TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL
Friday, 1 March 2013
Add Comment
TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap masyarakat yang
ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang
dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan
dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu
masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti
bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Indonesia sendiri merupakan Negara
yang terdiri dari pulau-pulau yang
memiliki keanekaragaman suku bangsa. Konflik di Indonesia merupakan hal sering
terjadi dikarenakan keadaan masyarakat Indonesia yang multicultural dan prulal
sehingga begitu sensitive terhadap gesekan konflik sosial baik individual
ataupun kelompok. Hal itu menyebabkan terjadinya pergeseran atau perubahan
sosial budaya di masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi bisa ke arah
perubahan yang lebih baik (progres)
maupun ke arah yang negativ atau buruk (regres).
Faktor-faktor yang penyebab terjadinya perubahan sosial budaya ada dua macam,
baik dari dalam (intern) maupun dari
luar (ekstern).
Perubahan yang terjadi antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini
dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat (revolusi) bila dibandingkan dengan
masyarakat lainnya. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya
lambat (evolusi). Perubahan sosial
dalam masyarakat tersebut memiliki pengaruh untuk masyarakat itu sendiri, terdapat
adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas.
Tidak bisa dipungkiri perubahan
sosial budaya selalu akan terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, kelompok
kami membahas materi tentang perubahan sosial budaya dan teori-teori perubahan
sosial budaya oleh beberapa ahli, agar makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi mahasiswa lain dengan memahami definisi perubahan sosial
secara umum maupun desinisi menurut beberapa ahli, faktor penyebab terjadinya
perubahan sosaial budaya, dan proses perubahan sosial budaya.
A.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu perubahan sosial ?
2. Bagaimana
teori-teori perubahan sosial menurut para ahli ?
B.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
apa itu perubahan sosial
2. Mengetahui
teori-teori perubahan sosial menurut beberapa ahli
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
perubahan sosial
Secara umum perubahan sosial dapat
diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan
di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti
mengalami perubahan. Setiap individu dalam masyarakat pasti menginginkan adanya
sebuah perubahan dalam hidupnya, biasanya masing-masing individu tersebut
menghendaki adanya perubahan ke arah yang lebih baik (progres). Tapi di satu
sisi, perubahan dalam seorang individu bisa juga merupakan perubahan yang
menuju ke arah yang kurang baik (regres), atau bisa dikatakan bahwa perubahan
yang dialaminya tersebut merupakan perubahan yang merujuk pada sebuah
kemunduran. Oleh karena itu perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan maupun
bagi orang luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak
menarik dalam arti kurang mencolok. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat
berlangsung secara cepat (revolusi)
maupun secara lambat (evolusi). Perubahan
yang berlangsung secara cepat maupun lambat ini tentunya akan berpengaruh dalam
masyarakat, pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa perubahan yang berpengaruh
kecil dan perubahan yang memilki pengaruh yang besar. Perubahan-perubahan
berpengaruh kecil merupakan
perubahan- perubahan yang
terjadi pada struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut.
Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan.
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, maupun
stratifikasi masyarakat.
Seperti pengaruh yang tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi.
Pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah
kepadatan penduduk di wilayah industri dan
mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat terjadi
karena perubahan tersebut memang benar-benar diinginkan oleh
masyarakat tersebut atau merupakan perubahan yang dikehendaki (planned-change). Namun tidak jarang
perubahan-perubahn yang terjadi dalam masyarakat terjadi begitu saja dalam
artian bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang tidak direncanakan
oleh masyarakat (unplanned-change). Perubahan
sosial ini bisa berkaitan dengan:
a. Nilai-nilai
sosial
b. Pola-pola
perilakau
c. Organisasi
d. Lembaga
kemasyarakatan
e. Lapisan
dalam masyarakat
f.
Kekuasaan, wewenang, dll
Perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat pada umumnya menyangkut hal yang kompleks. Perubahan sosial dapat terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Teori-teori
Perubahan Sosial Menurut Beberapa Ahli
Menurut beberapa ahli filsafat,
sejarah, ekonomi, dan sosiologi berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya
perubahan-perubahan sosial merupakan sebuah gejala yang wajar dan akan timbul
dari pergaulan hidup manusia. Namun ada ahli lain yang berpendapat bahwa
perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang
memepertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau budaya. Berikut ini merupakan
teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang perubahan sosial :
a. Menurut
Pitirim A. Sorokin
Patirim A. Sorokin berpendapat bahwa
segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan
tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan
kebenaran akan adanya lingakaran-lingkaran perubahan sosial. Akan tetapi
perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah lingkaran
terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut
barulah akan diperoleh suatu generalisasi.
Patirim A. Sorokin merupakan penganut Teori Siklus. Ia berpandangan bahwa semua
peradaban besar di dunia berada dalam siklus 3 sistem kebudayaan yang berputar
tanpa akhir, yaitu:
·
Kebudayaan ideasional
Sistem kebudayaan ini didasari oleh nilai dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati
(supranatural).
·
Kebudayaan idealistis
Kebudayaan idealistis
merupakan perpaduan antara unsur kepercayaan terhadap
unsur adikodrati dan rasionalitas berdasar fakta dalam membentuk masyarakat
ideal.
·
Kebudayaan sensasi
Dalam sistem kebudayaan sensasi, sensasi yang ada dalam masyarakat dijadikan sebagai tolak
ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Dalam
“Social and Cultural Dynamics”, Sorokin menilai
peradaban modern adalah peradaban yang rapuh dan tidak lama lagi akan runtuh
dan selanjutnya berubah menjadi kebudayaan ideasional yang baru. Dalam suatu
perubahan yang terpenting adalah tentang proses sosial yang saling berkaitan.
Sorokin juga memberikan pengertian tentang proses sosial yaitu sebuah perubahan
subyek tertentu dalam perjalanan waktu, entah itu perubahan tempatnya dalam
ruang atau modifikasi aspek kuantitatif atau kualitatifnya.
b.
Menurut Talcott
Parsons
Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Parsons menganalogikan
perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup.
Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons
berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda
berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat
yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan
tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan
hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang
optimis sebuah proses perubahan sosial. Bahasan tentang struktural
fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang penting untuk
semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan
pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons menyampaikan
empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu :
§
Adaptasi, yaitu sebuah sistem harus
mampu menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sehingga sistem harus dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
§
Pencapaian, sebuah sistem harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
§
Integrasi, sebuah sistem harus
mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat
mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya.
§
Pemeliharaan pola, sebuah
sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi individual maupun
pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
c. Menurut
William F.Ogburn
William F. Ogburn mengemukakan pendapat bahwa
ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Dia
juga menyatakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah
pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Dalam hal ini dia menekankan pada kondisi teknologis. Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih
cepat daripada perubahan budaya nonmaterial seperti kepercayaan, norma, dan
nilai-nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, dia
berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya
yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang baru meskipun
terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.
Konsep yang berkembang dari teori
ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori
Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan
antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa
unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang
lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang
terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut.
Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag .
Para penganut Teori Fungsionalis
lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak
memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan
keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu
telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata
bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh
masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat,
perubahan akan ditolak. Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis
adalah sebagai berikut.
·
Setiap
masyarakat relatif bersifat stabil.
·
Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang
kestabilan masyarakat.
·
Setiap
masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
·
Kestabilan
sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan
anggota kelompok masyarakat.
d. Menurut
Max Weber
Pada dasarnya teori yang dikemukakan
oleh Max Weber melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah
akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh
nilai Katolikisme Ortodoks, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial
ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih rasional
dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.
Max
Weber lebih cenderung menganggap bahwa interaksi sosial sangat terkait dengan perilaku manusia. Oleh karena itu penelitian
mengarah kepada prilaku manusia dan sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Dalam pandangannya, Max weber lebih berorientasi pada system gagasan, system pengetahuan,
system kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan sosial. Selain Itu Max
Weber lebih cenderung
kepada prilaku sosial sebagai usaha melakukan aksi-aksi sosial. Teori yang
terkenal adalah methode of understanding dan ideal typus yaitu suatu konstruksi
dalam fikiran peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengalisis gejala-gejala dalam
masyarakat Dari
pandaangan tersebut dapat dipahami
bahwa perubahan sosial mutlak terjadi sejalan dengan perubahan pada masyarakat
itu sendiri.
Max
Weber juga menegemukakan tentang Perspektif
Idealis. Berbeda
dengan teori yang mengemukakan tentang materialis yang memandang bahwa faktor budaya material yang
menyebabkan perubahan sosial, perspektif
idealis melihat bahwa perubahan sosial disebabkan oleh faktor nonmaterial.
Faktor non material ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk pada pengetahuan
dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang
pantas atau tidak pantas, sedangkan ideologi
berarti serangkaian kepercayaan dan nilai yang digunakan untuk membenarkan atau melegitimasi
bentuk tindakan masyarakat. Weber
memiliki pendapat bahwa perkembangan industrial kapitalis tidak dapat dipahami hanya
dengan membahas factor penyebab
yang bersifat material dan teknik. Pemikiran Weber yang dapat berpengaruh pada
teori perubahan sosial adalah dari
bentuk rasionalisme yang dimiliki. Dalam kehidupan masyarakat barat model
rasionalisme akan mewarnai semua aspek
kehidupan. Menurut Weber, rasionalitas memiliki empat macam model, yaitu :
·
Rasionalitas
tradisional.
·
Rasionalitas
yang berorientasi nilai.
·
Rasionalitas
afektif.
·
Rasionalitas
instrumental.
Weber melihat bahwa pada wilayah Eropa yang mempunyai
perkembangan industrial kapital pesat adalah
wilayah yang mempunyai penganut protestan. Bagi Weber, ini bukan suatu
kebetulan semata, nilai-nilai protestan menghasilkan etik budaya yang menunjang
perkembangan industrial kapitalis. Protestan
Calvinis merupakan dasar pemikiran etika protestan yang menganjurkan manusia
untuk bekerja keras, hidup hemat dan menabung. Pada kondisi material
yang hampir sama, industrial capital ternyata
tidak berkembang di wilayah dengan mayoritas Katholik, yang tentu saja tidak
mempunyai etika protestan.
BAB III
KESIMPULAN
Secara
umum perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau
berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang
lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih bermartabat.
Berikut
ini merupakan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang perubahan
social, Patirim A. Sorokin berpendapat perubahan-perubahan tetap ada, dan yang
paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus
dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan diperoleh suatu
generalisasi. Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan.
Parsons menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya
pertumbuhan pada makhluk hidup. William F. Ogburn mengemukakan pendapat bahwa
ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan, Pada
dasarnya teori yang dikemukakan oleh Max Weber melihat perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat adalah akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan
orientasi kehidupan masyarakat.
0 Response to "TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL"
Post a Comment