling bernilai baginya karena apa yang ia harapkan sebelumnya tidak dapat
terpenuhi.
Proposisi
yang kedua lebih bersifat positif “ Apabila seseorang mendapat ganjaran yang diharapkannya,
khususnya ganjaran yang lebih besar dari pada yang diharapkannya, atau tidak
mendapatkan hukuman yang diperhitungkannya maka ia akan menjadi senang, lebih
besar ia akan melakukan hal-hal yang positif dan hasil dari tingkah laku yang
demikian adalah lebih bernilai baginya”. Misalnya, apabila seseorang
mendapatkan nasihat dari orang lain seperti yang diharapkannya dan orang lain
itu mendapat pujian seperti yang diharapkannya maka keduanya akan menjadi
senang dan besar kemungkinan yang satu menerima nasihat dan yang lainnya
memberikan nasihat yang lebih bermanfaat.
ketika individu mendapatkan ganjaran yang bernilai lebih dari apa yang ia
harapkan individu ini akan merasa senang atau bahkan apa yang ia lakukan
tersebut dapat menjadi hal yang paling berharga baginya
Di sumber lain (Raho, 2007: 172- 176)
menyebutkan masih ada 1 proposisi lagi yaitu Asumsi dasar proposisi rasionalitas adalah
“orang membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan.
Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika aktor menganggap bahwa itu semua cenderung tidak
akan mereka peroleh. Sedangkan imbalan yang bernilai rendah akan mengalami
petambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin diperoleh. Jadi,
terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan diperolehnya
imbalan”.
Imbalan
yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai dan sangat mungkin
dicapai. Sedangkan imbalan yang paling tidak diinginkan adalah imbalan yang
paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh. (Homans dalam Ritzer,
2009:457).
Proposisi
Homans yang terakhir ini menjelaskan proses aktivitas individu yang syarat
dengan pragmatisme kepentingan. Dalam aktivitas individu, nilai adalah segala-
galanya, nilai mendorong untuk bertindak dan juga dapat menghambat dalam
bertindak, tergantung kelebihan dan kekurangan dari nilai itu bagi individu
yang menjalankannya.
Homans menekankan bahwa proposisi itu
saling berkaitan satu sama lain dan harus dijadikan satu perangkat dalam
menganalisis perilaku individu dalam masyarakat. Proposisi – proposisi tersebut
saling melengkapi dalam menjelaskan perilaku individu untuk selanjutnya dapat
menjelaskan mengenai struktur sosial dalam masyarakat.
Aplikasi Teori
Teori pilihan rasional ini berkaitan
dengan pilihan yang berakar dari nilai dengan adanya rasionalitas yang
dimiliki. Setiap tindakan individu dipengaruhi oleh nilai yang akan didapatkan.
Pertukaran disini terjadi dimana tindakan yang dilakukan akan ditukar dengan
nilai yang diperoleh. Banyak fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
yang bisa dikaji melalui teori pilihan rasional, termasuk yang terjadi
dilingkungan pendidikan mengenai pemilihan jurusan ketika siswa sekolah
menengah atas akan melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.
Sekarang ini kuliah sudah seperti
menjadi kewajiban untuk remaja atau siswa sekolah menengah atas yang sudah
lulus sekolah, pada dasarnya pendidikan dinegeri kita ini hanya diwajibkan 9
tahun belajar. Tetapi sekarang ini banyak masyarakat yang memandang pendidikan
sebagai kebutuhan sekaligus gaya hidup, sehingga banyak dari mereka yang sangat
berkeinginan untuk dapat berkuliah.
Siswa banyak memiliki pilihan jurusan
apa yang akan ia pilih untuk ia jalani dalam perkuliahan, banyak sekali
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menawarkan jurusan-jurusan
serta program studi yang dibutuhkan, diminati, dan sengaja dibentuk hanya agar
menarik minat siswa. Tentu tindakan para siswa dalam memilih jurusan tersebut
didasari oleh alasan-alasan yang berbeda setiap individunya. Mereka mengambil
jurusan tersebut karena mereka memiliki tujuan yang ingin mereka dapatkan.
Tujuan dan nilai yang akan didapatkan ketika mereka mengambil jurusan tersebut
menjadi dasar dalam mereka menentukan jurusan itu.
Berdasarkan pengamatan dari fenomena
yang ada, ada banyak alasan mengapa siswa memilih suatu jurusan, yaitu agar
dapat masuk ke perguruan tinggi yang mereka inginkan dalam arti ketika mereka
memilih jurusan yang jarang diminati dengan tujuan persaingan yang ada sedikit
sehingga dapat dengan mudah masuk di perguruan tinggi yang diinginkan, mereka
ada yang memilih agar dapat masuk ke perguruan tinggi ternama meskipun jurusan
yang diambil tidak ia ketahui dan tidak memiliki dasar (background) di jurusan tersebut, jadi mereka bisa bangga dengan
perguruan tingginya tanpa mempermasalahkan jurusan yang diambil meskipun tidak
sesuai dengan dirinya. Adapula yang memilih jurusan karena melihat jauh kedepan
(prospek) bahwa jurusan tersebut banyak dibutuhkan dimasyarakat, sehingga nantinya
dapat mudah mencari pekerjaan. Begitu juga ada yang memilih jurusan sesuai
dengan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia sukai, jadi mereka memilih
jurusan tersebut murni karena keinginan dia atau selaras dengan cita-citanya
bukan karena jurusan tersebut milik perguruan tinggi ternama ataupun bukan
karena memiliki prospek yang cerah untuk mencari pekerjaan kedepannya. Adapula
yang memilih jurusan karena dipaksa atau disuruh orang tuanya untuk mengambil
jurusan tersebut, biasanya hal ini terjadi ketika orang tua menginginkan
anaknya hidup sejahtera nantinya sehingga sang anak diarahkan untuk memilih
jurusan yang bisa membuat sejahtera. Bahkan adapula yang memilih jurusan hanya
untuk mengindari mata pelajaran yang tidak ia sukai, misalnya ketika seseorang
tidak menyukai matematika maka ia akan mengambil seni, dll.
Mengkaji fenomena tersebut dengan
menggunakan proposisi-proposisi yang dinyatakan oleh Homans tersebut satu
persatu. Proposisi sukses, seperti yang telah dijelaskan diatas proposisi
sukses berkaitan dengan tingkat kesuksesan untuk memperoleh ganjaran atau nilai
yang diharapkan dan tindakan tersebut cenderung dilakukan lagi. Misalnya ketika
di SMA seorang siswa jurusan IPS yang mempelajari pelajaran sosiologi, disitu
dia banyak belajar tentang pola perilaku dan bagaimana dia bersikap
dimasyarakat, hal itu memberikan pengalaman berharga baginya oleh karena itu
ketika memilih jurusan dia memilih Sosiologi juga agar lebih bisa mendalami hal
tersebut.
Proposisi yang kedua yaitu proposisi rangsangan
(stimulus), proposisi stimulus ini berkaitan antara stimulus dan respon. Dalam
proposisi ini mengaitkan antara kejadian yang pernah dilakukan oleh individu
sebelumnya yang akan mempengaruhi atau merangsang adanya perulangan tindakan
yang serupa karena adanya faktor pemberian reward
sebagai ganjaran dari perilaku yang ia lakukan. Biasanya hal ini terwujud ketika waktu sma
dia mendapat nilai yang bagus di salah satu pelajaran yang itu merupakan
pelajaran yang ia sukai, dan dia juga menjadi juara kelas dan mendapatkan
hadiah dan SPP gratis, karena hal itu maka ketika memilih jurusan dia memilih
jurusan tersebut (sesuai dengan minat dan bakat).
Proposisi nilai hal ini bisa tewujud
ketika seorang anak SMA mempertimbangkan jurusan apa yang ia pilih melihat dari
seberapa bernilainya jurusan tersebut nanti baginya, misalnya ketika ia memilih
jurusan kedokteran maka ia akan dipandang sebagai orang terhormat dimasyarakat,
tetapi ketika ia memilih jurusan pertanian ia tidak diberi penghargaan yang
tinggi dimasyarakat. Sehingga ia memilih jurusan kedokteran karena proporsi
nilai.
Proposisi kejenuhan (deprivasi–satiasi)
diaplikasikan dalam fenomena yang
terjadi dikalangan siswa, dalam hal ini dapat dicontohkan ketika seorang siswa
yang mengambil jurusan pariwisata. Seorang siswa yang memilih untuk mengambil
jurusan tersebut awalnya memiliki tujuan-tujuan tertentu seperti ingin agar
dapat berlibur ketempat-tempat pariwisata, namun dalam perjalanan waktu semakin
lama diulang-ulang kegiatannya membuat apa yang dikerjakan ketika menjadi
mahasiswa terkesan tidak menarik. Terjadi pengurangan nilai pada kegiatan praktek
lapangan mahasiswa kunjungan ketempat-tempat wisata, hal ini menyebabkan
mahasiswa tadi tidak lagi ingin mengikuti kegiatan tersebut.
Proposisi (persetujuan) restu-agresi,
proposisi ini mengaitkan antara tindakan dengan emosional dari individu. misalnya,
ketika seorang siswa yang ingin sekali masuk di jurusan pendidikan guru sekolah
dasar, Universitas Negeri Yogyakarta maka ia memilih jurusan tersebut sebagai
pilihan utamanya tetapi ketika pengumuman, namanya tidak tercantum sebagai
peserta yang lolos seleksi, karena hal itu ia marah-marah, kecewa, sedih dan
tidak mau lagi memilih jurusan tersebut.
Proposisi rasionalitas banyak ditemukan
di siswa yang akan memilih jurusan, mereka mempertimbangkan banyak hal baik passing grade, persaingan untuk masuk
kejurusan tersebut, jumlah animo total siswa yang diterima di jurusan tersebut
dengan jumlah pendaftar, prospek kedepan dari jurusan tersebut, dan bahkan ijin
atau persetujuan dari orang tua, semua hal tersebut difikirkan secara
matang-matang untuk diambil keputusan terbaik dari kesemua itu, tentu mereka akan
menggunakan rasionalitas mereka dalam memilih jurusan.
C.
Kesimpulan
Setiap
tindakan individu akan mengalami pertukaran, dimana apa yang diberikan akan
mendapatkan pertukarang dengan apa yang akan didapatkan. Pilihan tindakan
individu akan diikuti oleh nilai yang menjadi tujuan. Banyak fenomena yang
terjadi disekitar kita yang dapat dikaitkan dengan teori ini, salah satunya
mengenai pilihan rasional seorang siswa yang memilih jurusan untuk dia bekuliah.
Banyak yang menjadikan pertimbangan seorang siswa akan memilih jurusan apa dia
nantinya. Pertimbangan tersebut antara lain merupakan nilai dan tujuan yang ia
dapa ketika masuk dijurusan tersebut. Ketika mereka memilih jurusan mereka juga
mempertimbangkan reward dan punishment yang ia dapat ketika ia
berada di jurusan tersebut. Pada setiap tindakan yang dilakukan akan
menimbulkan rasa emosional yang dapat mempengaruhi keberhargaan nilai dari
tindakan tersebut. Kemudian dari adanya pengulangan tindakan didalamnya akan
terjadi pengurangan nilai, pengurangan nilai ini terjadi karena pengulangan itu
sendiri. Teori pertukaran, pilihan rasional dari Homans memiliki
proposisi-proposisi yang mampu menjelaskan mengenai tindakan individu. Teori
dari Homans ini dapat dikaitkan dengan berbagai fenomena perilaku individu
dalam masyarakat sehingga kita lebih memahami makna dari setiap perilaku yang
ada.
D.
Referensi
Doyle
Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia.
Lawang,
Robert M.Z., 1990. Teori Sosiologi Klasik
dan Modern. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Poloma,
Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Rachmad
K.Dwi Susilo. 2008. 20 Tokoh Sosiologi
Modern: Biografi Para Peletak Sosiologi Modern. Yogyakarta: AE-RUZZ Media.
Raho,
Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ritzer,
G. dan Goodman, D.J. 2004. Sociological
Theory. New York: McGraw- Hill.
Robinson,
Philip. 1986. Beberapa Perspektif
Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
http://www.opowi.net/2014/03/alasan-alasan-siswa-sma-dalam-memilih_12.html
diakses pada jumat 6 juni 2014 pukul 08:00 WIB
0 Response to "TEORI PILIHAN RASIONAL PERTUKARAN SOSIAL - PERILAKU"
Post a Comment