perspektif global dalam bidang lingkungan hidup
Friday, 13 June 2014
Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Globalisasi
melahirkan masyarakatnyang terbuka. Masyarakat tersebut merupakan konsekuensi
dari masyarakat yang memberikan nilai kepada individu, kepada hak dan kewajiban
sehingga semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan
potensinya dan menyumbangkan kemampuannya bagi kemajuan bangsanya.
Proses
globalisasi melahirkan kesadaran global, dimana manusia saat ini merasa satu
dengan lainnya saling tergantung dan saling membutuhkan, saling memberi dan
saling membantu. Ini memungkinkan oleh kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi yang demikian cepat sehingga dapat menyatukan umat manusia.
Salah
satu kesadaran masyarakat global yaitu mengenai isu lingkungan yang saat ini
telah mengkhawatirkan dunia. Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak
diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm,
Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah
lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung
pada tanggal 15 – 18 Mei 1972. Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan
adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan
penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan
pembangunan dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat
persediaan segala kebutuhan hdup manusia juga memberi dampak negatif terhadap
manusia akibat terjadinya pencemaran lingkungan.
Saat
ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah
diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus
menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau
menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak
akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain:
penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu,
pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang
ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa
kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi
masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah
ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak
ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer
belakangan ini.
Oleh
karena itu, dalam menanggapi isu lingkungan hidup kami akan membahas dan
memberikan gambaran umum mengenai perspektif global mengenai lingkungan hidup,
isu-isu global tentang lingkungan hidup, serta penyelesaian-penyelesaian yang
diajukan dalam masalah lingkungan saat ini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
perspektif global dalam bidang lingkungan hidup?
2. Bagaimana
isu-isu global mengenai lingkungan hidup?
3. Apa
solusi atau penyelesaian yang ditawarkan mengenai isu lingkungna hidup saat
ini?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui perspektif global dalam bidang lingkungan hidup
2. Untuk
mengetahui isu-isu global mengenai lingkungan hidup
3. Untuk
mengetahui solusi atau penyelesaian yang ditawarkan mengenai isu lingkungna
hidup saat ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PERSPEKTIF
GLOBAL DALAM BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
1.
Definisi
Lingkungan Hidup
Undang-undang Republik Indonesia No. 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab 1
Pasal 1 merumuskan pengertian lingkungan atau lingkungan hidup sebagai berikut:
“lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup,
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”
Secara gamblang dapat dinyatakan bahwa
lingkungan hidup tidak lain yaitu segala sesuatu yang ada disekeliling manusia
yang berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia (dan makhluk
hidup lainnya.
2.
Lingkungan
Hidup Sebagai Isu Global
Masalah lingkungan seperti pencemaran
(udara, tanah, air, suara atau kebisingan, sinar yang menyilaukan), banjir,
kekeringan, tanah longsor, hama, dan sebangsanya yang mengganggu bahkan
mengancam kehidupan manusia, tidak hanya terjadi secara lokal atau regional di
tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas terjadi
dimana-mana dipermukaan bumi ini. Masalah lingkungan hidup telah menjadi
perhatian dan kepedulian dunia, baik lembaga-lembaga dibawah PBB maupun yang
merupakan LSM.
Selanjutnya berkenaan dengan sumber
daya, G.T. Miller mengemukakan pengertian sumber daya atau sumber daya alam
adalah suatu bentuk materi atau energi yang diperoleh dari lingkungan fisikal
yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya ini tidak hanya berupa
kondisi fisikal alamiah, melainkan juga dapat berupa Sumber Daya Alam (SDA) dan
juga Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Isu Lingkungan
Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15
Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai
dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan
Nasional oleh Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972.
Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi
manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan penduduk yang pesat
menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan dan
industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala
kebutuhan hidup manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia akibat
terjadinya pencemaran lingkungan
a.
Isu Lingkungan Lokal
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Sebagaimana telah
diketahui bersama bahwa lapisan ozon kini semakin menipis. Dengan terus
menipisnya lapisan itu, sangat dikhawatirkan bila lapisan ini tidak ada atau
menghilang sama sekali dari alam semesta ini. Tanpa lapisan ozon sangat banyak
akibat negatif yang akan menimpa makhluk hidup di muka bumi ini, antara lain:
penyakit-penyakit akan menyebar secara menjadi-jadi, cuaca tidak menentu,
pemanasan global, bahkan hilangnya suatu daerah karena akan mencairnya es yang
ada di kutub Utara dan Selatan. Jagat raya hanya tinggal menunggu masa
kehancurannya saja. Memang banyak cara yang harus dipilih untuk mengatasi
masalah ini. Para ilmuwan memberikan berbagai masukan untuk mengatasi masalah
ini sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Para sastrawan pun tak
ketinggalan untuk berperan serta dalam menanggulangi masalah yang telah santer
belakangan ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Lokal
a)
Kekeringan
kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak:
menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
b)
Banjir
merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air
hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi
karena hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan,
penyakit kulit, aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan,
dll.
c)
Longsor
adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang.
Dampaknya : terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu
perekonomian dan kegiatan transportasi
d)
Erosi pantai
terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak : menyebabkan
kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan
pariwisata.
e)
Instrusi Air Laut
air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh
manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove.
Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.
b.
Isu Lingkungan Nasional
Tanam Untuk Kehidupan adalah satu komunitas yang punya perhatian untuk
isu-isu lingkungan. Tujuan utama digelar acara ini adalah sebagai ajang
pendidikan dan hiburan untuk membuka opini masyarakat agar peduli lingkungan
bermaksud mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat
lingkungan mereka sendiri. Acara ini sendiri juga jadi wadah kolaborasi seni
budaya lokal, nasional, dan internasional dalam mengekspresikan kepedulian
mereka terhadap lingkungan, mempromosikan seni budaya serta pariwisata
Salatiga, dan memperluas jaringan kerjasama antara komunitas seni dan
lingkungan dari Australia dan Indonesia.
Anak-anak juga ikut berpartisipasi pada acara ini Anak-anak lebih mudah
diajak untuk peduli lingkungan daripada orang dewasa. Apabila sejak kecil
mereka telah terbiasa untuk mencintai lingkungan, maka kebiasaan ini akan
berlanjut sampai mereka dewasa nanti. Kegiatan tentang lingkungan seperti ini
harusnya lebih sering dilakukan karena bagus untuk menyadarkan masyarakat
tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Nasional
a)
Kebaran Hutan
Proses kebakaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia .
kebakaran oleh manusia biasanya karena bermaksut pembukaan lahan untuk
perkembunan. Dampaknya: memeberi kontribusi CO2 di udara, hilangnya
keaneragaman hayati, asap yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan dan
asapnya bisa berdampak kenegra lain. Tidak hanya pada local namun ke negra
tetanggapun juga terkena.
b)
Pencemaran minyak lepas pantai
hasil ekploitasi minyak bumi diangkut oleh kapal tanker ke tempat
pengolahan minyak bumi. Pencemaran minyak lepas pantai diakibatkan oleh sistem
penampungan yang bocor atau kapal tenggelam yang menyebankan lepasnya minyak ke
perairan. Dampak : mengakibatkan limbah tersebut dapat tersebar tergantung
gelombang air laut. Dapat berdampak kebeberapa negara, akibatnya tertutupnya
lapisan permukaan laut yang menyebabkan penetrasi matahari berkurng menyebabkan
fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen, dan dapat menyebabkan kematian
organisme laut.
c.
Isu Lingkungan Global
Sebelumnya orang menduga masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi
faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban,
tekanan udara dll. Belakangan orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun
mempengaruhi iklim dan lingkungan secara signifikan. Ambilah contoh penebangan
hutan, mempengaruhi perubahan suhu dan curah hujan secara lokal. Ketika area
hutan yang hilang semakin luas, maka akibat yang ditimbulkan bukan lagi lokal
tapi sudah berskala regional. Kenapa hutan ditebang? Tentu saja ada
motivasi-motivasi manusia yang membuat mereka menebang hutan, misalnya motivasi
ekonomi. Untuk skala negara, negara membutuhkan devisa untuk menjalankan roda
pembangunan. Karena industri negara belum mapan dan kuat, maka yang bisa
diekspor untuk menambah devisa adalah menjual kayu. Modal dan keahlian yang
dibutuhkan untuk menebang pohon relatif kecil dan sederhana, bukan?
Menjadi masalah global yang mempengaruhi lingkungan juga misalnya
pertumbuhan penduduk dunia yang amat pesat. Pertumbuhan penduduk memiliki arti
pertumbuhan kawasan urban dan juga kebutuhan tambahan produksi pangan. Belum
lagi ada peningkatan kebutuhan energi. Pada masing-masing kebutuhan ini ada
implikasi pada lingkungan.
Coba kita perhatikan contoh dari kebutuhan lahan urban dan lahan pertanian.
Pemenuhan kebutuhan ini akan meminta konversi lahan hutan. Semakin lama
daerah-daerah resapan air makin berkurang, akibatnya terjadi krisis air tanah.
Di sisi lain di beberapa kawasan berkemiringan cukup tajam menjadi rawan
longsor, karena pepohonan yang tadinya menyangga sistem kekuatan tanah semakin
berkurang. Kemudian karena resapan air ke tanah berkurang, terjadilah over-flow
pada air permukaan. Ketika kondisi ini beresonansi dengan sistem drainase yang
buruk di perkotaan terjadilah banjir. Banjir akan membawa berbagai penderitaan.
Masalah langsungnya misalnya korban jiwa dan harta. Masalah tidak langsungnya
misalnya mewabahnya berbagai penyakit, seperti malaria, demam berdarah,
muntaber dll.
Sekarang kita beralih ke masalah eksploitasi energi. Saat ini Indonesia
misalnya masih sangat bergantung pada sumber energi minyak bumi. Ini yang
menjelaskan betapa hebohnya pemerintah dan masyarakat akibat masalah minyak. Pemerintah
bingung menutupi anggaran belanja negara, karena besarnya pengeluaran untuk
impor minyak. Masyarakat bingung sebab kenaikan harga minyak memililiki efek
berantai pada kenaikan harga barang-barang di lapangan.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa penggunaan minyak dari sisi
lingkungan, dan lebih spesifiknya sisi komposisi udara di atmosfir, berarti
peningkatan gas carbon dioxida (CO2). Gas ini, bersama lima jenis gas lain
diketahui menjadi penyebab terjadinya efek pemanasan global (global warming).
Diperkirakan diantara tahun 1990-2100 akan terjadi kenaikan rata-rata suhu
global sekitar 1,4 sampai 5,8 derajat celsius. Akibatnya akan terjadi kenaikan
rata-rata permukaan air laut disebabkan mencairnya gunung-gunung es di kutub.
Banyak kawasan di dunia akan terendam air laut. Akan terjadi perubahan iklim
global. Hujan dan banjir akan meningkat. Wabah beberapa penyakit akan meningkat
pula. Produksi tumbuhan pangan pun terganggu. Pendek kata akan terjadi pengaruh
besar bagi kelangsungan hidup manusia.
Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang lingkungan sudah sangat
ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda umat manusia. Yang jadi
masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah umat
manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di
negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun
kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata.
Di tengah kondisi di atas dimulailah prakarsa-prakarsa pro-lingkungan pada
tingkat global. Kyoto Protokol adalah konvensi yang masih cukup hangat dan
masih akan diberlakukan secara efektif mulai tahun 2007. Isi utama Protokol ini
adalah upaya pengurangan emisi enam gas yang mengakibatkan kenaikan suhu
global. Pada tahun 2008-2012 akan diadakan pengukuran sistematis balance
pengeluaran dan penyerapan gas-gas ini pada semua negara yang telah
menandatangani Protokol ini.
Contoh, Penyebab dan Dampak Lingkungan Global
a)
Pemanasan Global
Panas yang akan berasal dari sinar matahari akan dipantulkan kembali ke
angkasa luar, dan bila tidak ada gas rumah kaca, maka suhu bumi rata-rata
sekita -18 derajat celcius. Dengan adanya rumah kaca, sebagian besar infra
merah diserap oleh atmosfer (tak lepas ke angkasa luar) di lapisan troposfer, sehingga
suhu dan troposfer dan permukaan bumi naik rata-rata menjadi 15 derajad
celcius.
Pemanasan Global/Global Warming pada dasarnya merupakan fenomena
peningkatan temperature global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah
kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emesi gas karbondioksida, metana,
dinitrooksida, dan CFC sehingga energy matahari tertangkap dalam atmosfer bumi.
Dampak bagi lingkungan biogeofisik : pelelehan es di kutub, kenaikan mutu air
laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim,
punahnya flora dan fauna, migrasi fauna dan hama penyakit. Dampak bagi aktivitas
sosial ekonomi masyarakat: gangguan pada pesisir dan kota pantai, gangguang
terhadap prasarana fungsi jalan, pelabuhan dan bandara. Gangguan terhadap
pemukiman penduduk, ganggungan produktifitas pertanian. Peningkatan resiko
kanker dan wabah penyakit
b)
Penipisan Lapisan Ozon
Lapisan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan tumbuhan, hewan maupun
manusia. Sebabf sifat ozon yang melindungi mahluk hidup dari sinar ultraviolet
yang mematikan. Dalam lapisan statosfer
pengaruh radiasi ultraviolet, CFC terurai dan membebaskan atom klor. Klor akan
mempercepat penguraia ozon menjadi gas oksigen yang mengakibatkan efek rumah
kaca. Beberapa atom lain yang mengandung brom seperti metal bromide dan halon
juga ikut memeperbesar penguraian ozon. Dampak bagi makhluk hidup: lebih banyak
kasus kanker kulit melanoma yang bisa menyebabkan kematian, meningkatkan kasus
katarak pada mata dan kanker mata, menghambat daya kebal pada manusia (imun),
penurunan produksi tanaman jagung, kenaikan suhu udara dan kematian pada hewan
liar, dll.
c)
Hujan Asam
Hujan asam ini disebabkan oleh pembakaran fosil. Derajat keasaman larut
dapat dibedakan tiga, yaitu: asam, netral, dan basa. Pada dasarnya air hujan
asam (derajat keasaman lebih kecil 7), hal ini disebabkan karena atmosfer
mengandung karbondioksida. Apabila karbondioksida tersebut terkena air maka
akan menjadi asam karbonat. Hujan disebabkan oleh oksida belerang dan oksida
notrogen.
Proses revolusi industri mengakibatkan timbulnya zat pencemaran udara.
Pencemaran udara tersebut bisa bereaksi air hujan dan turun menjadi senyawa
asam. Dampaknya : proses korosi menjadi lebih cepat, iritasi pada kulit, sistem
pernafasan, menyebabkan pengasaman pada tanah.
d)
Pertumbuhan populasi
pertambahan penduduk duia yang mengikuti pertumbuhan secara ekponsial
merupakan permasalahan lingkungan. Dampaknya: terjadinya pertumbuhan penduduk
akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan sumber daya alam dan ruang.
e)
Desertifikasi
merupakan penggurunan, menurunkan kempampuan daratan. Pada proses
desertifikasi terjadi proses pengurangan produktifitas yang secara bertahap dan
penipisan lahan bagian atas karena aktivitas manusia dan iklim yang bervariasi
seperti kekeringan dan banjir. Dampak : awalnya berdampak local namun sekarang
isu lingkungan sudah berdampak global dan menyebabkan semakin meningkatnya
lahan kritis di muka bumi sehingga penangkap CO2 menjadi semakin berkurang.
f)
Penurunan keaneragaman hayati
adalah keaneragaman jenis spesies makhluk hidup. Tidak hanya mewakili
jumlah atau sepsis di suatu wilayah, meliputi keunikan spesies, gen serta
ekosistem yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Dampaknya:
karena keaneragaman hayati ini memeliki potensi yang besar bagi manusia baik
dalam kesehatan, pangan maupun ekonomi
g)
Pencemaran limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Bahan yang diindentifikasi memiliki bahan kimia satu atau lebih dari
karasteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifai reaktif, beracun,
penyabab infeksi, bersifat korosif. Dampak : dulunya hanya bersifat lokal namun
sekarang antar negara pun melakukan proses pertukaran dan limbanya di buang di
laut lepas. Dan jika itu semua terjadi maka limbah bahan berbahaya dan beracun
dapat bersifat akut sampai kematian makhluk hidup.
h)
Pencemaran Air
Air dapat tercemar oleh
berbagai bahan pencemaran yang berasa dari:
1)
Limbah industri
yang belum diolah pada umumnya mengandung logam berat dan bahan beracun yang
berbahaya (B3).
2)
Limbah rumah
tangga yang biasa mengandung deterjen dan bakteri koli.
3)
Sisa pupuk dan
racun hama dari usaha pertanian.
4)
Serbuk
radioaktif dari bahan peledak pada percobaan persenjataan di laut, dan penangkapan ikan dengan peledak.
5)
Tumpahan minyak
dari kebocoran tanker pengngkut bahan bakar, atau pipa-pipa pengeboran lepas
pantai, dan buangan bekas minyak pelumas dari kapal ketika merapat kepantai,
lapisan minyak menyebabkan air kekurangan oksigen.
Indikator pencemaran
yang banyak dilakukan untuk kotrol kualitas air adalah DO (Disolved Oxygen) dan BOD (Biological
Oxygen Demand=kebutuhan oksigen untuk proses biologis), antara lain
disebabkan dalam penentuan DO dan BOD tidak memerlukan waktu yang lama, dan
alat-alat yang digunakkan sangat sederhana dan murah. Uji coba ini penting
untuk menjamin aerobik perairan menampung limbah. Adanya oksigen bebas
diperlukan dalam berbagai biota air.
Menurut Krenkel (1980)
dalam Darsono (1995) menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi BOD di dalam air,
yaitu:
a)
Suhu, dimana
suhu memberi pengaruh yang berarti terhadap kebanyakan reaksi biokimia.
Aktivitas biologis ditingkatkan dengan meningkatnya suhu sampai 60 derajat
celcius.
b)
Derajad
keasaman. Organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada
kisaran Ph yang sempit (6,5 – 8,3).
B.
ISU-ISU
GLOBAL MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP
Isu
mengenai energi dan lingkungan hidup menjadi isu yang melibatkan banyak aktor
dan kepentingan. Ini tercermin dari alotnya perundingan dan negosiasi
pengurangan emisi gas rumah kaca dalam bnayak perundingan yang diselenggrakan
oleh badan-badan lingkungan PBB atau =pun berbagai perundingan multilateral
lainnya. Amerika serikat sebagai negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar
di dunia menolak meratifikasi Protokol Kyoto. Keengganan AS dan negara-negara
maju lainnya untuk mentaati dan meratifikasi Protokol Kyoto karena komitmen
pengurangan emisi CO2 berarti mengurangi laju industrialisasi dan konsumsi.
Padahal hal ini sangat penting bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
Penurunan industrialisasi dan laju konsumsi akan memengaruhi pertumbuhan dan
kemakmuran.
Hal
sama dilakukan oleh negara China, bahkan China mencapai pertumbuhan ekonomi
rata-rata tertinggi di dunia dalam masa kurang lebih dua dekade. Namun negara
ini juga mendorong peningkatan penggunaan bahan bakar fosil dan batu bara
sehingga meningkatnya kontribusi negara tersebut dalam menyumbangkan emisi CO2.
Spesies manusia terancam oleh semakin menurunnya kualitas lingkungsn dan
bencana alam karena perubahan iklim yang ekstrem. Sehingga menurut Andre Gorz,
dalam masyarakat industri lanjut orang tidak selamanya miskin karena
kesenjangan akan persediaan barang-barang konsumsi yang cukup besar, tetapi
karena iklim dan cara barang-barang tersebut diproduksi.
Banjir
terbesar yang melanda Australia dan Brazil juga menewaskan ratusan orang dan
menenggelamkan sejumlah besar tempat tinggal. Para ilmuan memprediksikan bahwa
banjir yang terjadi di Queensland tersebut ada hubungannya dengan perubahan
iklim dan pemanasan global. Sedangkan banjir di Brazil setidaknya menewaskan
655 orang dan sekitar 13.000 orang ditempatkan di penampungan.
Asal
muasal bencana
Ada banyak cara yang bisa digunakan untukk
menggambarkan bencana lingkungan yang kini melanda banyak negara, baik maju,
berkembang, maupun kurang berkembang. Namun sebagian bencana lingkungan hidup
sekarang ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Deforestasi yang disebabkan
oleh banyak faktor yang kompleks menjadi salah satu penyebab utama kerusakan
lingkungan, kemudian pertanian ladang berpindah, perkebunan sawit, dan
industrialisasi telah memberi sumbangan signifikan atas kerusakan lingkungan
yang melanda dunia ini sekarang.
Wolf
merumuskan tiga hal yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan, yaitu
ketidakpedulian pemerintahan yang diktator terhadap tekanan publik,
ketidakpedulian perusahaan milik negara terhadap kebthan untuk memakai sumber
daya secara efisien, dan swasembada. Namun sebenarnya yang lebih parah ialah
sifat kapitalisme terutama pasar uang yang tidak stabil telah menciptakan
berbagai krisis keuangan yang membuat usaha untuk mengerem eemisi efek rumah
kaca terhambat.
Lingkungan
tidak mengalami kerusakan pada masa ratusan tahun lalu, tetapi kerusakan
lingkungan mempunyai laju yang lebih cepat
dalam sistem kapitalisme terutama kapitalisme neoliberal.
Pemanasan
global dan perubaham iklim
Konsumsi
energi yang tidak dapat diperbarui terutama minyak dan batu bara mempunyai
konsekuensi serius atau kerusakan lingkungan. Utamanya, dalam kasus pemanasan
global dan perubahan iklim. Ini karena zat sisa pembakaran kedua bahan bakar
tersebut akan melepaskan gas efek rumah kaca yang berefek terhadap meningktanya
suhu bumi dan mendorong terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini
mempunyai dampak lanjutan yang cukup berbahaya bagi kelangsungan spesies
manusia dan mengancam apa yang kemudia disebut sebagai human scurity.
Damapak-dampak
perubahan iklim dapat dilihat sebagai berikut:
a) Peningkatan
suhu sedang sejak tahun 1990 suhu rata-rata tahuna telah meningkat sekitar 0,3 derajat celsius
pada seluruh musim.
b) Peningkatan
intensitas hujan-curah hujan pertahun diperkirakan meningkat 2-3% di seluruh
indonesia dalam periode lebih pendek meningkatkan resiko banjir secara
signifikan.
c) Naiknya
permukaan air laut, ini akan menggenngi daerah istimewa yogyakarta produktif
pantai, memengaruhi pertanian, dan penghidupan pantai. Termasuk tambakan ikan
dan udang, produksi padi dan jagung.
d) Air
laut bertambah hangat sehingga memengaruhi keanekaragaman hayati lautan dan
memberi tekanan lebih pada terumbu karang yang sudah terancam.
e) Merebaknya
penyakit yang berkembang biak lwat air dan vektor seperti malaria, dan demam
berdarah.
Respon ditingkat global
Isu lingkungan hidup sebenarnya bukanlah merupakan
isu baru. Dalam hal ini isu mengenai lingkungan hidup tidak lagi menjadi
monopoli satu dua negara saja. Sebaliknya ini menjadi perhatian seluruh umat
manusia baik negara maupun bukan negara. Dalam merespon isu lingkungan dan
secara spesifik pemanasan global para pemimpin dunia memberikan perhatian yang
cukup serius. Respon tersebut muncul dalam skala regional maupun global.
Misalnya dalam usahanya mengurangi emisi gas efek rumah kaca uni Eropa berusaha
melakukan pengereman melalui ajak emisi penerbangan. Kemudian Komisi Uni Eropa
akan melanjutkan rencana menarik pajak emisi penerbangan udara yang akan
berimbas pada semakin mahalnya tiket. Industri penerbangan tercatat menyumbang
10kilo ton emisi karbon dioksida ke udara setiap tahun di benua Eropa. EU
memaksa industri penerbangan yang berani mampir memotong emisi karbon.
Pengurangan emisi karbon ini dihitung lewat pajak yang dananya akan dislurkan
sebagai dana upaya mencegah perubahan iklim.
Pembicaraan mengenai lingkungan hidup biasanya
secara multilateral dan sering disebut konvensi. Konferensi Stockholm yang
diselenggarakan pada tahun 1972 menjadi salah satu tonggak penting usaha
mengatasi kerusakan lingkungan. Setelah itu disusul konferensi lainnya seperti
Konvensi Viena, Protokol Montreal, konferensi Rio, dan masih banyak lagi. Walaupun
telah banyak konferensi-konferensi dunia yang
membahas mengenai lingkungan hidup namun tetap saja oengurangan akan emisi
gas efek rumah kaca tidak berhasil. Terlebih di masa industrialisasi.
C. Solusi Atau Penyelesaian Yang
Ditawarkan Mengenai Isu Lingkungna Hidup Saat Ini
Beberapa sosulisi yang ditawarkan oleh pemakalah di antaranya adalah:
1.
Revitalisai
Fungsi Hutan
Hutan adalah tempat bagi
jutaan spesiae tumbuhan atau hewan. Berjuta tumbuhan tersebut dapat memproduksi
oksigen dan menyerap karbon dioksida serta gas-gas lain yang dapat memicu
pemanasan global. Faktanya hutan di Indonesia saat ini banyak sekali yang
rusak, oleh karena itu agar hutan dapat berfungsi sebagai penyerap gas-gas yang
dapat memicu pemanasan global diperlukan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut bukan hanya diam dan meratapi
keadaan hutan sekarang ini. Kita tidak boleh mengesampingkan dan bersikap acuh
tak acuh terhadap permasalahan hutan, karena jika dilihat dari fungsinya ada
banyak manfaat yang menyokong kehidupan manusia. Ada sebuah gerakan yang
digalakkan untuk menyelamatkan hutan di seluruh dunia ( termasuk Indonesia).
Gerakan itu diberi nama “Gerakan Penanaman 1 Miliar pohon” dengan tag line: Banyak pohon, banyak rejeki.
Program ini bertujuan untuk mengatasi krisis lingkungan hidup di bumi. Tentunya sangat membutuhkan partisipasi publik yang didorong oleh
kesadaran, kemauan, dan tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan. Dengan
menanam pohon diharapkan mampu mereduksi dampak perubahan iklim. Program ini
mendapat respon yang bagus dari masyarakat sehingga memperoleh kesuksesan
karena pohon yang ditanam melebihi target yang telah ditentukan. Suksesnya
program ini menunjukkan bahwa publiktelah memiliki kesadaran yang cukup dan mau
berpartisipasi aktif dalam aksi penyelamatan lingkungan. Pemerintah Indonesia
pun telah membuat beberapa program “sayang hutan” untuk menumbuhkan budaya
menanam di masyarakat. Beberapa program diantaranya: Aksi Penanaman Serentak
Indonesia (tahun 2007 dan 2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (
tahun 2007), serta gerakan Satu Orang Satu Pohon (One Man One Three--- tahun
2009). Partisipasi aktif publik terkait dengan program-program tersebut membuat
pemerintah membuat program baru di tahun 2010 dengan judul: Gerakan Menanam 1
Miliar pohon dengan motto” 1 milliar pohon Indonesia untuk dunia. Melalui
program ini kementerian kehutanan juga berupaya unutk sekaligus meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama yang tinggal di daerah sekitar hutan. Program
ini berjalan dengan sukses berkat partisipasi masyarakat yang tinggi. Terbukti
dengan penanaman jumlah pohon yang melampaui target yaitu, pada tahun 2010
sebanyak 1,3 miliar pohon dan di tahun 2011 sebanyak 1,5 miliar pohon.
2.
Memperbanyak
Ruang terbuka Hijau di Perkotaan
Ruang
Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Salah satu fungsi dari ruang terbuka hijau adalah untuk menunjang pelestarian dan pengamanan lingkungan alam,
yaitu sebagai wilayah konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan
kemungkinan terjadinya erosi dan longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian
wilayah resapan air.
3.
Pembanunan
Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb)
yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Dengan sistem pembangunan berkelanjutan,kita dapan meminimalisir
kerusakan-kerusakan lingkunagan baik skala nasional maupun global.
BAB
111
KESIMPULAN
Kesimpulan
Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup,
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Secara gamblang dapat dinyatakan
bahwa lingkungan hidup tidak lain yaitu segala sesuatu yang ada disekeliling
manusia yang berpengaruh terhadap kelangsungan dan kesejahteraan manusia (dan
makhluk hidup lainnya.
Masalah lingkungan
seperti pencemaran (udara, tanah, air, suara atau kebisingan, sinar yang
menyilaukan), banjir, kekeringan, tanah longsor, hama, dan sebangsanya yang
mengganggu bahkan mengancam kehidupan manusia, tidak hanya terjadi secara lokal
atau regional di tempat-tempat atau kawasan tertentu, melainkan secara meluas
terjadi dimana-mana dipermukaan bumi ini. Masalah lingkungan hidup telah
menjadi perhatian dan kepedulian dunia, baik lembaga-lembaga dibawah PBB maupun
yang merupakan LSM. Masalah
lingkunan hidup local maupun global diantaranya kekeringan, banjir,
longsor, kebaran hutan, pencemaran minyak lepas pantai, pemanasan global, penipisan
lapisan ozon, pertumbuhan
populasi, pencemaran
limbah b3 (bahan berbahaya dan beracun), pencemaran air, serta masih banyak lagi
Isu mengenai energi dan
lingkungan hidup menjadi isu yang melibatkan banyak aktor dan kepentingan. Ini
tercermin dari alotnya perundingan dan negosiasi pengurangan emisi gas rumah kaca
dalam bnayak perundingan yang diselenggrakan oleh badan-badan lingkungan PBB
ataupun berbagai perundingan multilateral lainnya. Beberapa sosulisi yang ditawarkan oleh pemakalah di
antaranya adalah: revitalisai fungsi hutan, memperbanyak ruang terbuka hijau di
perkotaandan pembanunan berkelanjutan.
Daftar
Pustaka
Muhsinatun Siasah
Masruri, dkk. 2002. Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta:_____
Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi,
Lingkungan Hidup dan Oembangunan. Jakarta: Djambatan.
http://www.hpli.org/isu.php/diakses
pada tanggal 13 Maret 2014
Winarno,
Budi. (2011). Isu-Isu Global Kontemporer.
Yogyakarta: CAPS.
0 Response to "perspektif global dalam bidang lingkungan hidup"
Post a Comment