-->

STRATIFIKASI SOSIAL



STRATIFIKASI SOSIAL

1.      PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL
Teori struktural fungsional (Fungsionalisme struktural) diperkenalkan dan dikembangkan oleh Talcot Person dan Robert K. Merton sebagai tradisi teoritik dalam kajian-kajian kemasyarakatan khususnya yang menyangkut sturktur dan fungsi masyarakat.

a.      Tingkat analisisnya adalah Macro-Level
Teori Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis proses sosial berskala besar dan jangka panjang, meliputi teori tentang: evolusionisme, sistem, konflik, perubahan sosial, dan stratifikasi.
Menurut pandangan ini, masalah fungsional utama adalah bagaimana cara masyarakat memotivasi dan menempatkan individu pada posisi mereka yang tepat. Bagaimana ia harus bertindak, dimana ia harus berada secara fungsinya. Misalnya, seorang dokter, ia harus mengerti apa yang harus ia lakukan sebagai seorang dokter, dia harus bisa menempatkan posisinya sebagai seorang dokter. Bahwasanya kewajiban seorang dokter ialah mengobati orang yang sakit dan membantu bagaimana orang yang sakit itu bisa sembuh dari sakitnya, bukan membangun jembatan, atau membajak sawah. Hal itu berarti orang tersebut memahami peran dan statusnya di dalam masyarakat.
Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi kedalam suatu bentuk equilibrium. Yang paling penting dalam pendekatan fungsional adalah suatu masyarakat yang terdiri dari kelompok atau individu yang mempunyai posisi atau fungsi masing-masing dan antara satu dengan yang lainnya saling bergantung atau berpengaruh.
Teori ini beranggapan bahwa:
1.      Adanya hubungan-hubungan antara masyarakat (interaksi)
2.      Mempertahankan orientasi timbale balik yang cocok (tidak hanya menurut nilai budaya umum tetapi juga menurut harapan peran tertentu).
3.      Mengembangkan cara-cara untuk mengatasi konflik yang mungkin muncul
4.      Perubahan yang terjadi di dalam system social pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
5.      Perubahan social timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan yaitu:
a.       Penyesuaian yang dilakukan oleh system social terhadap perubahan yang datang dari luar.
b.      Pertumbuhan melalui proses diferensiasi structural dan fungsional.
c.       Penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat.
6.      Faktor utama dalam mengintegrasikan system social adalah consensus diantara anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
System social terbentuk dari interaksi social yang terjadi diantara individu yang tumbuh dan berkembang atas standar penilaian umum yang disepakati
bersama oleh anggota masyarakat.
7.      Integrasi tidak akan bisa mencapai tingkatan yang sempurna tetapi setiap 
system sosial akan berproses kearah sempurna.
Menurut David Lockwood dalam menanggapai teori Parsons, pendekatan fungsionalisme structural lebih menekankan anggapan dasarnya pada peranan unsur normatif tingkah laku social, khususnya pada proses dimana seseorang diatur secara normative untuk menjamin terpeliharanya stabilitas social.
b.      Apa yang dimaksud stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial adalah system reward yang tidak sama yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.
Teori ini dikemukakan oleh king devis dan david moore. Davis dan Moore juga menjelaskan bahwa mereka menganggap stratifikasi sosial sebagai fenomena universal dan penting. Mereka menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Menurut mereka stratifikasi adalah keharusan fungsional. Semua masyarakat memerlukan sistem seperti ini dan keperluan ini menyebabkan adanya sistem stratifikasi. Mereka juga memandang sistem stratifikasi sebagai sebuah struktur, dan menunjukkan bahwa stratifikasi tidak mengacu individu didalam stratifikasi, tetapi lebih kepada sistem posisi (kedudukan). Mereka memusatkan perhatian pada persoalan bagaimana cara posisi tertentu memengaruhi tingkat prestise yang berbeda dan tidak memusatkan perhatian pada masalah bagaimana cara individu dapat menduduki posisi tertentu.
Dalam sistem stratifikasi, fungsional dapat diturun menjadi dua masalah. Pertama, bagaimana cara masyarakat menanamkan kepada individu yang tepat itu keinginan untuk mengisi posisi tertentu? Kedua, segera setelah individu berada pada posisi yang tepat, lalu bagaimana masyarakat menanamkan keinginan kepada mereka untuk memenuhi persyaratan posisi mereka? Meski masalah diatas dapat diterapkan pada Seluruh posisi sosial, Davis dan Moore memusatkan perhatian pada  posisi yang fungsinya lebih penting dalam masyarakat. Posisi yang tinggi tingkatannya dalam sistem stratifikasi dianggap kurang menyenangkan untuk diduduki, tetapi lebih penting untuk kelangsungan hidup masyarakat dan memerlukan bakat dan kemampuan terbaik. Selain itu masyarakat harus memberikan hadiah yang memadai bagi posisi ini sehingga ada cukup banyak individu yang mau mendudukinya dan individu yang berhasil mendudukinya akan bekerja dengan tekun. Davis dan Moore tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa masyarakat secara sadar membangun sistem stratifikasi untuk menyakinkan bahwa posisi tingkat tinggi akan terisi dengan memadai. Mereka bermaksud menjelaskan bahwa stratifikasi adalah “perlengkapan yang berevolusi secara tak sadar”. Perlengkapan ini ada dan harus ada dalam setiap masyarakat untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Teori struktural fungsional menyatakan bahwa orang yang menempati posisi istimewa itu berhak mendapatkan hadiah mereka. imbalan seperti itu perlu diberikan kepada mereka demi kebaikan masyarakat. Agar kedudukan-kedudukan yang fungsional penting dan angka tenaganya dapat terisi, maka perlu imbalan-imbalan itu sebagai rangsangan dan motivasi untuk berusaha menempati kedudukan seperti itu. Penempatan atau penentuan alokasi imbalan serta hubungan dengan posisi-posisi, sesuai dengan tanggung jawab kolektif yang dibebankan atau dipercayakan sehingga keseluruhan sistem berjalan secara fungsional dan efektif. Contoh dari teori ini adalah, untuk menjamin tersedianya Dokter yang cukup bagi masyarakat kita, kita perlu menawarkan kepada mereka berbagi imbalan, misalnya gaji yang besar yang pantas diberikan atas pekerjaannya mengobati orang yang sakit. Kita tidak bisa mengharapkan seseorang akan melakukan proses pendidikan kedokteran yang berat dan mahal itu apabila kita tidak menawarkan imbalan atau gaji yang besar pula. Maksudnya adalah bahwa seseorang yang berada dipuncak stratifikasi harus menerima imbalan dan fungi yang dilaksanakannya. Bila tidak demikian, posisi itu akan tetap kekurangan personil atau tak terisi dan masyarakat akan tercerai berai.
c.       Apa alasan untuk posisi sosial kita?
Posisi sosial mencerminkan bakat pribadi dan kemampuan dalam ekonomi kompetitif.
Dalam melakukan usaha bagaimana memotivasi masyarakat dan menemptkan orang-orang kedalam posisi yang tepat didalam sistem stratifikasi. Disinilah ada dua hal yang harus diperhatikan yakni pertama bagaimana masyarakat membangkitkan motivasi didalam individu-individu yang ingin menduduki posisi tertentu, kedua setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang cocok untuk stratifikasinya, ketiga bagaimana masyarakat membangkitkan didalam diri keinginan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut Oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas-tugas sesuai dengan posisin yaitu:
Persoalan penempatan orang-orang kedalam posisi yang tepat muncul kepermukaan karena tiga   alasan.
·         Ada posisi tertentu yang lebih nyaman dibandingkan  dengan posisi-posisi yang lainnya.
·         Ada posisi-posisi tertentu yang penting untuk menjaga keberlangsungan  hidup suatu  masyarakat  dibandingkan  dengan posisi-posisi lainnya. 
·          Posisi-posisi di dalam   masyarakat  menuntut  sejumlah bakat  dan kemampuan  tertentu.  Itulah sebabnya  penempatan orang kedalam posisi-posisi tertentu yang menjadi persoalan.
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa setiap orang memiliki peran dan status yang berbeda-beda. Peran dan status mereka di dalam masyarakat ditentukan oleh bakat pribadi dan kemampuan dalam ekonomi kompetitif. Contoh seorang yang mempunyai bakat menjadi deorang pemimpin dan ia ditunjang dengan kemampuan ekonomi yang memadai, maka ia bisa mencalonkan diri menjadi seorang presiden.

d.      Apakah imbalan yang tidak sama itu adil?
Ya, penghargaan yang tidak sama meningkatkan produksi ekonomi dengan mendorong orang untuk bekerja lebih keras dan mencoba ide-ide baru. Menghubungkan hadiah yang lebih besar untuk pekerjaan yang lebih penting secara luas diterima.

Teori struktural fungsional menyatakan bahwa orang yang menempati posisi istimewa itu berhak mendapatkan hadiah mereka; imbalan seperti itu perlu diberikan kepada mereka demi kebaikan masyarakat. Agar kedudukan-kedudukan yang fungsional penting dan angka tenaganya dapat terisi, maka perlu imbalan-imbalan itu sebagai rangsangan dan motivasi untuk berusaha menempati kedudukan seperti itu. Penempatan atau penentuan alokasi imbalan serta hubungan dengan posisi-posisi, sesuai dengan tanggung jawab kolektif yang dibebankan atau dipercayakan sehingga seluruh seluruh sistem berjalan secara fungsional dan efektif.  Contohnya adalah seorang Pilot, tidak mudah utuk menjadi seorang pilot, membutuhkan pembelajaran dan pelatihan yang memakan banyak biaya, nyawa pun menjadi taruhan dalam mengerjakan pekerjaannya, oleh karena itu gaji yang besar dan berbagai tunjangan perlu diberikan kepada seorang pilot, agar apa yang ia lakukan seimbang dengan reward atau hadiah yang ia terima. Dengan begitu akan tetap ada banyak orang yang ingin menjadi seorang pilot. Bayangkan ketika gaji atau reward yang diterima seorang pilot tidak sebanding dengan pekerjaanya, maka tidak aka nada orang yang mau menjadi seorang pilot. Dengan begitu maka aktifitas di masyarakat akan kacau atau berai.
Di dalam semua masyarakat, posisi yang memperoleh imbalan tinggi pada umumnya terdiri dari posisi yang :
1)      Secara fungsional brsifat sangat penting ( permintaaan ) dan,
2)      Diduduki oleh orang yang paling berbakat atau paling memenuhi syarat ( penawaran ).

2.      PENDEKATAN KONFLIK SOSIAL
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional.

a.      Apa tingkat analisisnya?
Macro-level.
Teori Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis proses sosial berskala besar dan jangka panjang, Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.

b.      Apa yang dimaksud stratifikasi sosial?
Stratifikasi adalah sebuah divisi dari sumber daya masyarakat yang menguntungkan beberapa orang dan merugikan orang lain.
Karl Marx menjelaskan melalui pendekatan konflik yang berpandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi sosial, melainkan dominasi kekuasaan. Artinya menurut pendekatan konflik, adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil konsensus, tetapi lebih dikarenakan anggota masyarakat terpaksa harus menerima adanya  perbedaan itu sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya dan dasar pembentukannya merupakan penghisapan suatu kelas oleh kelas lain yang lebih tinggi.
Bagi penganut pendekatan konflik, pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang dari strata rendah untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin. Oleh karena itu ia menilai bahwa stratifikasi adalah menguntungkan beberapa orang dan mmerugikan orang lain. Contoh yang sangat jelas adalah kaum proletar dan borjuis.

c.       Apa alasan untuk posisi sosial kita?
Posisi sosial individu atau masyarakat dapat dibagi sesuai dengan sumber dayanya.

Sangat jelas dalam teori ini yang dikemukakan oleh karl max, bahwa stratifikasi sosial atau pelapisan sosial yang ada di masyarakat dipengaruhi oleh sumber daya yang ada. Seperti yang dicontohkan oleh karl max bahwa, kaum pemilik modal atau alat-alat pertanian lebih tinggi pengaruh atau stratifikasinya dari pada pekerja biasa.
Segi kenyataan sosial yang Marx tekankan, yang tidak dapat diabaikan oleh teori apa pun yaitu antara lain adalah, pengakuan terhadap adanya struktur kelas dalam masyarakat, kepentingan ekonomi yang saling bertentangan diantara orang-orang dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari posisi kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk kesadaran dan berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial, merupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Karl Marx membagi pelapisan pada masyarakat industri atas dasar pemilikan alat-alat produksi. Tesis utama Marx adalah struktur internal sistem ekonomi yang terdiri dari kelas-kelas sosial yangmuncul dari perbedaan dalam kesempatan memiliki alat produksi serta ketidaksesuaian yang dihasilkan dalam kepentingan ekonomi.

d.      Apakah imbalan yang tidak sama itu adil?
Tidak, penghargaan yang tidak sama hanya berfungsi untuk membagi masyarakat, menciptakan si “kaya” dan si “miskin”. Ada penentangan luas terhadap ketimpangan sosial.

Bagi penganut pendekatan konflik, pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang dari strata rendah untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin. Terlihat jelas ada ketimpangan sosial yang terjadi di pendekatan konflik, antara si pemilik modal dan kaum pekerja, atau antara lapisan atas dan lapisan bawah terlihat jelas ketimpangan sosialnya, dijelaskan bahwa dalam teori ini yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin pun akan tetap miskin. Karena ketidak adilan dalam pemberian imbalan atau reward.






3.      PENDEKATAN INTERAKSI SIMBOLIK

Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
a.      Apa tingkat analisisnya?
Micro-Level
Pendekatan ini menekankan interaksi hubungan antar individu dalam lingkup pandang yang terbatas dan terpusat pada tarik menarik hubungan interaksi yang sempit,terbatas,dan khusus atau,dengan kata lain,memusatkan diri pada tingkatan tertentu hubungan antar individu.
Teori Sosiologi Mikro, yaitu teori yang diarahkan untuk analisis rinci tentang apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam pengalaman sesaat, mencakup teori tentang interaksi, diri, pikiran, peran sosial, definisi situasi, konstruksi sosial terhadap realitas, strukturalisme, dan pertukaran sosial.
Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :
a. Mind (pikiran) - kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
b. Self (diri pribadi) - kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
c. Society (masyarakat) - hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif .
2. Pentingnya konsep mengenai diri (self concept)
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya dengan cara antara lain : Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui nteraksi dengan orang lain, Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku Mead seringkali menyatakan hal ini sebagai : ”The particular kind of role thinking – imagining how we look to another person” or ”ability to see ourselves in the reflection of another glass”.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah : Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

b.      Apa yang dimaksud stratifikasi sosial?
Stratifikasi adalah faktor bahwa interaksi panduan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Stratifikasi sosial adalah sebuah tingkatan yang mampu membimbing seseorang.
Pada dasarnya teori interaksi simbolik berakar dan berfokus pada hakekat manusia yang adalah makhluk relasional.Setiap individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya.Tidaklah mengherankan bila kemudian teori interaksi simbolik segera mengedepan bila dibandingkan dengan teori-teori sosial lainnya.Alasannya ialah diri manusia muncul dalam dan melalui interaksi dengan yang di luar dirinya.Interaksi itu sendiri membutuhkan simbol-simbol tertentu.Simbol itu biasanya disepakati bersama dalam skala kecil pun skala besar.Simbol-misalnya bahasa, tulisan dan simbol lainnya yang dipakai-bersifat dinamis dan unik.
Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial. Penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan lingkungan.Sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.
interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk atau menyebabkan perilaku tertentu yang kemudian membentuk simbolisasi dalam interaksi sosial masyarakat.
c.       Apa alasan untuk posisi sosial kita?
Produk yang kami konsumsi semua mengatakan sesuatu tentang posisi sosial seseorang

Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.  Empat Konsep pokokGanjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.
·            Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain. Buat orang kaya mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang. Buat si miskin, hubungan interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan.
·              Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.
·             Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, Anda mempunyai kawan yang pelit dan bodoh. Anda banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya persahabatan dengan dia tidak putus. Bantuan Anda (biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda terima. Anda rugi. Menurut teori pertukaran sosial, hubungan anda dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.
·                  Tingkat perbandingan menunjukkan  ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur hubungan interpersonalnya dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskan.

d.      Apakah imbalan yang tidak sama itu adil?
Mungkin, orang mungkin atau mungkin tidak mendefinisikan ketidaksetaraan sebagai adil. Orang dapat melihat posisi sosial mereka sebagai ukuran harga diri, membenarkan ketidaksetaraan dalam hal perbedaan pribadi.
Pendekatan Obyektif Teori Pertukaran sosial ada di pendekatan objektif.Pendekatan ini disebut “obyektif” berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia yang dapat diamati oleh pancaindra (penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau), dapat diukur dan diramalkan.
Teori Pertukaran sosial beranggapan orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka amati sebagai pasif dan perubahannya disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di luar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat ramalan perilaku alam. Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya, kalau mahasiswa lebih rajin belajar, mereka (mungkin) akan mendapatkan nilai lebih baik; kalau kita ramah kepada orang lain, orang lain (mungkin) akan ramah kepada kita; bila suami isteri sering bertengkar, mereka (mungkin) akan bercerai.

0 Response to "STRATIFIKASI SOSIAL"

Post a Comment

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaan)

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaa...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel