-->

perspektif global dalam bidang lingkungan hidup

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Globalisasi melahirkan masyarakatnyang terbuka. Masyarakat tersebut merupakan konsekuensi dari masyarakat yang memberikan nilai kepada individu, kepada hak dan kewajiban sehingga semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya dan menyumbangkan kemampuannya bagi kemajuan bangsanya.
Proses globalisasi melahirkan kesadaran global, dimana manusia saat ini merasa satu dengan lainnya saling tergantung dan saling membutuhkan, saling memberi dan saling membantu. Ini memungkinkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang demikian cepat sehingga dapat menyatukan umat manusia.
Salah satu kesadaran masyarakat global yaitu mengenai isu lingkungan yang saat ini telah mengkhawatirkan dunia. Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala kebutuhan hdup manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia akibat terjadinya pencemaran lingkungan.
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini.
Oleh karena itu, dalam menanggapi isu lingkungan hidup kami akan membahas dan memberikan gambaran umum mengenai perspektif global mengenai lingkungan hidup, isu-isu global tentang lingkungan hidup, serta penyelesaian-penyelesaian yang diajukan dalam masalah lingkungan saat ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perspektif global dalam bidang lingkungan hidup?
2.      Bagaimana isu-isu global mengenai lingkungan hidup?
3.      Apa solusi atau penyelesaian yang ditawarkan mengenai isu lingkungna hidup saat ini?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui perspektif global dalam bidang lingkungan hidup
2.      Untuk mengetahui isu-isu global mengenai lingkungan hidup
3.      Untuk mengetahui solusi atau penyelesaian yang ditawarkan mengenai isu lingkungna hidup saat ini.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      PERSPEKTIF GLOBAL DALAM BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
1.      Definisi Lingkungan Hidup
Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1 Pasal 1 merumuskan pengertian lingkungan atau lingkungan hidup sebagai berikut:
“lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”
Secara gamblang dapat dinyatakan bahwa lingkungan hidup tidak lain yaitu segala sesuatu yang ada disekeliling manusia yang berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia (dan makhluk hidup lainnya.
2.      Lingkungan Hidup Sebagai Isu Global
Masalah lingkungan seperti pencemaran (udara, tanah, air, suara atau kebisingan, sinar yang menyilaukan), banjir, kekeringan, tanah longsor, hama, dan sebangsanya yang mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia, tidak hanya terjadi secara lokal atau regional di tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas terjadi dimana-mana dipermukaan bumi ini. Masalah lingkungan hidup telah menjadi perhatian dan kepedulian dunia, baik lembaga-lembaga dibawah PBB maupun yang merupakan LSM.
Selanjutnya berkenaan dengan sumber daya, G.T. Miller mengemukakan pengertian sumber daya atau sumber daya alam adalah suatu bentuk materi atau energi yang diperoleh dari lingkungan fisikal yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya ini tidak hanya berupa kondisi fisikal alamiah, melainkan juga dapat berupa Sumber Daya Alam (SDA) dan juga Sumber Daya Manusia (SDM).
3.      Isu Lingkungan
Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala kebutuhan hidup manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia akibat terjadinya pencemaran lingkungan
a.    Isu Lingkungan Lokal
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain: penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu, pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer belakangan ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Lokal
a)      Kekeringan
kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak: menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
b)      Banjir
merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
c)      Longsor
adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang. Dampaknya : terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu perekonomian dan kegiatan transportasi
d)     Erosi pantai
terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak : menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan pariwisata.
e)      Instrusi Air Laut
air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove. Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.
b.    Isu Lingkungan Nasional
Tanam Untuk Kehidupan adalah satu komunitas yang punya perhatian untuk isu-isu lingkungan. Tujuan utama digelar acara ini adalah sebagai ajang pendidikan dan hiburan untuk membuka opini masyarakat agar peduli lingkungan bermaksud mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat lingkungan mereka sendiri. Acara ini sendiri juga jadi wadah kolaborasi seni budaya lokal, nasional, dan internasional dalam mengekspresikan kepedulian mereka terhadap lingkungan, mempromosikan seni budaya serta pariwisata Salatiga, dan memperluas jaringan kerjasama antara komunitas seni dan lingkungan dari Australia dan Indonesia.
Anak-anak juga ikut berpartisipasi pada acara ini Anak-anak lebih mudah diajak untuk peduli lingkungan daripada orang dewasa. Apabila sejak kecil mereka telah terbiasa untuk mencintai lingkungan, maka kebiasaan ini akan berlanjut sampai mereka dewasa nanti. Kegiatan tentang lingkungan seperti ini harusnya lebih sering dilakukan karena bagus untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Nasional
a)      Kebaran Hutan
Proses kebakaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia . kebakaran oleh manusia biasanya karena bermaksut pembukaan lahan untuk perkembunan. Dampaknya: memeberi kontribusi CO2 di udara, hilangnya keaneragaman hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan dan asapnya bisa berdampak kenegra lain. Tidak hanya pada local namun ke negra tetanggapun juga terkena.
b)      Pencemaran minyak lepas pantai
hasil ekploitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi. Pencemaran minyak lepas pantai diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor atau kapal tenggelam yang menyebankan lepasnya minyak ke perairan. Dampak : mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung gelombang air laut. Dapat berdampak kebeberapa negara, akibatnya tertutupnya lapisan permukaan laut yang menyebabkan penetrasi matahari berkurng menyebabkan fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen, dan dapat menyebabkan kematian organisme laut.

c.    Isu Lingkungan Global
Sebelumnya orang menduga masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan udara dll. Belakangan orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun mempengaruhi iklim dan lingkungan secara signifikan. Ambilah contoh penebangan hutan, mempengaruhi perubahan suhu dan curah hujan secara lokal. Ketika area hutan yang hilang semakin luas, maka akibat yang ditimbulkan bukan lagi lokal tapi sudah berskala regional. Kenapa hutan ditebang? Tentu saja ada motivasi-motivasi manusia yang membuat mereka menebang hutan, misalnya motivasi ekonomi. Untuk skala negara, negara membutuhkan devisa untuk menjalankan roda pembangunan. Karena industri negara belum mapan dan kuat, maka yang bisa diekspor untuk menambah devisa adalah menjual kayu. Modal dan keahlian yang dibutuhkan untuk menebang pohon relatif kecil dan sederhana, bukan?
Menjadi masalah global yang mempengaruhi lingkungan juga misalnya pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat. Pertumbuhan penduduk memiliki arti pertumbuhan kawasan urban dan juga kebutuhan tambahan produksi pangan. Belum lagi ada peningkatan kebutuhan energi. Pada masing-masing kebutuhan ini ada implikasi pada lingkungan.
Coba kita perhatikan contoh dari kebutuhan lahan urban dan lahan pertanian. Pemenuhan kebutuhan ini akan meminta konversi lahan hutan. Semakin lama daerah-daerah resapan air makin berkurang, akibatnya terjadi krisis air tanah. Di sisi lain di beberapa kawasan berkemiringan cukup tajam menjadi rawan longsor, karena pepohonan yang tadinya menyangga sistem kekuatan tanah semakin berkurang. Kemudian karena resapan air ke tanah berkurang, terjadilah over-flow pada air permukaan. Ketika kondisi ini beresonansi dengan sistem drainase yang buruk di perkotaan terjadilah banjir. Banjir akan membawa berbagai penderitaan. Masalah langsungnya misalnya korban jiwa dan harta. Masalah tidak langsungnya misalnya mewabahnya berbagai penyakit, seperti malaria, demam berdarah, muntaber dll.
Sekarang kita beralih ke masalah eksploitasi energi. Saat ini Indonesia misalnya masih sangat bergantung pada sumber energi minyak bumi. Ini yang menjelaskan betapa hebohnya pemerintah dan masyarakat akibat masalah minyak. Pemerintah bingung menutupi anggaran belanja negara, karena besarnya pengeluaran untuk impor minyak. Masyarakat bingung sebab kenaikan harga minyak memililiki efek berantai pada kenaikan harga barang-barang di lapangan.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa penggunaan minyak dari sisi lingkungan, dan lebih spesifiknya sisi komposisi udara di atmosfir, berarti peningkatan gas carbon dioxida (CO2). Gas ini, bersama lima jenis gas lain diketahui menjadi penyebab terjadinya efek pemanasan global (global warming). Diperkirakan diantara tahun 1990-2100 akan terjadi kenaikan rata-rata suhu global sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat celsius. Akibatnya akan terjadi kenaikan rata-rata permukaan air laut disebabkan mencairnya gunung-gunung es di kutub. Banyak kawasan di dunia akan terendam air laut. Akan terjadi perubahan iklim global. Hujan dan banjir akan meningkat. Wabah beberapa penyakit akan meningkat pula. Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Pendek kata akan terjadi pengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata.
Di tengah kondisi di atas dimulailah prakarsa-prakarsa pro-lingkungan pada tingkat global. Kyoto Protokol adalah konvensi yang masih cukup hangat dan masih akan diberlakukan secara efektif mulai tahun 2007. Isi utama Protokol ini adalah upaya pengurangan emisi enam gas yang mengakibatkan kenaikan suhu global. Pada tahun 2008-2012 akan diadakan pengukuran sistematis balance pengeluaran dan penyerapan gas-gas ini pada semua negara yang telah menandatangani Protokol ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Global
a)      Pemanasan Global
Panas yang akan berasal dari sinar matahari akan dipantulkan kembali ke angkasa luar, dan bila tidak ada gas rumah kaca, maka suhu bumi rata-rata sekita -18 derajat celcius. Dengan adanya rumah kaca, sebagian besar infra merah diserap oleh atmosfer (tak lepas ke angkasa luar) di lapisan troposfer, sehingga suhu dan troposfer dan permukaan bumi naik rata-rata menjadi 15 derajad celcius.
Pemanasan Global/Global Warming pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperature global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emesi gas karbondioksida, metana, dinitrooksida, dan CFC sehingga energy matahari tertangkap dalam atmosfer bumi. Dampak bagi lingkungan biogeofisik : pelelehan es di kutub, kenaikan mutu air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna, migrasi fauna dan hama penyakit. Dampak bagi aktivitas sosial ekonomi masyarakat: gangguan pada pesisir dan kota pantai, gangguang terhadap prasarana fungsi jalan, pelabuhan dan bandara. Gangguan terhadap pemukiman penduduk, ganggungan produktifitas pertanian. Peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit
b)      Penipisan Lapisan Ozon
Lapisan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan tumbuhan, hewan maupun manusia. Sebabf sifat ozon yang melindungi mahluk hidup dari sinar ultraviolet yang mematikan.  Dalam lapisan statosfer pengaruh radiasi ultraviolet, CFC terurai dan membebaskan atom klor. Klor akan mempercepat penguraia ozon menjadi gas oksigen yang mengakibatkan efek rumah kaca. Beberapa atom lain yang mengandung brom seperti metal bromide dan halon juga ikut memeperbesar penguraian ozon. Dampak bagi makhluk hidup: lebih banyak kasus kanker kulit melanoma yang bisa menyebabkan kematian, meningkatkan kasus katarak pada mata dan kanker mata, menghambat daya kebal pada manusia (imun), penurunan produksi tanaman jagung, kenaikan suhu udara dan kematian pada hewan liar, dll.
c)      Hujan Asam
Hujan asam ini disebabkan oleh pembakaran fosil. Derajat keasaman larut dapat dibedakan tiga, yaitu: asam, netral, dan basa. Pada dasarnya air hujan asam (derajat keasaman lebih kecil 7), hal ini disebabkan karena atmosfer mengandung karbondioksida. Apabila karbondioksida tersebut terkena air maka akan menjadi asam karbonat. Hujan disebabkan oleh oksida belerang dan oksida notrogen.
Proses revolusi industri mengakibatkan timbulnya zat pencemaran udara. Pencemaran udara tersebut bisa bereaksi air hujan dan turun menjadi senyawa asam. Dampaknya : proses korosi menjadi lebih cepat, iritasi pada kulit, sistem pernafasan, menyebabkan pengasaman pada tanah.
d)     Pertumbuhan populasi
pertambahan penduduk duia yang mengikuti pertumbuhan secara ekponsial merupakan permasalahan lingkungan. Dampaknya: terjadinya pertumbuhan penduduk akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber daya alam dan ruang.
e)      Desertifikasi
merupakan penggurunan, menurunkan kempampuan daratan. Pada proses desertifikasi terjadi proses pengurangan produktifitas yang secara bertahap dan penipisan lahan bagian atas karena aktivitas manusia dan iklim yang bervariasi seperti kekeringan dan banjir. Dampak : awalnya berdampak local namun sekarang isu lingkungan sudah berdampak global dan menyebabkan semakin meningkatnya lahan kritis di muka bumi sehingga penangkap CO2 menjadi semakin berkurang.

f)       Penurunan keaneragaman hayati
adalah keaneragaman jenis spesies makhluk hidup. Tidak hanya mewakili jumlah atau sepsis di suatu wilayah, meliputi keunikan spesies, gen serta ekosistem yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Dampaknya: karena keaneragaman hayati ini memeliki potensi yang besar bagi manusia baik dalam kesehatan, pangan maupun ekonomi
g)      Pencemaran limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Bahan yang diindentifikasi memiliki bahan kimia satu atau lebih dari karasteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifai reaktif, beracun, penyabab infeksi, bersifat korosif. Dampak : dulunya hanya bersifat lokal namun sekarang antar negara pun melakukan proses pertukaran dan limbanya di buang di laut lepas. Dan jika itu semua terjadi maka limbah bahan berbahaya dan beracun dapat bersifat akut sampai kematian makhluk hidup.
h)      Pencemaran Air
Air dapat tercemar oleh berbagai bahan pencemaran yang berasa dari:
1)      Limbah industri yang belum diolah pada umumnya mengandung logam berat dan bahan beracun yang berbahaya (B3).
2)      Limbah rumah tangga yang biasa mengandung deterjen dan bakteri koli.
3)      Sisa pupuk dan racun hama dari usaha pertanian.
4)      Serbuk radioaktif dari bahan peledak pada percobaan persenjataan di laut,  dan penangkapan ikan dengan peledak.
5)      Tumpahan minyak dari kebocoran tanker pengngkut bahan bakar, atau pipa-pipa pengeboran lepas pantai, dan buangan bekas minyak pelumas dari kapal ketika merapat kepantai, lapisan minyak menyebabkan air kekurangan oksigen.
Indikator pencemaran yang banyak dilakukan untuk kotrol kualitas air adalah DO (Disolved Oxygen) dan BOD (Biological Oxygen Demand=kebutuhan oksigen untuk proses biologis), antara lain disebabkan dalam penentuan DO dan BOD tidak memerlukan waktu yang lama, dan alat-alat yang digunakkan sangat sederhana dan murah. Uji coba ini penting untuk menjamin aerobik perairan menampung limbah. Adanya oksigen bebas diperlukan dalam berbagai biota air.
Menurut Krenkel (1980) dalam Darsono (1995) menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi BOD di dalam air, yaitu:
a)      Suhu, dimana suhu memberi pengaruh yang berarti terhadap kebanyakan reaksi biokimia. Aktivitas biologis ditingkatkan dengan meningkatnya suhu sampai 60 derajat celcius.
b)      Derajad keasaman. Organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada kisaran Ph yang sempit (6,5 – 8,3).

B.       ISU-ISU GLOBAL MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP
Isu mengenai energi dan lingkungan hidup menjadi isu yang melibatkan banyak aktor dan kepentingan. Ini tercermin dari alotnya perundingan dan negosiasi pengurangan emisi gas rumah kaca dalam bnayak perundingan yang diselenggrakan oleh badan-badan lingkungan PBB atau =pun berbagai perundingan multilateral lainnya. Amerika serikat sebagai negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia menolak meratifikasi Protokol Kyoto. Keengganan AS dan negara-negara maju lainnya untuk mentaati dan meratifikasi Protokol Kyoto karena komitmen pengurangan emisi CO2 berarti mengurangi laju industrialisasi dan konsumsi. Padahal hal ini sangat penting bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Penurunan industrialisasi dan laju konsumsi akan memengaruhi pertumbuhan dan kemakmuran.
Hal sama dilakukan oleh negara China, bahkan China mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata tertinggi di dunia dalam masa kurang lebih dua dekade. Namun negara ini juga mendorong peningkatan penggunaan bahan bakar fosil dan batu bara sehingga meningkatnya kontribusi negara tersebut dalam menyumbangkan emisi CO2. Spesies manusia terancam oleh semakin menurunnya kualitas lingkungsn dan bencana alam karena perubahan iklim yang ekstrem. Sehingga menurut Andre Gorz, dalam masyarakat industri lanjut orang tidak selamanya miskin karena kesenjangan akan persediaan barang-barang konsumsi yang cukup besar, tetapi karena iklim dan cara barang-barang tersebut diproduksi.
Banjir terbesar yang melanda Australia dan Brazil juga menewaskan ratusan orang dan menenggelamkan sejumlah besar tempat tinggal. Para ilmuan memprediksikan bahwa banjir yang terjadi di Queensland tersebut ada hubungannya dengan perubahan iklim dan pemanasan global. Sedangkan banjir di Brazil setidaknya menewaskan 655 orang dan sekitar 13.000 orang ditempatkan di penampungan.

Asal muasal bencana
     Ada banyak cara yang bisa digunakan untukk menggambarkan bencana lingkungan yang kini melanda banyak negara, baik maju, berkembang, maupun kurang berkembang. Namun sebagian bencana lingkungan hidup sekarang ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Deforestasi yang disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks menjadi salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan, kemudian pertanian ladang berpindah, perkebunan sawit, dan industrialisasi telah memberi sumbangan signifikan atas kerusakan lingkungan yang melanda dunia ini sekarang.
Wolf merumuskan tiga hal yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan, yaitu ketidakpedulian pemerintahan yang diktator terhadap tekanan publik, ketidakpedulian perusahaan milik negara terhadap kebthan untuk memakai sumber daya secara efisien, dan swasembada. Namun sebenarnya yang lebih parah ialah sifat kapitalisme terutama pasar uang yang tidak stabil telah menciptakan berbagai krisis keuangan yang membuat usaha untuk mengerem eemisi efek rumah kaca terhambat.
Lingkungan tidak mengalami kerusakan pada masa ratusan tahun lalu, tetapi kerusakan lingkungan mempunyai laju yang lebih cepat  dalam sistem kapitalisme terutama kapitalisme neoliberal.

Pemanasan global dan perubaham iklim
Konsumsi energi yang tidak dapat diperbarui terutama minyak dan batu bara mempunyai konsekuensi serius atau kerusakan lingkungan. Utamanya, dalam kasus pemanasan global dan perubahan iklim. Ini karena zat sisa pembakaran kedua bahan bakar tersebut akan melepaskan gas efek rumah kaca yang berefek terhadap meningktanya suhu bumi dan mendorong terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini mempunyai dampak lanjutan yang cukup berbahaya bagi kelangsungan spesies manusia dan mengancam apa yang kemudia disebut sebagai human scurity.
Damapak-dampak perubahan iklim dapat dilihat sebagai berikut:
a)      Peningkatan suhu sedang sejak tahun 1990 suhu rata-rata tahuna  telah meningkat sekitar 0,3 derajat celsius pada seluruh musim.
b)      Peningkatan intensitas hujan-curah hujan pertahun diperkirakan meningkat 2-3% di seluruh indonesia dalam periode lebih pendek meningkatkan resiko banjir secara signifikan.
c)      Naiknya permukaan air laut, ini akan menggenngi daerah istimewa yogyakarta produktif pantai, memengaruhi pertanian, dan penghidupan pantai. Termasuk tambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung.
d)     Air laut bertambah hangat sehingga memengaruhi keanekaragaman hayati lautan dan memberi tekanan lebih pada terumbu karang yang sudah terancam.
e)      Merebaknya penyakit yang berkembang biak lwat air dan vektor seperti malaria, dan demam berdarah.
Respon ditingkat global
Isu lingkungan hidup sebenarnya bukanlah merupakan isu baru. Dalam hal ini isu mengenai lingkungan hidup tidak lagi menjadi monopoli satu dua negara saja. Sebaliknya ini menjadi perhatian seluruh umat manusia baik negara maupun bukan negara. Dalam merespon isu lingkungan dan secara spesifik pemanasan global para pemimpin dunia memberikan perhatian yang cukup serius. Respon tersebut muncul dalam skala regional maupun global. Misalnya dalam usahanya mengurangi emisi gas efek rumah kaca uni Eropa berusaha melakukan pengereman melalui ajak emisi penerbangan. Kemudian Komisi Uni Eropa akan melanjutkan rencana menarik pajak emisi penerbangan udara yang akan berimbas pada semakin mahalnya tiket. Industri penerbangan tercatat menyumbang 10kilo ton emisi karbon dioksida ke udara setiap tahun di benua Eropa. EU memaksa industri penerbangan yang berani mampir memotong emisi karbon. Pengurangan emisi karbon ini dihitung lewat pajak yang dananya akan dislurkan sebagai dana upaya mencegah perubahan iklim.
Pembicaraan mengenai lingkungan hidup biasanya secara multilateral dan sering disebut konvensi. Konferensi Stockholm yang diselenggarakan pada tahun 1972 menjadi salah satu tonggak penting usaha mengatasi kerusakan lingkungan. Setelah itu disusul konferensi lainnya seperti Konvensi Viena, Protokol Montreal, konferensi Rio, dan masih banyak lagi. Walaupun telah banyak konferensi-konferensi dunia yang  membahas mengenai lingkungan hidup namun tetap saja oengurangan akan emisi gas efek rumah kaca tidak berhasil. Terlebih di masa industrialisasi.

C.      Solusi Atau Penyelesaian Yang Ditawarkan Mengenai Isu Lingkungna Hidup Saat Ini
Beberapa sosulisi yang ditawarkan oleh pemakalah di antaranya adalah:
1.      Revitalisai Fungsi Hutan
Hutan adalah tempat bagi jutaan spesiae tumbuhan atau hewan. Berjuta tumbuhan tersebut dapat memproduksi oksigen dan menyerap karbon dioksida serta gas-gas lain yang dapat memicu pemanasan global. Faktanya hutan di Indonesia saat ini banyak sekali yang rusak, oleh karena itu agar hutan dapat berfungsi sebagai penyerap gas-gas yang dapat memicu pemanasan global diperlukan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut bukan hanya diam dan meratapi keadaan hutan sekarang ini. Kita tidak boleh mengesampingkan dan bersikap acuh tak acuh terhadap permasalahan hutan, karena jika dilihat dari fungsinya ada banyak manfaat yang menyokong kehidupan manusia. Ada sebuah gerakan yang digalakkan untuk menyelamatkan hutan di seluruh dunia ( termasuk Indonesia). Gerakan itu diberi nama “Gerakan Penanaman 1 Miliar pohon” dengan tag line: Banyak pohon, banyak rejeki. Program ini bertujuan untuk mengatasi krisis lingkungan hidup di bumi. Tentunya sangat membutuhkan partisipasi publik yang didorong oleh kesadaran, kemauan, dan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan. Dengan menanam pohon diharapkan mampu mereduksi dampak perubahan iklim. Program ini mendapat respon yang bagus dari masyarakat sehingga memperoleh kesuksesan karena pohon yang ditanam melebihi target yang telah ditentukan. Suksesnya program ini menunjukkan bahwa publiktelah memiliki kesadaran yang cukup dan mau berpartisipasi aktif dalam aksi penyelamatan lingkungan. Pemerintah Indonesia pun telah membuat beberapa program “sayang hutan” untuk menumbuhkan budaya menanam di masyarakat. Beberapa program diantaranya: Aksi Penanaman Serentak Indonesia (tahun 2007 dan 2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon ( tahun 2007), serta gerakan Satu Orang Satu Pohon (One Man One Three--- tahun 2009). Partisipasi aktif publik terkait dengan program-program tersebut membuat pemerintah membuat program baru di tahun 2010 dengan judul: Gerakan Menanam 1 Miliar pohon dengan motto” 1 milliar pohon Indonesia untuk dunia. Melalui program ini kementerian kehutanan juga berupaya unutk sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama yang tinggal di daerah sekitar hutan. Program ini berjalan dengan sukses berkat partisipasi masyarakat yang tinggi. Terbukti dengan penanaman jumlah pohon yang melampaui target yaitu, pada tahun 2010 sebanyak 1,3 miliar pohon dan di tahun 2011 sebanyak 1,5 miliar pohon.

2.      Memperbanyak Ruang terbuka Hijau di Perkotaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.  Salah satu fungsi dari ruang terbuka hijau adalah untuk menunjang pelestarian dan pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.
3.      Pembanunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Dengan sistem pembangunan berkelanjutan,kita dapan meminimalisir kerusakan-kerusakan lingkunagan baik skala nasional maupun global.



BAB 111
KESIMPULAN
Kesimpulan
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Secara gamblang dapat dinyatakan bahwa lingkungan hidup tidak lain yaitu segala sesuatu yang ada disekeliling manusia yang berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia (dan makhluk hidup lainnya.
Masalah lingkungan seperti pencemaran (udara, tanah, air, suara atau kebisingan, sinar yang menyilaukan), banjir, kekeringan, tanah longsor, hama, dan sebangsanya yang mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia, tidak hanya terjadi secara lokal atau regional di tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas terjadi dimana-mana dipermukaan bumi ini. Masalah lingkungan hidup telah menjadi perhatian dan kepedulian dunia, baik lembaga-lembaga dibawah PBB maupun yang merupakan LSM. Masalah lingkunan hidup local maupun global diantaranya kekeringan, banjir, longsor, kebaran hutan, pencemaran minyak lepas pantai, pemanasan global, penipisan lapisan ozon, pertumbuhan populasi, pencemaran limbah b3 (bahan berbahaya dan beracun), pencemaran air, serta masih banyak lagi
Isu mengenai energi dan lingkungan hidup menjadi isu yang melibatkan banyak aktor dan kepentingan. Ini tercermin dari alotnya perundingan dan negosiasi pengurangan emisi gas rumah kaca dalam bnayak perundingan yang diselenggrakan oleh badan-badan lingkungan PBB ataupun berbagai perundingan multilateral lainnya. Beberapa sosulisi yang ditawarkan oleh pemakalah di antaranya adalah: revitalisai fungsi hutan, memperbanyak ruang terbuka hijau di perkotaandan pembanunan berkelanjutan.



Daftar Pustaka

Muhsinatun Siasah Masruri, dkk. 2002. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:_____

Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Oembangunan. Jakarta: Djambatan.

http://www.hpli.org/isu.php/diakses pada tanggal 13 Maret 2014


Winarno, Budi. (2011). Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.

0 Response to "perspektif global dalam bidang lingkungan hidup"

Post a Comment

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaan)

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaa...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel