perkembangan desa ditinjau dari masa pra modern, modern, dan era globalisasi
Friday, 13 June 2014
Add Comment
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap masyarakat dalam kehidupannya
pasti mengalami perubahan baik bersifat regress
maupun progress, karena masyarakat
bersifat dinamis. Perubahan-perubahan tersebut yang terjadi pada masyarakat
dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Perubahan dalam masyarakat
memang telah ada sejak zaman dahulu.
Sosiologi perdesaan merupakan salah satu
cabang ilmu Sosiologi. Ruang lingkup sosiologi perdesaan mencakup proses-proses
sosial, struktur sosial, dinamika sosial, dan pola perilaku serta mata
pencahariannya. Dalam perkembangannya desa dibagi menjadi beberapa tingkatan
dari desa masa pra modern, modern, dan era globalisasi. Dari berbagai macam
desa, pastinya satu desa dengan desa yang lain berbeda dan mempunyai
karakteristik masing-masing.
Desa mengalami proses pengalihan dari
masa pra modern hingga era globalisasi mencapai titik kemajuan masyarakat
perdesaan, baik dalam bidang IPTEK, pendidikan, pemerintahan dan lain-lain.
Perkembangan desa tidak hanya di intepretasikan dari pembangunan yang nampak
seperti pembangunan infrastruktur, tetapi dilihat dari pola masyarakat dan
dinamika dalam masyarakat. Dari hal tersebut, maka masyarakat terjadi mobilitas
mulai dari yang sederhana hingga yang lebih kompleks. Dengan demikian, perlu
kita mengetahui perkembangan desa ditinjau dari masa pra modern, modern, dan
era globalisasi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian desa dan bagaimana
perkembangannya ?
2.
Bagaimana perkembangan desa ditinjau
dari masa pra modern, modern, dan era globalisasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Desa dan Perkembangannya
1.
Definisi Desa dari beberapa ahli,
yaitu :
a.
Bambang Utoyo
Desa
merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang
pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
b.
R. Bintarto
Desa
adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal
balik dengan daerah lain.
c.
Sutarjo Kartohadikusumo
Desa
merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di
bawah camat.
d.
William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa
adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.
e.
S.D. Misra
Desa
adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan
batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are.
f.
Paul H Landis
Desa
adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan.
3. Cara berusaha
(ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
g.
UU no. 22 tahun 1999
Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten.
h.
UU no. 5 tahun 1979
Desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Sapari, 1990)
Pengertian desa berdasarkan dari beberapa aspek,
antara lain :
1. Aspek Morfologi, desa merupakan pemanfaatan lahan atau
tanah oleh penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah
tinggal yang terpancar (jarang).
2. Aspek jumlah penduduk, maka
desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan yang rendah.
3. Aspek
ekonomi, desa merupakan wilayah yang penduduk atau masyarakatnya
bermatapencaharian pokok di bidang pertanian, bercocok tanam atau agraria, atau
nelayan.
4. Aspek sosial
budaya, desa itu tampak dari hubungan sosial antar penduduknya bersifat khas,
yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan dan kurang
tampak adanya pengkotaan, atau dengan kata lain bersifat homogen, serta gotong
royong.
5. Aspek hukum,
desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri. (P.J.M Nas, 1979 : 28- 29 dan
Soetardjo, 1984 : 16)
2.
Perkembangan Desa
Desa-desa itu secara kualitatif dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
1.
Desa Swadaya (Tradisional), adalah desa
yang belum mampu mandiri penyelenggaraan urutan rumah tangga sendiri,
administrasi desa belum terselenggara dengan baik dan LKMD belum berfungsi
dengan baik dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat
dalam pembangunan desa secara terpadu.
2.
Desa Swakarya (Transisional), adalah
desa setingkat lebih tinggi dari Desa Swadaya. Pada desa Swakarya ini, mulai
mampu mandiri untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi
desa sudah terselenggara dengan cukup baik dan LKMD cukup berfungsi dalam
mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
secara terpadu.
3.
Desa Swasembada (Berkembang), adalah
desa setingkat lebih tingi dari Desa Swakarya. Desa Swasembada adalah desa yang
telah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa
sudah terselenggara dengan baik dan LKMD telah berfungsi dalam
mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
desa secara terpadu.
Menurut Edaran Surat Surat Direktur Jendral Pembangunan Desa,
Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.1/1998 tanggal 30 Juli 1987, tentang skor
klasifikasi tingkat perkembangan desa, bervariasi antara minimal 0 dan maksimal
150, dengan tingkatan nilai sebagai berikut :
a.
Nilai 101-150 = tingkat Swasembada
b.
Nilai 5-100 = tingkat Swakarya
c.
Nilai 0-50 = tingkat Swadaya
Klasifikasi itu adalah tingkat
perkembangan desa berdasarkan kesamaan tingkat perkembangannya, atas dasar
faktor-faktor tertentu, yaitu yang disebut faktor pembangunan desa. (Sapari,
1990)
B. Perkembangan Desa ditinjau dari
Masa Pra Modern, Modern, dan Era Globalisasi
1.
Perkembangan Desa Era Pra Modern
Perkembangan desa era pra modern terjadi pada
desa di mana masyarakatnya mengalami masa transisi dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern. Masyarakat transisi atau peralihan merupakan
masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang
lainnya. Misalnya masyarakat perdesaan yang mengalami transisi ke arah
kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dan pertanian, dan mulai masuk ke
sektor industri. Ciri-ciri masyarakat transisi, sebagai berikut :
a. Adanya
pergeseran dalam aspek kehidupan. Contohnya dalam bidang pekerjaan di mana
pergeseran dari tenaga kerja pertanian ke sektor industri.
b. Adanya
pergeseran pada tingkat pendidikan.
c. Mengalami
perubahan ke arah kemajuan.
d. Masyarakat
sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.
e. Tingkat
mobilitas masyarakat tinggi.
f. Biasanya
terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.
(http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html)
Perkembangan desa pra modern sering disebut
dengan masyarakat transisi bahwa perkembangan masyarakat merupakan dialektis
yang timbul karena pertentangan pendapat pada masyarakat yang mempunyai
peristiwa-peristiwa, mengingat kehidupan masyarakat dinamis pasti menimbulkan social affairs.
Ada beberapa ciri yang
dimiliki oleh desa di era pra-modern.
a.
Isolasi
Orang-orang desa mengelompokan
diri ke dalam desa-desa kecil yang lading pertaniannya dapat dicapai dengan berjalan
kaki. Kelompok desa ini terpisah dengan kelompok lainya, karena
penduduk yang berjumlah kecil itu hidup dengan menyebar,
sehingga kontak antara individu dan
juga antar masyarakat jarang terjadi.
b.
Homogenitas
Dalam tempat pemukiman, para pemukim cenderung sangat
homogeny dari latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya mereka mengikuti jejak imigran yang terdahulu. Itulah sebabnya para pemukim yang berasal dari suatu wilayah
tertentu cenderung mengelompok.
c.
Pertanian
Hampir semua penduduk desa adalah petani. Semua mengalami masalah
yang sama dan tugas yang sama serta sama-sama merasakan ketidakmampuan dalam menghadapi kekuatan alam yang berada di luar kemampuan manusia.
d.
Ekonomi
subsistensi
Keluarga di desa pada umumnya memproduksi segala sesuatu yang dikonsumsi (Paul B. Horton, 1992:130-131)
2.
Perkembangan
Desa Era Modern
TEORI
MODERNITAS GEORGE SIMMEL
Kesadaran individu merupakan sumber awal bagi Simmel dalam mengkaji lebih
jauh tentang interaksi sosial, ia telah melakukan teoretisasi masalah
modernitas dengan penekanan pada perkembangan pesat dari ilmu, teknologi,
pengetahuan obyektif, berikut diferensiasinya di satu sisi dan erosi budaya
subyektif di sisi lain. Konflik dan krisis kebudayaan modern oleh Simmel
digambarkan dalam bentuk pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi
atrophy (terhentinya pertumbuhan budaya subyektif) karena hypertrophy
(penyuburan budaya obyektif). Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan
budaya individu atas manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan
media atau sarana kehidupan yang mengurangi peran aktif manusia dalam
berkarya. Sehubungan dengan fenomena endemi antrophy interaksi menjadi
salah satu pokok pemikiran dalam teori Simmel.
Kemudian masyarakat dapat diartikan sebagai sejumlah individu yang
terhubungkan melalui interaksi. Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai
bidang permanen. Hubungan ini, atau bentuk sociation, sangat penting
karena mereka menunjukkan bahwa masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi
sebuah peristiwa, dan karena bentuk-bentuk sociation mengatasi
individu / dualisme sosial (individu terlibat dengan satu sama lain dan dengan
demikian merupakan sosial).
Sedangkan interaksi sosial sendiri menurut Georg Simmel memiliki
point-point tersendiri yang menurutnya merupakan hal yang perlu untuk
disertakan dalam teori-teorinya, Simmel mengungkapkan bahwa interaksi menurut bentuknya
dapat dibedakan menjadi berikut yaitu:
a.
Subordinasi (ketaatan),
b.
Superordinasi (dominasi),
c.
Hubungan seksual, Konflik, dan
d.
Sosiabilita (interaksi yang terjadi demi interaksi itu
sendiri dan bukan untuk tujuan lain). (Ritzer, 2004)
Sedangkan
menurut tipenya meliputi:
a.
Interaksi
yang terjadi antar individu-individu,
b.
Interaksi
yang terjadi antar individu-kelompok, dan
c.
Interaksi
yang terjadi antar kelompok-individu. (Ritzer, 2004)
Pada keadaan yang sama yaitu kehidupan dengan interaksi dan komunikasi
dapat menumbuhkan kemungkinan-kemungkinan tertentu, dimana hal tersebut
memiliki dampak positif dan negatif, ada pada suatu saat seseorang merasakan
kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan baik secara pribadi maupun
kelompok. Adanya kontak merupakan faktor yang mendorong terjadinya komunilkasi
, kontak tersebut terdiri dari kontak secara langsung maupun secara tidak
langsung (melalui media), dan komunikasi itu sendiri adalah gambaran dari
adanya interaksi dalam hidupnya dengan orang lain.
Simmel juga memusatkan pemikirannya mengenai relasi (hubungan), khususnya
interaksi antar pemeran sadar dan tujuannya adalah melihat besarnya cakupan
interaksi yang mungkin sepele namun pada saat lain sangat penting. Menurut
Simmel interaksi timbul karena kepentingan-kepentingan dan dorongan
tertentu. Salah satu bentuk interaksi yang dibicarakan Simmel adalah gaya
(fashion). Gaya adalah bentuk relasi sosial yang menginginkan orang
menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok. Hal positif yang muncul dari
adanya interaksi bisa terjadi melalui terjalinnya solidaritas masyarakat, dan
hal negatif adalah berupa adanya konflik.
Kondisi desa di era modernisasi saat ini
mereka sudah mulai menggunakan pemanfaatan tekhnologi, pendidikan sumber daya
manusia juga mulai berkembang. Produksi dilakukan dimasyarakat desa sudah mulai
menprioritaskan keuntungan yang sesuai, selain itu kehidupan perkotaan sudah
mulai ada didesa. Ciri desa di era modern sebagai berikut:
a. Memanfaatkan tekhnologi baru.
b. Produksi berorientasi pasar.
Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenios komoditi yang diproduksi
selalu disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah untuk
memperoleh keuntugan sebesar-besarnya.
c. Mulai
menerapkan sistem agrobisnis,
paradigam pertanian berubah menjadi agrobisnis dan agroindustri dan
perdagangan berkembang.
d. Masyarakat
sangat menghargai
pendidikan, bersedia melakukan human investmen.
e. Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan kota.
Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah berbasis pedesaan seperti pertanian,
industry desa, pertambangan, pariwisata dan lain lain.
(http://2frameit.blogspot.com/2012/03/ciri-desa-dan-beberapa-permasalahan.html)
3.
Perkembangan
Desa Era Globalisasi
Perkawinan antara teknologi
transmisi mutakhir dengan komputer melahirkan sebuah era baru, yaitu era
informasi. Era dimana akan lahir global
village (desa global). Sehingga tidak
berlebihan bila kata globalisasi dikatakan sebagai word of the year. Globalisasi berasal dari kata global yang artinya
secara umum atau keseluruhan. Era global adalah proses masuknya sebuah negara
ke ruang lingkup dunia, sehingga sekat-sekat atau tapal batas antara negara
akan semakin kabur. Globalisasi ini ditandai dengan semakin majunya teknologi
komunikasi, inilah yang disebut dengan era informasi. (Mansyur, 1977)
Collin Cherry mengungkapkan
perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah
explosion. Hal ini disebabkan karena, Pertama, secara potensial teknologi
komunikasi dapat menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejap.
Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara
geometrik. Untuk dua dekade belakangan ini saja, jumlah kontak komunikasi
global yang ada diperkirakan sama banyak dengan komunikasi serupa selama
beberapa abad lalu. Ketiga, kompleksitas teknologinya sendiri semakin canggih
(sophisticated), baik piranti lunak maupun piranti kerasnya. (Mansyur, 1977)
Era globalisasi memiliki potensi
untuk ikut mengubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat, politik,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Dialog antar budaya progresif Barat dan budaya ekspresif Timur berlangsung dalam skala besar-besaran
tanpa disadari. Fenomena baru dalam era globalisasi ini hanya dalam hal tempo
edar informasi yang kian pendek dan cakupannya yang kian luas. Berikut ini
adalah pengaruh dari era globalisasi
informasi:
1) Masyarakat global
adalah semakin tingginya peradaban yang ditopang oleh keberadaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat modern sebagaimana dihasilkan oleh
industrialisasi dan teknologisasi merupakan masyarakat dengan struktur
kehidupan yang dinamis, kreatif untuk melahirkan gagasan-gagasan demi
kepentingan manusia dalam berbagai sektor kehidupan. Daya berpikir dan daya
cipta semakin berkembang sedemikian rupa sehingga mampu memformulasikan makna
kehidupan dalam konteks yang nyata, seterusnya akan berakibat pada bergesernya
nilai-nilai budaya yang setiap saat dapat berlangsung walaupun lamban namun
pasti.
Tidak satupun peradaban yang dapat
disebut maju tanpa diikuti oleh pesatnya pertumbuhan ilmu dan teknologi.
Munculnya industrialisasi adalah dampak dari kemajuan pola pikir dan daya
kreasi manusia sehingga mampu memformulasikan makna kehidupan dalam bentuk sarana
yang tersedia di alam raya. Industrialisasi dengan demikian menyangkut proses
perubahan sosial, yaitu perubahan susunan kemasyarakatan dari suatu sistem
sosial, perubahan dari keadaan negara kurang maju (less developed country) menuju kepada negara maju (more developed country). Karena itu,
penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prasyarat
untuk memenuhi kebutuhan hidup modern yang sudah memasuki seluruh wilayah
kehidupan manusia dan masyarakat bangsa.
2) Globalisasi informasi adalah penyerbuan
komunikasi dan informasi yang menembus batas-batas budaya. Seluruh kemajuan
yang diperoleh oleh manusia tidak bisa dilepaskan dari peranan komunikasi.
sehingga sebagian orang menyebut komunikasi sebagai “perekat” hidup bersama.
Hal ini dipahami karena istilah komunikasi itu sendiri mengandung makna
bersama-sama (common, commoness: Inggris) berasal dari bahasa Latin
communicatio yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu),
pertukaran, di mana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya; ikut mengambil bagian.
Di samping sebagai lem perekat
hidup bersama, komunikasi juga sering dipandang seolah-olah memiliki kekuatan
gaib. Menurut B. Aubrey Fisher, tidak ada persoalan sosial yang tidak melibatkan
komunikasi. Oleh sebab itu setiap saat manusia selalu dihadapkan dengan masalah
sosial, yang penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih banyak atau lebih
baik. Setidak-tidaknya semua kesalahfahaman yang kemudian menimbulkan konflik
antara manusia dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya
dinyatakan sebagai akibat kesalahan komunikasi. Memang komunikasi sering
dimunculkan sebagai kambing hitam, jika terjadi keruwetan dan ketidakharmonisan
dalam hubungan antar manusia dan antara bangsa.
Komunikasi memang menyentuh semua
aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat
menyentuh komunikasi. Justru itu orang selalu melukiskan komunikasi sebagai
ubiquitous atau serba hadir. Artinya komunikasi berada di manapun dan kapanpun.
Komunikasi merupakan sesuatu yang memang serba ada. Sifat komunikasi yang serba
hadir ini, selain memberikan keuntungan juga sekaligus menimbulkan banyak
kesulitan karena fenomena komunikasi itu menjadi luas, ganda dan multi makna.
3) Tingginya laju transformasi sosial. Kemajuan
teknologi komunikasi yang dialami umat manusia dewasa ini memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berhubungan antara satu dengan
lainnya. Jarak tidak lagi menjadi kendala untuk dapat berkomunikasi. Informasi
dan peristiwa yang terjadi di belahan dunia secara cepat dapat diakses oleh
manusia di benua lain. Di samping jarak yang semakin dekat, masyarakat juga
semakin banyak mendapatkan pilihan sarana untuk menyerap informasi. Dengan
semakin cepatnya arus informasi dan beragamnya media komunikasi mengantarkan
umat manusia kepada transformasi.
Dengan munculnya masyarakat
informasi, muncul pula ekonomi informasi. Industri pabrik berubah menjadi
industri informasi. John Naisbitt mengidentifikasi beberapa hal yang perlu diperhatikan
mengenai perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi sekaligus yang
mencirikan masyarakat informasi adalah: 1) masyarakat informasi merupakan suatu
realitas ekonomi; 2) inovasi di bidang komunikasi dan teknologi komputer akan
menambah langkah perubahan dalam penyebaran informasi dan percepatan arus
informasi; 3) teknologi informasi yang baru pertama kali diterapkan dalam tugas
industri yang lama, kemudian secara perlahan akan melahirkan aktivitas dalam
proses produksi yang baru; 4) di dalam masyarakat informasi, individu yang
menginginkan kemampuan menulis dan kemampuan dasar membaca lebih bagus daripada
masa yang lalu, bisa mendapatkan pada sistem pendidikan yang tidak begitu
terinci; 5) keberhasilan atau kegagalan teknologi komunikasi ditentukan oleh
prinsip teknologi tinggi dan sentuhan yang tinggi pula. (Mansyur, 1977)
Alfin Toffler menggambarkan “karena
tumbuhnya karakter global dari teknologi, masalah-masalah lingkungan, keuangan,
telekomunikasi dan media, maka umpan balik kultural yang baru mulai beroperasi,
sehingga kebijakan sebuah negara menjadi perhatian bagi negara lain”.
Selanjutnya ia menjelaskan, implikasi dari kebijakan ini tidak ada negara yang
dengan sendirinya memiliki hak untuk menyimpan fakta dan bahwa etika informasi
yang tidak terucapkan mengatasi kepentinga nasional.
4) Terjadinya
perubahan gaya hidup (lifestyle).
Teknologi komunikasi yang semakin canggih memberi kemudahan dan kebebasan
kepada masyarakat untuk mengakses informasi apa saja yang ada. Implikasinya
terjadilah perubahan sistem nilai karena perbenturan sistem nilai yang diadopsi
oleh suatu masyarakat belum tentu atau tidak sesuai dengan latar belakang
budaya, agama pada masyarakat sebelumnya. Bahkan ada pameo yang mengatakan
kebingungan manusia modern bukan disebabkan oleh kurangnya informasi yang
diterima, namun karena terlalu banyaknya informasi yang sampai melalui berbagai
media komunikasi (flood of information).
Terpaan media cukup penetratif dan
persuasif, daya pengaruhnya sudah mampu menembus filterisasi kebudayaan
tradisional yang sudah semakin jauh ditinggalkan oleh para generasi muda di
sebuah negara. Mereka pada umumnya sudah tercerabut dari akar-akar kebudayaan
nasional, sementara kita belum lagi menemukan bentuk idel kebudayaan baru yang
nota bene diimpor dari luar. Pada saat itu peranan informasi sangat dominan
dalam mempengaruhi sekaligus mengubah watak dan kepribadian seseorang. Di
sinilah fungsi krusial informasi benar-benar berlaku sebagai sebuah kekuasaan (information is power).
Informasi memainkan peranan yang
vital dalam sebuah masyarakat, dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan sebuah komunitas. Sebaliknya, jika informasi dibatasi dan
dikekang, ia bisa menjadi alat depostisme dan ketidakadilan sosial. Menurut
Ziauddin Sardar informasi merupakan kekuasaan, tanpa informasi seseorang tidak
memiliki kekuasaan. Jika informasi dibolehkan mengalir secara bebas dalam
masyarakat, maka ia akan memberikan jalan ke arah kekuasaan kepada masyarakat
yang terbelakang, serta akan mencegah konsentrasi kekuasaan pada segelintir
orang.
5) Era
globalisasi dan informasi adalah semakin tajamnya gap antara negara industri
dengan negara berkembang, dengan kata lain terjadinya dominasi informasi oleh
negara-negara maju terhadap negara-negara terbelakang. Alat dominasi yang
paling efektif adalah pengetahuan, sedangkan pengetahuan itu tidak lain
berbasis informasi. Menurut F. Rachmadi, kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi pada satu sisi telah berhasil mengatasi dimensi ruang dan waktu,
namun di sisi lain ternyata juga mempertajam ketidakseimbangan informasi antara
negara-negara maju dengan negara-negara berkembang. Secara kuantitatif arus
informasi dunia dikuasai oleh negara-negara maju. Arus informasi dunia
memperlihatkan ketidakseimbangan yang serius, bahkan sebagian besar
negara-negara dunia ketiga tidak memiliki alat-alat dan struktur yang memadai
bagi pemancaran dan penerimaan informasi. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan
kepincangan dan ketergantungan negara-negara berkembang terhadap negara-negara
maju. Negara-negara maju memiliki pengaruh dan dominasi yang kuat terhadap
negara yang belum memiliki teknologi maju. (Sumber 1 s/d 5)
Kita harus dapat memahami manfaat
dan mudarat informasi serta secara sadar memanfaatkannya untuk mencapai
tujuan-tujuan kita, bukan tujuan-tujuan Barat. Penyaluran informasi yang
dikembangkan oleh Barat pada era ini bertendensi sinisme dan antipati terhadap
Islam sehingga seringkali tidak berdasarkan objektivitas, akurasi dan
keseimbangan sumber. Arus deras penyebaran berita dengan kedangkalan
interpretasi Dunia Barat terhadap masalah hak azasi dalam Islam, seringkali
merupakan akibat dari kurangnya informasi dan karena pengaruh kekuasaan yang emosional.
Mereka menggambarkan situasi ke dalam kaca yang pecah. Ahmad Naufal mengatakan
bahwa strategi yang dilakukan Barat adalah memecah belah dan menimbulkan
kecemasan (keresahan) di hati umat Islam, dengan taktik memanfaatkan perbedaan
pendapat di kalangan umat. Rekayasa informasi merupakan bagian integral dari
rekayasa sosial.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten.
Desa era pra modern ciri cirinya terdiri dari:
1.
Isolasi,
2.
Homogenitas,
3.
Pertanian, dan
4.
Ekonomi subsistensi
Desa era modern ciri-cirinya terdiri dari:
1) Memanfaatkan
tekhnologi baru,
2) Produksi
berorientasi pasar. Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenios komoditi yang
diproduksi selalu disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi
adalah untuk memperoleh keuntugan sebesar-besarnya,
3) Mulai
menerapkan sistem agribisnis, paradigam pertanian berubah menjadi agribisnis
dan agroindustri dan perdagangan berkembang, Masyarakat sangat mengahrgai
pendidikan, bersedia melakukan human investmen, dan
4) Masyarakat
sudah mengadopsi kehidupan kota. Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah
berbasis pedesaan seperti pertanian, industri desa, pertambangan, pariwisata
dan lain lain
Desa di era globalisasi Perkawinan
antara teknologi transmisi mutakhir dengan komputer melahirkan sebuah era baru,
yaitu era informasi. Era dimana akan lahir global
village (desa global). Sehingga tidak berlebihan bila kata globalisasi
dikatakan sebagai word of the year.
Globalisasi berasal dari kata global yang artinya secara umum atau keseluruhan.
Era global adalah proses masuknya sebuah negara ke ruang lingkup dunia,
sehingga sekat-sekat atau tapal batas antara negara akan semakin kabur.
Globalisasi ini ditandai dengan semakin majunya teknologi komunikasi, inilah
yang disebut dengan era informasi.Berikut ini adalah pengaruh dari era globalisasi informasi:
1. Masyarakat
global adalah semakin tingginya peradaban yang ditopang oleh keberadaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Globalisasi
informasi adalah penyerbuan komunikasi dan informasi yang menembus batas-batas
budaya.
3. Tingginya
laju transformasi sosial.
4. Terjadinya
perubahan gaya hidup (lifestyle).
5. Era
globalisasi dan informasi adalah semakin tajamnya gap antara negara industri
dengan negara berkembang, dengan kata lain terjadinya dominasi informasi oleh
negara-negara maju terhadap negara-negara terbelakang.
B. Saran
Hendaknya setelah kita mempelajari
tentang Teori Perkembangan Desa dapat mengetahui bahwa suatu desa di wilayah
tertentu mengalami perubahan progress dan regress. Oleh karena itu, setiap
masyarakat desa mengalami perubahan kita harus mengetahui desa terdapat tiga
tahapan, yaitu pra era modern, era modern, dan era globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin, Toffler. 1992.Pergeseran KekuasaanBagian II. Jakarta:
Panca Simpati.
Anwar, Arifin. 1995. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Asy’ari, Sapari Imam. 1990. Sosiologi Desa Kota. Surabaya: Usaha Nasional.
B. Aubrey Fisher. 1986. Teori-teori Komunikasi. Bandung: Remadja
Karya.
ciri desa
dan beberapa permasalahan http://2frameit.blogspot.com/2012/03/ciri-desa-dan-beberapa-permasalahan.html diakses
pada hari Senin, tanggal 3 Maret 2014 pukul 19.00 WIB.
Horton & Paul. 1992. Sosiologi. Jakarta: Erlangga
Ifzanul. 2010. Masyarakat Tradisional. http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html diakses pada
hari Senin, tanggal 3 Maret 2014 pukul 19.30 WIB.
Malik, Dedy
Djamaludin. 1993. Komunikasi dan Budaya Massa. Audientia
Jurnal Komunikasi. LP3 K Bandung dan Humas Pemda Jabar.
Mansyur,
M. Cholil. 1977. Sosiologi Masyarakat
Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional.
Ptkom. 2010. Era Globalisasi Informasi
Mengubah (http://ptkom.blogspot.com/2010/07/era-globalisasi-informasi-mengubah.html) diakses pada
hari Senin, tanggal 3 Maret 2014 pukul 19.15 WIB.
Ritzer, George dan Goodman,
Douglas J. 2004. TeoriSosiologi
Modern. Jakarta: Kencana.
Ritzer, George dan Goodman,
Douglas J. 2008.TeoriSosiologi. Yogyakarta :
KreasiWacana.
Wikipedia. 2014. Desa. http://id.wikipedia.org/wiki/Desa diakses pada
hari Senin, tanggal 3 Maret 2014 pukul 19.00 WIB.
Zamroni. 2007. Pendidikan
dan Demokrasi dalam Transisi. Jakarta :PSAP Muhammadiyah.
0 Response to "perkembangan desa ditinjau dari masa pra modern, modern, dan era globalisasi"
Post a Comment