perubahan sosial yang terjadi di maysarakat samin
Friday, 17 May 2013
Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di
muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan
dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat
diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu
masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat
pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti
bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Indonesia sendiri merupakan Negara
yang terdiri dari pulau-pulau yang
memiliki keanekaragaman suku bangsa. Konflik di Indonesia merupakan hal sering
terjadi dikarenakan keadaan masyarakat Indonesia yang multicultural dan prulal
sehingga begitu sensitive terhadap gesekan konflik sosial baik individual
ataupun kelompok. Hal itu menyebabkan terjadinya pergeseran atau perubahan
sosial budaya di masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi bisa ke arah
perubahan yang lebih baik (progres)
maupun ke arah yang negativ atau buruk (regres).
Faktor-faktor yang penyebab terjadinya perubahan sosial budaya ada dua macam,
baik dari dalam (intern) maupun dari
luar (ekstern).
Perubahan yang terjadi antara masyarakat yang
satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya
suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat (revolusi) bila dibandingkan dengan
masyarakat lainnya. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya
lambat (evolusi). Perubahan sosial
dalam masyarakat tersebut memiliki pengaruh untuk masyarakat itu sendiri,
terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun
terbatas.
Oleh karena itu kita
akan membahas perubahan sosial yang ada di masyarakat sedulur sikep (samin) di
Pati, Jawa Tengah. Agar kita dapat mengetahui perubahan-perubahan sosial apa
sajakah yang ada di sana, dan bagaimana kondisi masyarakat yang ada di sana.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
kondisi masyarakat yang ada di sedulur sikep sukowilo, Pati, Jawa Tengah?
2. Perubahan-perubahan
sosial apa sajakah yang ada di masyarakat tersebut?
C.
TUJUAN
1. Kita
dapat mengetahui bagaimana kondisi masyarakat yang ada di sedulur sikep
sukowilo tersebut.
2. Kita
dapat mengetahui perubahan-perubahan sosial apa saja yang terdapat di
masyarakat sedulur sikep sukowilo.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
Hasil
penelitian ini diharapkkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat
Teoritis
a. Hasil
penelitian ini diharapkkan dapat memberi manfaat bagi program studi pendidikan
sosiologi untuk memberikan referensi dalam pengkajian masalah-masalah sosial
budaya.
b. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu sosiologi
terutama dalam bidang kebudayaan.
c. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian yang relevan
lainnya.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
Mahasiswa
Penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan informasi dan menambah
pengetahuan tentang perubahan-perubahan sosial yang ada di masyarakat sedulur
sikep sukowilo, Pati, Jawa Tengah.
b. Bagi
Peneliti
1. Penelitian
ini dilaksanakan guna memenuhi tugas mata kuliah perubahan sosial budaya.
2. Menambah
pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam terjun ke masyarakat sehingga
penelitian ini dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian
selanjutnya maupun membantu kami dalam proses Kuliah Kerja Lapangan nantinya.
c. Bagi
Masyarakat
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat khusunya
mahasiswa FIS UNY mengenai perubahan-perubahan sosial yang ada di masyarakat
sedulur sikep sukowilo, Pati, Jawa Tengah.
E.
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Pengertian
perubahan sosial
Secara
umum perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau
berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang
lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih bermartabat. Perubahan sosial ini bisa berkaitan
dengan:
a. Nilai-nilai
sosial
b. Pola-pola
perilakau
c. Organisasi
d. Lembaga
kemasyarakatan
e. Lapisan
dalam masyarakat
f.
Kekuasaan, wewenang,
dll
Perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat pada umumnya menyangkut hal yang kompleks. Perubahan sosial dapat terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Berikut
ini merupakan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang perubahan
sosial
a. Menurut
Pitirim A. Sorokin
Patirim A. Sorokin berpendapat bahwa
segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan
tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan
kebenaran akan adanya lingakaran-lingkaran perubahan sosial. Akan tetapi
perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah lingkaran
terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut
barulah akan diperoleh suatu generalisasi.
Patirim A. Sorokin
merupakan penganut Teori Siklus. Ia berpandangan bahwa semua peradaban besar di
dunia berada dalam siklus 3 sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yaitu:
·
Kebudayaan ideasional
Sistem kebudayaan ini didasari
oleh nilai dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural).
·
Kebudayaan idealistis
Kebudayaan idealistis
merupakan perpaduan antara unsur kepercayaan terhadap unsur adikodrati
dan rasionalitas berdasar fakta dalam membentuk masyarakat ideal.
·
Kebudayaan sensasi
Dalam sistem kebudayaan sensasi, sensasi yang ada dalam masyarakat dijadikan sebagai
tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Dalam “Social and Cultural Dynamics”,
Sorokin menilai peradaban modern adalah peradaban yang rapuh dan tidak lama
lagi akan runtuh dan selanjutnya berubah menjadi kebudayaan ideasional yang
baru. Dalam suatu perubahan yang terpenting adalah tentang proses sosial yang
saling berkaitan. Sorokin juga memberikan pengertian tentang proses sosial
yaitu sebuah perubahan subyek tertentu dalam perjalanan waktu, entah itu
perubahan tempatnya dalam ruang atau modifikasi aspek kuantitatif atau
kualitatifnya.
b.
Menurut
Talcott Parsons
Talcott Parsons melahirkan
teori fungsional tentang perubahan.
Parsons menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya
pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya
proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari
sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan
makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah,
umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk
menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam
golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan sosial. Bahasan
tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat fungsi yang
penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang
ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Parsons
menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu
bertahan, yaitu :
§ Adaptasi, yaitu sebuah sistem harus mampu
menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sehingga sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
§ Pencapaian,
sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
§ Integrasi,
sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi komponennya.
Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi penting
lainnya.
§ Pemeliharaan
pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi
individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
c. Menurut
William F.Ogburn
William F. Ogburn
mengemukakan pendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan
terjadinya perubahan. Dia juga menyatakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial
meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang
ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur immaterial. Dalam hal ini dia menekankan pada kondisi teknologis. Ogburn menyebutkan perubahan
teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan budaya nonmaterial seperti
kepercayaan, norma, dan nilai-nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh
karena itu, dia berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan
kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang
baru meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.
Konsep yang berkembang dari teori
ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori
Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan
antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa
unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang
lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang
terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut.
Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag .
Para penganut Teori Fungsionalis
lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak
memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan
keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu
telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata
bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh
masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat,
perubahan akan ditolak. Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis
adalah sebagai berikut.
·
Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
·
Setiap komponen
masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
·
Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
·
Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama
(konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.
d. Menurut
Max Weber
Pada dasarnya teori yang dikemukakan
oleh Max Weber melihat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah
akibat dari pergeseran nilai yang dijadikan orientasi kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini dicontohkan masyarakat Eropa yang sekian lama terbelenggu oleh
nilai Katolikisme Ortodoks, kemudian berkembang pesat kehidupan sosial
ekonominya atas dorongan dari nilai Protestanisme yang dirasakan lebih rasional
dan lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan modern.
Max
Weber lebih cenderung menganggap bahwa interaksi sosial sangat terkait dengan perilaku manusia.
Oleh karena
itu penelitian mengarah kepada prilaku manusia dan sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Dalam pandangannya, Max weber lebih berorientasi pada system gagasan, system pengetahuan,
system kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan sosial. Selain Itu Max Weber lebih cenderung kepada prilaku sosial sebagai usaha melakukan aksi-aksi sosial. Teori yang
terkenal adalah methode of understanding dan ideal typus yaitu suatu konstruksi dalam fikiran
peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengalisis gejala-gejala dalam masyarakat Dari pandaangan tersebut dapat dipahami bahwa perubahan sosial mutlak
terjadi sejalan dengan perubahan pada masyarakat itu sendiri.
Max
Weber juga menegemukakan tentang Perspektif
Idealis. Berbeda dengan teori yang mengemukakan tentang materialis yang memandang bahwa faktor budaya material yang
menyebabkan perubahan sosial, perspektif idealis melihat
bahwa perubahan sosial disebabkan oleh faktor nonmaterial. Faktor non material
ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk pada pengetahuan dan kepercayaan,
nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang pantas atau tidak pantas,
sedangkan ideologi berarti serangkaian kepercayaan dan nilai yang
digunakan untuk membenarkan atau melegitimasi bentuk
tindakan masyarakat. Weber memiliki pendapat bahwa perkembangan industrial kapitalis tidak dapat dipahami hanya
dengan membahas factor penyebab yang bersifat material dan teknik. Pemikiran Weber yang
dapat berpengaruh pada teori perubahan sosial adalah dari
bentuk rasionalisme yang dimiliki. Dalam kehidupan masyarakat barat model
rasionalisme akan mewarnai semua aspek kehidupan. Menurut Weber,
rasionalitas memiliki empat macam model, yaitu :
·
Rasionalitas tradisional.
·
Rasionalitas yang
berorientasi nilai.
·
Rasionalitas afektif.
·
Rasionalitas instrumental.
Weber melihat bahwa pada wilayah Eropa yang mempunyai
perkembangan industrial kapital pesat adalah wilayah yang
mempunyai penganut protestan. Bagi Weber, ini bukan suatu kebetulan semata, nilai-nilai
protestan menghasilkan etik budaya yang menunjang perkembangan industrial
kapitalis. Protestan Calvinis merupakan dasar pemikiran etika protestan
yang menganjurkan manusia untuk bekerja keras, hidup hemat dan menabung. Pada kondisi material
yang hampir sama, industrial capital ternyata tidak berkembang
di wilayah dengan mayoritas Katholik, yang tentu saja tidak mempunyai etika
protestan.
2. Tinjauan
tentang Interaksi Sosial
Bentuk
umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena itu interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas dalam masyarakat.
Bentuk
lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, dengan kelompok manusia (Syahrial Syarbaini dan
Rudiyanta, 2009: 25-26).
Menurutr
Soerjono Soekanto bentuk umum proses sosial ialah interaksi sosial, sedangkan
bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan,
antara kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok
manusia. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan
adanya komunikasi (Burhan Bungin, 2009: 55).
a.
Aspek
interaksi sosial
Setiap
individu berhubungan dengan individu lain, baik hubungan sosial antara individu
dengan indivdu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok,
hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek sebagai berikut (Slamet Santoso, 2004
:11) :
1. Adanya
hubungan
Setiap interaksi sudah barang tentu
terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara
individu dengan kelompok, serta hubungan antara kelompok dengan kelompok.
Hubungan antara individu dengan individu ditandai dengan antara lain: tegur
sapa, berjabat tangan, bertengkar, dll.
2. Ada
individu
Setiap interaksi sosial menuntut
tampilnya individu-individu yang melaksanakanhubungan. Hubungan sosial itu
terjadi karena adanya peran serta dari individu satu dan individu yang lain,
baik secara perseorangan maupun kelompok.
3.
Ada tujuan
Setiap interaksi mmiliki tujuan tertentu
seperti mempengaruhi individu lain. Misalnya, seorang ibu rumah tangga yang
sedang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di pasar dan menawar barang
yang akan dibelinya, hal itu adalah salah satu fungsi untuk mempengaruhi
individu lain agar mau menuruti apa yang dikehendaki oleh si ibu pembeli
tersebut.
4.
Adanya hubungan
dengan struktur dan fungsi kelompok
Ini terjadi karena individu dalam
hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Disamping itu, tiap-tiap individu dalam
hidupnya tidak tepisah dari kelompok. Individu dikatakan sebagai mahluk sosial
yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. Contoh; seorang kepala desa yang
memiliki fungsi untuk membentuk anggota masyarakatnya menjadi masyarakat yang
damai, tertib aman dan sejahteera, dan untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
pula keikutsertaan dari setiap anggota masyarakatnya. Jadi dalam hal ini setiap
individu ada hubunganya dengan struktur dan fungsi sosial.
b.
Macam-macam
interaksi sosial
Upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui proses sosial
yang disebbut interaksi sosia, yaitu hubungan timbale balik antara individu
dengan individu, individu dengan
kelompok atau kelompok dengan kelompok di dalam masyarakat.
Dalam
kenyataan sehari-hari terdapat 3 macam interaksi sosial (Taufik Rahman, 2000
:21-22):
1. Interaksi
antara individu dengan individu
Interaksi ini dapat terwujud dalam
bentuk berjabat tanagan, saling menegur, bercakap-cakap, atau mungkin
bertengkar.
2. Interaksi
antara individu dengan kelompok
Interaksi ini dapat secara konkrit kita
contohkan misalnya, dilihat seorang orator sedang berpidato di depan orang
banyak. Bentuk interaksi ini menunjukan bahwa kepentingan seorang individu
berhadapan dengan kepentingan kelompok.
3.
Interaksi antara
kelompok dan kelompok
Bentuk interaksi antara kelompok dan
kelompok menunjukan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu
kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok yang lain.
Setiap tindakan individu dalam interaksi ini merupakan bagian dari kepentingan
kelompok.
c. Bentuk-bentuk
interaksi sosial
Bentuk
interaaksi sosial dapat berupa kerjasama, akomodasi, persaingan, dan
pertikaian. Konflik selalu menuju pada penyelesaian, namun dalm prosesnya dapat
berkondisi sementara, yang disebut akomodasi. Ada juga yang menganggap
akomodasi merupakan bentuk keempat dari interaksi sosiall (Syahrial Syarbaini
dan Rudiyanta,2009: 28).
Menurut
Gilin dan Gilin (dalam Burhan Bungin, 2009: 58-63) menjelaskan bahwa ada dua
golongan proses sosial yang merupakan akibat interaksi sosial, yaitu:
1. Proses
Asosiatif.
Proses asosiatif adalah sebuah proses
yang terjadi saling pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang per
orang atau kelompok satu dengan lainnya, dimana proses ini menghasilkan
pencapaian tujuan bersama. Macam proses asosiatif yaitu:
a. Kerjasama
adalah usaha bersama individuatau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa
tujan bersama.
b.
Akomodasi banyak
digunakan dalam dua makna pertama
adalah proses yang menunjukan pada
keadaan seimbangdalam interaksi sosial antara individu dan antar kelompok dalam
masyarakat terutama yang ada hubungannya dengan norma dan nilai sosial yang
berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua, adalah menuju pada proses untuk
meredakan suatu pertentangan yang terjadi di maysarakat. Proses akomodasi ini
menuju pada tujuan dengan mencapai suatu kestabilan.
c.
Asimilasi, yaitu
suatu proses percampuran dua atau lebih kebudayaan yang berbeda akibat dari
proses sosial, kemudian menghasilkan budaya sendiri yang berbeda dengan budaya
asalnya.
2.
Proses
Disosiatif
Proses disosiatif merupakan proses
perlawanan yang dilakukan individu-individu dan kelompok dalam proses sosial
diantara mereka pada suatu masyarakat. Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah sebagai
berikut:
a.
Persaingan,
merupakan proses sosial, dimana individu atau kelompok berjuang dan bersaing
untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat
perhatian umum dengan cara menarik perhatian public atau mempertajam prasangka
yang telah ada, namun tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
b.
Kontravensi,
adalah proses sosial yang berada antara persaingan dan pertikaian atau konflik.
Kontravensi terjadi dimana ada pertentangan pada tataran konsep dan wacana,
serta berusaha menggagalkan tercapainya tujuan dari pihak lain.
c.
Konflik atau
pertikaian, adalah proses sosial dimana individu atau kelompok memiliki
perbedaan-perbedaan dalam hal emosi, unsur kebudayaan, perilaku, prinsip, ideologi,
maupun kepentingaan dengan pihak lain. Perbedaan tersebut menjadi suatu
pertikaian dimana pertikaian dapat menghasilkan ancaman atau kekerasan fisik.
3.
Tinjauan
mengenai Globalisasi
Globalisasi
merupakan suatu proses dibentuknya suatu tatanan, aturan, dan sistem yang
berlaku bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia. Globalisasi tidak mengenal
batas-batas wilayah, bahkan tidak mengenal aturan lokal, regional, kebijakan
Negara yang dapat mengurangi ruang gerak masuknya nilai, ide, pikiran atau
gagasan yang dianggap sudah merupakan kemauan masyarakat dunia harus
dihilangkan (Sunarso, 2008:221). Globalisasi berlaku disemua bidang kehidupan,
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.
Globalisasi
digambarkan sebagai semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga
dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global. Namun, pada kenyataanya
globalisasi merupakan sebuah penyatuan yang
bersifat semu, karena nilai-nilai sosial, ekonomi, dan budaya di dominasi oleh
nilai-nilai yang sebenarnya asing bagi mayoritas warga dunia.
Dengan
didukung teknologi komunikasi yang begitu canggih, dampak globalisasi tentu
sangat kompleks. Kemajuan teknologi ini akan memungkinkan tiap individu
memperoleh informasi darimanapun dalam waktu yang singkat. Interaksi antar
individu juga semakin meningkat dan melampaui batas-batas negara. Berbagai
barang dan informasi dengan berbagai tingkatan kualitas tersedia untuk
dikonsumsi. Akibatnya akan mengubah pola pikir, sikap, dan tingkah laku
manusia. hal seperti ini kemungkinan juga dapat mengakibatkan perubahan dalam
aspek kehidupan, antara lain hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan,
atau secara umum berpengaruh padasistem budaya bangsa.
Ada dua
hal sekaligus yang dihadirkan oleh kemajuan teknologi. Pertama, globalisasi
informasi, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya yang
diakibatkan oleh luasnya dan cepatnya jaringan komunikasi. Kedua, semakin
menonjolnya peran satuan-satuan kecil dalam masyarakat, seperti suku, golongan,
kelompok bahkan individu yang diakibatkan makin mudahnya individu memperoleh informasi lengkap yang dibutuhkan
untuk mengambil keputusan bagi diri sendiri, kelompok, suku ataupun golongan
(Sunarso, 2008: 227).
Globalisai
informasi disatu pihak memang menambah khasanah pengetahuan sebagai bahan
pertimbangan yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, informasi
yang tersiar dalam proses globalisasi itu tentu memuat kepentingan-kepentingan,
nilai-nilai budaya ataupun ideologi-ideologi
dari sumber-sumber informasi tersebut. Kepentingan-kepentingan tersebut tentu
tidak sepenuhnya sejalan dengan kepentingan nasional dan nilai-nilai budaya
bangsa. Begitu pula makin besarnya peranan kelompok, golongan, suku bahkan
individu mempunyai arti positif dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya
Indonesia. Akan tetapi, juga menimbulkkan kewaspadaan karena dapat menjurus
kearah pengagungan individu, pendewaan kelompok, merosotnya toleransi beragama,
nasionalisme berkurang, dan sikap-sikap eksklusif lainnya.
Menurut
Sunarso (2008: 226) secara lebih rinci dampak globalisasi bagi Indonesia baik
yang bersifat positif ataupun negatif dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Indonesia
menjadi lebih mudah mendapatkan barang, jasa, maupun informasi yang diperlukan,
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
b. Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa menjadi pasar yang termudah
bagi negara-negara lain.
c. Globalisasi
dengan isu utamanya demokratisasi dan hak asasi manusia, tanpa sikap waspada
masyarakat akan termakan isu-isu yang tidak bertanggung jawab yang berkedok
demokrasi, hak asasi dan kebebasan.
d. Globalisasi
menjadi media yang praktis bagi menyebarnya nilai-nilai budaya asing kedalam
wilayah Indonesia, yang harus diwaspadai tentu nilai-nilai yang bersifat
negatif.
F.
METODE
PENGUMPULAN DATA
A. LOKASI
PENELITIAN
Penelitian
tentang perubahan sosial yang ada di masyarakat sedulur sikep sukowilo ini
mengambil lokasi di wilayah Pati, Jawa
Tengah. Penelitian ini mengambil lokasi tersebut karena ingin mengetahui
perubahan-perubahan sosial apa saja yang terjadi di masyarakat samin yang
tinggal di Pati, Jawa Tengah.
B. WAKTU
PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan pada waktu:
1. Hari : Sabtu
2. Tanggal : 27 April
2013
C. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Penelitian
yang dilakukan memerlukan beberapa teknik untuk mengumpulkan data, dimana masing-masing
teknik tersebut saling melengkapi satu sama lain. Adapun teknik-teknik yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan dengan membuat
pedoman wawancara yang relevan dengan permasalahan yang kemudian digunakan
untuk tanya jawab. Teknik wawancara adalah adalah cara yang digunakan jika
seseorang ingin mendapatkan data-data atau keterangan secara lisan dari seorang
responden. Dalam teknik ini kami menggunakan metode wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur, terlebih dahulu penulis menentukan individu-individu yang
akan dijadikan informan yaitu orang yang dituakan oleh masyarakat di sedulur
sikep, Pati, Jawa Tengah, yaitu bapak guritno dan keluarganya.
2. Observasi
Observasi dilakukan ditempat-tempat yang akan
dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu wilayah tempat tinggal masyarakat
samin, dan di rumah asli orang samin.
Peneliti mengamati perilaku masyarakat samin,
bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya, dan perubahan-perubahan sosial
yang terjadi disana.
3. Studi
Pustaka
Teknik lain dalam pengumpulan data ini adalah
melalui studi pustaka, hal ini sangat penting sekali untuk mengetahui
relevansinya dengan data juga untuk menerapkan metode-metode penelitian serta
memperdalam teori tentang perubahan sosial budaya.
4. Dokumentasi
Hal ini dilakukan dengan cara mengkaji
sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan pokok bahasan permasalahan. Adapun
sumber yang penulis gunakan dalam penulisan adalah buku-buku, internet, media
masa yang relevan dan berkaitan dengan pokok permaslahan. Dokumentasi meliputi
pula gambar-gambar dan arsip mengenai serangkaian kegiatan dalam pengumpulan
data.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian kami masyarakat samin di daerah
Pati, Jawa Tengah sudah mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang. Dari
data wawancara yang diperoleh maupun dari hasil observasi yang dilakukan bisa
dijelaskan berbagai perubahan – perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
sedulur sikep tersebut.
Di masyarakat yang beranggotakan 234
kepala keluarga ini memiliki berbagai nilai-nilai yang dipegang teguh, seperti
adat perkawinan, masyarakat disana tidak menggunakan adat perkawinan secara
sipil atau pemerintahan, tetapi hanya menggunakan adat masyarakat mereka.
Mereka berpandangan bahwa istri mereka itu milik orang tuanya bukan pemerintah
jadi mereka hanya mengungkapkan janji sehidup selamanya, dan tidak perlu di
pemerintahan. Masyarakat disana pun menganggap usia itu tidak berpengaruh
terhadap pernikahan, tua ataupun muda itu sama saja, yang menentukan adalah
kesiapan untuk menjalani pernikahan.
Masyarakat
samin sendiri menjadi prototype bagi para pengusaha yang akan menambang
hasil-hasil bumi dari gunung kendeng seperti, bahan-bahan semen, dll.
Masyarakat disini tidak ingin alamnya dirusak bahkan ada beberapa warga mereka
yang harus rela dipenjara akibat mereka melawan para pemilik-pemilik modal yang
ingin menambang hasil dari gunung kendeng tersebut.
Di masyarakat samin tersebut
menjunjung adat berpakaian yaitu sesuai dengan kesenangan mereka. Tetapi
dilarang menggunakan menggunakan celana panjang, karena menurutnya celena
panjang merupakan celana-celana peninggalan orang-orang belanda. Tetua
masyarakat samin yang dahulu yaitu mbah
Tarno yang menyarankan hal tersebut agar dilaksanakan oleh masyarakat
samin. Tetapi saat kami melakukan observasi dan mengamati hal tersebut ternyata
sudah banyak mengalami perubahan, masyarakat disana terutama para kaum muda
memakai celana panjang, hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi
perubahan-perubahan sosial di masyarakat tersebut.
Terkait dengan pemerintahan
masyarakat suku samin tersebut sebenarnya enggan untuk memilih, tetapi karena
banyaknya paksaan mereka akhirnya ikut melakukan pemilu. Hal tersebut
menegaskan bahwa masyarakat samin juga mengalami perubahan di bidang politik,
yang tadinya mereka enggan bahkan tidak mau memilih tetapi Karena ada berbagai
faktor baik dari intern ataupun dari faktor ekstern yang mendorong mereka
sangat kuat, sehingga akhirnya mereka mengalami perubahan untuk melakukan
pemilihan umum. Meskipun mereka masih belum objektif dalam memilih, karena
mereka hanya berpandangan bahwa jika masyarakat samin yang laki-laki maka
mereka akan memilih calon yang perempuan, ataupun jika harus memilih antara
gambar manusia ataupun hewan maka mereka akan memilih gambar manusia. Mereka
juga enggan memilih karena mereka berpandangan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat
itu sama sekali tidak mewakili rakyat. Jadi percumah saja mereka memilih.
Masyarakat samin di daerah tersebut
pun berpandangan bahwa mereka tidak bergantung pada pemerintah, karena mereka berusaha sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya bukan bergantung pada pemerintah, bahkan jika terkadang ada
bantuan untuk mereka dari pemerintah mereka menolaknya. Karena mereka sudah
merasa siap dengan menghadapi kehidupannya.
Masyarakat samin memilih untuk tidak
bersekolah, hal tersebut karena mereka beranggapan bahwa sekolah itu tidaklah
penting, karena percumah jika bersekolah tinggi-tinggi akhirnya hanya untuk
membohongi dan membodohi orang (korupsi, kolusi, nepotisme). Mereka juga
berpandangan bahwa jika bersekolah tinggi-tinggi nantinya juga belum tentu bisa
bekerja, belum tentu bisa menghasilkan uang yang banyak. Yang penting bagi
mereka adalah mengajari anaknya bagaimana cara untuk mengolah ladang,
mencangkul, bertani, dan lain sebagainya sebagai bekal mereka menghidupi
keluarganya kelak. Mereka juga berpandangan bahwa merka hanya menjaga keseimbangan alam, maksudnya
mereka sudah rela harus menjadi petani, yang bekerja panas-panas, cape, penuh
kerja keras, karena untuk menjaga keseimbangan, jika semua orang menginginkan
kerja dikantoran, kerja enak, tidak berpanas-panasan nantinya kehidupan dimuka
bumi ini tidak akan seimbang. Karena siapa yang akan menyediakan bahan-bahan
makanan, beras, sayuran dll jika semuanya ingin bekerja dikantoran.
Tetapi dari observasi yang penulis
lakukan, penulis menyimpulkan sudah ada perubahan-perubahan sosial yang terjadi
didalamnya, banyak dari warga masyarakat samin yang bersekolah, bahkan sampai
pada tingkat perguruan tinggi, hal tersebut membuktikan bahwa perubahan secara
evolusi terjadi di masyarakat samin.
Masih banyak perubahan-perubahan
sosial yang terjadi dimasyarakat sikep, contohnya adalah penggunaan
peralatan-peralatan elektronik seperti handphone, kamrea, handycam, sound
system, dan lain sebagainya. Masyarakat disana sudah mulai menggunakan
peralatan-peralatan modern zaman sekarang ini. Mungkin banyak faktor yang melandasi
hal itu terjadi seperti globalisasi, tuntutan zaman, dan lain-lain. Tatapi
faktor terbesar yang mendorong perubahan-perubahan itu terjadi adalah karena
mereka menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Misalnya penggunaan sound system,
jika tidak ada microphone, dll maka akan sangat sulit ketika harus berbicara
dihadapan banyak orang dengan tanpa pengeras suara. Maka mungkin hanya sebagian
orang saja yang dapat mendengar perkataannya sedangkan yang lainnya tidak, hal
itu yang mendorong mereka menggunakan sound system agar mempermudah pekerjaan
mereka. Penggunaan alat-alat elektronik lainnya sepertio handphone juga
disebabkan oleh faktor-faktor yang sama, yang intinya mereka mengikuti
perkembangan zaman karena tuntutan oleh karena itu masyarakat samin mengalami perubahan-perubahan.
Dari sarana transportasi pun sudah
tergolong kepada masyarakat yang maju, mereka sudah mengalami berbagai
perubahan-perubahan. Dari observasi yang dilakukan mereka sudah menggunakan
sepeda motor sebagai alat transportasinya, tentu itu sudah sangat mengalami
perubahan.
Masyarakat samin disanapun sudah
mengenal yang namanya organisasi, bahkan mereka mengikuti berbegai organisasi
seperti organisasi Sindawareh yaitu kelompok organisasi yang terdiri dari
ibu-ibu warga masyarakat disitu yang juga memiliki berbagai program kerja yang
ada. Adapula organisasi JMPPK yang berfungsi sebagai pengamat sekaligus
pelindung penggunungan kendeng. Selain
itu juga terdapat kelompok-kelompok tani, paguyuban ladang sikep (tentang
ketahanan pangan), dan juga Serikat Petani Pati. Tentu hal tersebut menunjukan
berbagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat samin. Meskipun
organisasi-organisasi yang ada belum berbadan hokum hanya paguyuban saja atau
berdasarkan kerukunan saja.
BAB
III
KESIMPULAN
Masyarakat samin di daerah Pati,
Jawa Tengah, sudah mengalami berbagai perubahan-perubahan sosial di dalamnya,
baik dari bidang ekonomi, kebudayaan,
transportasi, pendidikan, teknologi maupun dalam bidang politik.
Sebagai contohnya di
masyarakat samin tersebut menjunjung adat berpakaian yaitu sesuai dengan
kesenangan mereka. Tetapi dilarang menggunakan menggunakan celana panjang,
karena menurutnya celena panjang merupakan celana-celana peninggalan
orang-orang belanda. Tetapi saat kami melakukan observasi dan
mengamati hal tersebut ternyata sudah banyak mengalami perubahan, masyarakat
disana terutama para kaum muda memakai celana panjang, hal tersebut membuktikan
bahwa telah terjadi perubahan-perubahan sosial di masyarakat tersebut.
Dari sarana transportasi pun sudah
tergolong kepada masyarakat yang maju, mereka sudah mengalami berbagai
perubahan-perubahan. Dari observasi yang dilakukan mereka sudah menggunakan
sepeda motor sebagai alat transportasinya, tentu itu sudah sangat mengalami
perubahan.
Pada intinya masyarakat samin telah
mengalami perubahan-perubahan sosial di segala bidang di dalamnya, hal itu
dikarenakan berbagai faktor, baik dari intern maupun ekstern yang menyebabkan
mereka berubah mengikuti perkembangan kemajuan zaman yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2009. Sosioloogi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rahman, Taufik D., Dkk. 2000. Panduan Belajar Sosiologi. Bogor: Yudhistira.
Santoso, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Soenarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan PKN Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Syarbaini, Syahrial,
dan Rudiyanta. 2009. Dasar-Dasar
Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Taneko, Soleman B. 1984. Struktur
dan Proses Sosial dari suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta:
Rajawali.
LAMPIRAN
Suasana wawancara bersama
masyarakat samin
Gambar
rumah kendeng, masyarakat samin di Pati , Jawa Tengah
0 Response to "perubahan sosial yang terjadi di maysarakat samin"
Post a Comment