STRATIFIKASI SOSIAL
Wednesday, 24 April 2013
Add Comment
STRATIFIKASI SOSIAL
1.
PENDEKATAN
STRUKTURAL FUNGSIONAL
Teori
struktural fungsional (Fungsionalisme struktural) diperkenalkan dan
dikembangkan oleh Talcot Person dan Robert K. Merton sebagai tradisi teoritik
dalam kajian-kajian kemasyarakatan khususnya yang menyangkut sturktur dan
fungsi masyarakat.
a.
Tingkat
analisisnya adalah Macro-Level
Teori
Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis proses sosial
berskala besar dan jangka panjang, meliputi teori tentang: evolusionisme,
sistem, konflik, perubahan sosial, dan stratifikasi.
Menurut pandangan ini, masalah fungsional
utama adalah bagaimana cara masyarakat memotivasi dan menempatkan individu
pada posisi mereka yang tepat.
Bagaimana ia harus bertindak, dimana ia harus berada secara fungsinya.
Misalnya, seorang dokter, ia harus mengerti apa yang harus ia lakukan sebagai
seorang dokter, dia harus bisa menempatkan posisinya sebagai seorang dokter.
Bahwasanya kewajiban seorang dokter ialah mengobati orang yang sakit dan
membantu bagaimana orang yang sakit itu bisa sembuh dari sakitnya, bukan
membangun jembatan, atau membajak sawah. Hal itu berarti orang
tersebut memahami peran dan statusnya di dalam masyarakat.
Pendekatan
ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional
terintegrasi kedalam suatu bentuk equilibrium. Yang paling penting dalam
pendekatan fungsional adalah suatu masyarakat yang terdiri dari kelompok atau
individu yang mempunyai posisi atau fungsi masing-masing dan antara satu dengan
yang lainnya saling bergantung atau berpengaruh.
Teori
ini beranggapan bahwa:
1. Adanya
hubungan-hubungan antara masyarakat (interaksi)
2. Mempertahankan
orientasi timbale balik yang cocok (tidak hanya menurut nilai budaya umum
tetapi juga menurut harapan peran tertentu).
3. Mengembangkan
cara-cara untuk mengatasi konflik yang mungkin muncul
4. Perubahan
yang terjadi di dalam system social pada umumnya terjadi secara gradual,
melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
5. Perubahan
social timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan yaitu:
a. Penyesuaian
yang dilakukan oleh system social terhadap perubahan yang datang dari luar.
b. Pertumbuhan
melalui proses diferensiasi structural dan fungsional.
c. Penemuan-penemuan
baru oleh anggota masyarakat.
6. Faktor utama dalam
mengintegrasikan system social adalah consensus diantara anggota masyarakat
mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
System social terbentuk dari interaksi social yang terjadi diantara individu yang tumbuh dan berkembang atas standar penilaian umum yang disepakati
System social terbentuk dari interaksi social yang terjadi diantara individu yang tumbuh dan berkembang atas standar penilaian umum yang disepakati
bersama oleh anggota
masyarakat.
7. Integrasi
tidak akan bisa mencapai tingkatan yang sempurna tetapi setiap
system sosial akan
berproses kearah sempurna.
Menurut David Lockwood dalam menanggapai
teori Parsons, pendekatan fungsionalisme structural lebih menekankan anggapan
dasarnya pada peranan unsur normatif tingkah laku social, khususnya pada proses
dimana seseorang diatur secara normative untuk menjamin terpeliharanya stabilitas
social.
b.
Apa
yang dimaksud stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial
adalah system reward yang tidak sama yang menguntungkan masyarakat secara
keseluruhan.
Teori ini dikemukakan oleh king devis dan david moore. Davis dan Moore juga
menjelaskan bahwa mereka menganggap stratifikasi sosial sebagai fenomena
universal dan penting. Mereka menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang tidak terstratifikasi
atau sama sekali tanpa kelas. Menurut mereka stratifikasi adalah keharusan
fungsional. Semua masyarakat memerlukan sistem seperti ini dan keperluan ini
menyebabkan adanya sistem stratifikasi. Mereka juga memandang sistem
stratifikasi sebagai sebuah struktur, dan menunjukkan bahwa stratifikasi tidak
mengacu individu didalam stratifikasi, tetapi lebih kepada sistem posisi
(kedudukan). Mereka memusatkan perhatian pada persoalan bagaimana cara posisi
tertentu memengaruhi tingkat prestise yang berbeda dan tidak memusatkan perhatian pada masalah bagaimana
cara individu
dapat menduduki posisi tertentu.
Dalam sistem stratifikasi, fungsional dapat diturun menjadi
dua masalah. Pertama, bagaimana cara masyarakat menanamkan kepada individu yang
tepat itu keinginan untuk mengisi posisi tertentu? Kedua, segera setelah
individu berada pada posisi yang tepat, lalu bagaimana masyarakat menanamkan
keinginan kepada mereka untuk memenuhi persyaratan posisi mereka? Meski masalah
diatas dapat diterapkan pada Seluruh posisi sosial, Davis dan Moore memusatkan
perhatian pada posisi yang fungsinya lebih
penting dalam masyarakat. Posisi yang tinggi tingkatannya dalam sistem
stratifikasi dianggap kurang menyenangkan untuk diduduki, tetapi lebih penting
untuk kelangsungan hidup masyarakat dan memerlukan bakat dan kemampuan terbaik.
Selain itu masyarakat harus memberikan hadiah yang memadai bagi posisi ini
sehingga ada cukup banyak individu yang mau mendudukinya dan individu yang berhasil mendudukinya
akan bekerja dengan tekun. Davis dan Moore tidak bermaksud untuk menyatakan
bahwa masyarakat secara sadar membangun sistem stratifikasi untuk menyakinkan
bahwa posisi tingkat tinggi akan terisi dengan memadai. Mereka bermaksud
menjelaskan bahwa stratifikasi adalah “perlengkapan yang berevolusi secara tak
sadar”. Perlengkapan ini ada dan harus ada dalam setiap masyarakat untuk menjamin kelangsungan
hidupnya.
Teori struktural fungsional menyatakan bahwa orang yang menempati posisi istimewa
itu berhak mendapatkan hadiah mereka. imbalan seperti itu perlu diberikan kepada mereka demi kebaikan
masyarakat. Agar kedudukan-kedudukan yang fungsional penting dan angka
tenaganya dapat terisi, maka perlu imbalan-imbalan itu sebagai rangsangan dan motivasi
untuk berusaha menempati kedudukan seperti itu. Penempatan atau penentuan
alokasi imbalan serta hubungan dengan posisi-posisi, sesuai dengan tanggung
jawab kolektif yang dibebankan atau dipercayakan sehingga keseluruhan sistem berjalan secara
fungsional dan efektif. Contoh dari teori ini adalah, untuk menjamin
tersedianya Dokter yang cukup bagi masyarakat kita, kita perlu menawarkan
kepada mereka berbagi imbalan, misalnya gaji yang besar yang pantas diberikan
atas pekerjaannya mengobati orang yang sakit. Kita tidak bisa mengharapkan
seseorang akan melakukan proses pendidikan kedokteran yang berat dan mahal itu
apabila kita tidak menawarkan imbalan atau gaji yang besar pula. Maksudnya adalah bahwa
seseorang yang berada dipuncak stratifikasi harus menerima imbalan dan fungi
yang dilaksanakannya. Bila tidak demikian, posisi itu akan tetap kekurangan
personil atau tak terisi dan masyarakat akan tercerai berai.
c.
Apa
alasan untuk posisi sosial kita?
Posisi
sosial mencerminkan bakat pribadi dan kemampuan dalam ekonomi kompetitif.
Dalam melakukan usaha bagaimana memotivasi masyarakat dan menemptkan
orang-orang kedalam posisi yang tepat didalam sistem stratifikasi. Disinilah
ada dua hal yang harus diperhatikan yakni pertama
bagaimana masyarakat membangkitkan motivasi didalam individu-individu yang
ingin menduduki posisi tertentu, kedua
setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang cocok untuk
stratifikasinya, ketiga bagaimana
masyarakat membangkitkan didalam diri keinginan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang
dituntut Oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas-tugas sesuai
dengan posisin yaitu:
Persoalan penempatan orang-orang
kedalam posisi yang tepat muncul kepermukaan karena tiga alasan.
·
Ada posisi tertentu yang lebih nyaman dibandingkan dengan posisi-posisi yang lainnya.
·
Ada posisi-posisi tertentu yang penting untuk menjaga
keberlangsungan hidup suatu masyarakat
dibandingkan dengan posisi-posisi
lainnya.
·
Posisi-posisi di dalam
masyarakat menuntut sejumlah bakat dan kemampuan
tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi-posisi
tertentu yang menjadi persoalan.
Dari
penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa setiap orang memiliki peran dan status
yang berbeda-beda. Peran dan status mereka di dalam masyarakat ditentukan oleh
bakat pribadi dan kemampuan dalam ekonomi kompetitif. Contoh seorang yang
mempunyai bakat menjadi deorang pemimpin dan ia ditunjang dengan kemampuan
ekonomi yang memadai, maka ia bisa mencalonkan diri menjadi seorang presiden.
d.
Apakah
imbalan yang tidak sama itu adil?
Ya, penghargaan yang
tidak sama meningkatkan produksi ekonomi dengan mendorong orang untuk bekerja
lebih keras dan mencoba ide-ide baru. Menghubungkan hadiah yang lebih besar
untuk pekerjaan yang lebih penting secara luas diterima.
Teori struktural fungsional menyatakan bahwa orang yang
menempati posisi istimewa itu berhak mendapatkan hadiah mereka; imbalan seperti
itu perlu diberikan kepada mereka demi kebaikan masyarakat. Agar
kedudukan-kedudukan yang fungsional penting dan angka tenaganya dapat terisi,
maka perlu imbalan-imbalan itu sebagai rangsangan dan motivasi untuk berusaha
menempati kedudukan seperti itu. Penempatan atau penentuan alokasi imbalan
serta hubungan dengan posisi-posisi, sesuai dengan tanggung jawab kolektif yang
dibebankan atau dipercayakan sehingga seluruh seluruh sistem berjalan secara
fungsional dan efektif. Contohnya adalah
seorang Pilot, tidak mudah utuk menjadi seorang pilot, membutuhkan pembelajaran
dan pelatihan yang memakan banyak biaya, nyawa pun menjadi taruhan dalam
mengerjakan pekerjaannya, oleh karena itu gaji yang besar dan berbagai
tunjangan perlu diberikan kepada seorang pilot, agar apa yang ia lakukan
seimbang dengan reward atau hadiah yang ia terima. Dengan begitu akan tetap ada
banyak orang yang ingin menjadi seorang pilot. Bayangkan ketika gaji atau
reward yang diterima seorang pilot tidak sebanding dengan pekerjaanya, maka
tidak aka nada orang yang mau menjadi seorang pilot. Dengan begitu maka
aktifitas di masyarakat akan kacau atau berai.
Di dalam semua masyarakat, posisi yang memperoleh imbalan tinggi pada
umumnya terdiri dari posisi yang :
1)
Secara fungsional brsifat sangat
penting ( permintaaan ) dan,
2)
Diduduki oleh orang yang paling
berbakat atau paling memenuhi syarat ( penawaran ).
2.
PENDEKATAN
KONFLIK SOSIAL
Teori
konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional. Pemikiran
yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah
pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai
merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural
fungsional.
a. Apa tingkat analisisnya?
Macro-level.
Teori Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang
difokuskan pada analisis proses sosial berskala besar dan jangka panjang, Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa
perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang
membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan
kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana
produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Ada beberapa
asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari
teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian
dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam
masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam
masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau
ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi,
koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan
mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan
superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi
dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya
perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan
sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan.
Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan
bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan
sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya,
keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan
(koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi,
koersi, dan power. Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang berorientasi serta
menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf
Dahrendorf.
b. Apa yang dimaksud stratifikasi
sosial?
Stratifikasi adalah sebuah divisi dari sumber daya masyarakat yang
menguntungkan beberapa orang dan merugikan orang lain.
Karl Marx menjelaskan melalui pendekatan konflik yang
berpandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi
sosial, melainkan dominasi kekuasaan. Artinya menurut pendekatan konflik,
adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil konsensus, tetapi lebih
dikarenakan anggota masyarakat terpaksa harus menerima adanya perbedaan
itu sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya dan dasar
pembentukannya merupakan penghisapan suatu kelas oleh kelas lain yang lebih
tinggi.
Bagi penganut pendekatan konflik, pemberian kesempatan yang tidak sama dan
semua bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang dari strata rendah untuk
mengembangkan bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin. Oleh karena itu ia
menilai bahwa stratifikasi adalah menguntungkan beberapa orang dan mmerugikan
orang lain. Contoh yang sangat jelas adalah kaum proletar dan borjuis.
c. Apa alasan untuk posisi sosial
kita?
Posisi
sosial individu atau masyarakat dapat dibagi sesuai dengan sumber dayanya.
Sangat jelas dalam teori ini yang dikemukakan oleh karl max, bahwa
stratifikasi sosial atau pelapisan sosial yang ada di masyarakat dipengaruhi
oleh sumber daya yang ada. Seperti yang dicontohkan oleh karl max bahwa, kaum
pemilik modal atau alat-alat pertanian lebih tinggi pengaruh atau
stratifikasinya dari pada pekerja biasa.
Segi kenyataan sosial yang Marx tekankan, yang tidak dapat
diabaikan oleh teori apa pun yaitu antara lain adalah, pengakuan terhadap
adanya struktur kelas dalam masyarakat, kepentingan ekonomi yang saling
bertentangan diantara orang-orang dalam kelas berbeda, pengaruh yang besar dari
posisi kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang serta bentuk kesadaran dan
berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial,
merupakan sesuatu hal yang sangat penting.
Karl Marx membagi pelapisan pada masyarakat industri atas dasar pemilikan
alat-alat produksi. Tesis utama Marx adalah struktur internal sistem ekonomi
yang terdiri dari kelas-kelas sosial yangmuncul dari perbedaan dalam kesempatan
memiliki alat produksi serta ketidaksesuaian yang dihasilkan dalam kepentingan
ekonomi.
d. Apakah imbalan yang tidak sama itu adil?
Tidak, penghargaan yang tidak sama hanya berfungsi
untuk membagi masyarakat, menciptakan si “kaya” dan si “miskin”. Ada
penentangan luas terhadap ketimpangan sosial.
Bagi
penganut pendekatan konflik, pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua
bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang dari strata rendah untuk
mengembangkan bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin. Terlihat jelas ada ketimpangan sosial yang terjadi di
pendekatan konflik, antara si pemilik modal dan kaum pekerja, atau antara
lapisan atas dan lapisan bawah terlihat jelas ketimpangan sosialnya, dijelaskan
bahwa dalam teori ini yang kaya akan tetap kaya dan yang miskin pun akan tetap
miskin. Karena ketidak adilan dalam pemberian imbalan atau reward.
3.
PENDEKATAN INTERAKSI SIMBOLIK
Sejarah Teori Interaksionisme
Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead (1863-1931).
Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The Theoretical Perspective” yang
merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
a.
Apa tingkat analisisnya?
Micro-Level
Pendekatan
ini menekankan interaksi hubungan antar individu dalam lingkup pandang yang
terbatas dan terpusat pada tarik menarik hubungan interaksi yang
sempit,terbatas,dan khusus atau,dengan kata lain,memusatkan diri pada tingkatan
tertentu hubungan antar individu.
Teori Sosiologi Mikro, yaitu teori yang
diarahkan untuk analisis rinci tentang apa yang dilakukan, dikatakan, dan
dipikirkan manusia dalam pengalaman sesaat, mencakup teori tentang interaksi,
diri, pikiran, peran sosial, definisi situasi, konstruksi sosial terhadap
realitas, strukturalisme, dan pertukaran sosial.
Sejarah Teori
Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert
Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The Theoretical
Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan
verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang
terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti
yang sangat penting.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain,
demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol,
maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan
cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain.
Sesuai
dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari
interaksi simbolik adalah :
a. Mind
(pikiran) - kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang
sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi
dengan individu lain.
b. Self (diri
pribadi) - kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian
sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis
adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri
sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
c. Society
(masyarakat) - hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan
oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat
dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya
mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Tiga tema
konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara
lain:
1. Pentingnya makna bagi perilaku
manusia,
Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia,
dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses
komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di
konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk
menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu
adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya
berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna diciptakan
dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif .
2.
Pentingnya konsep mengenai diri (self concept)
Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut
secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya dengan cara
antara lain : Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui nteraksi
dengan orang lain, Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku Mead
seringkali menyatakan hal ini sebagai : ”The particular kind of role thinking –
imagining how we look to another person” or ”ability to see ourselves in the
reflection of another glass”.
3. Hubungan
antara individu dengan masyarakat.
Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan
masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi
pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial
kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai
keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan
dengan tema ini adalah : Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses
budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
b.
Apa yang dimaksud stratifikasi sosial?
Stratifikasi
adalah faktor bahwa interaksi panduan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Stratifikasi
sosial adalah sebuah tingkatan yang mampu membimbing seseorang.
Pada dasarnya teori interaksi simbolik
berakar dan berfokus pada hakekat manusia yang adalah makhluk relasional.Setiap
individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya.Tidaklah mengherankan bila
kemudian teori interaksi simbolik segera mengedepan bila dibandingkan dengan
teori-teori sosial lainnya.Alasannya ialah diri manusia muncul dalam dan
melalui interaksi dengan yang di luar dirinya.Interaksi itu sendiri membutuhkan
simbol-simbol tertentu.Simbol itu biasanya disepakati bersama dalam skala kecil
pun skala besar.Simbol-misalnya bahasa, tulisan dan simbol lainnya yang
dipakai-bersifat dinamis dan unik.
Keunikan dan dinamika simbol dalam
proses interaksi sosial menuntut manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan
kreatif dalam menginterpretasikan simbol-simbol yang muncul dalam interaksi
sosial. Penafsiran yang tepat atas simbol tersebut turut menentukan arah
perkembangan manusia dan lingkungan.Sebaliknya, penafsiran yang keliru atas
simbol dapat menjadi petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.
interaksi simbolik dipengaruhi oleh
struktur sosial yang membentuk atau menyebabkan perilaku tertentu yang kemudian
membentuk simbolisasi dalam interaksi sosial masyarakat.
c.
Apa alasan untuk posisi sosial kita?
Produk yang kami konsumsi
semua mengatakan sesuatu tentang posisi sosial seseorang
Teori ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
Jadi perilaku seseorang dimunculkan
karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian
pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Empat
Konsep pokokGanjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat
konsep pokok dalam teori ini.
· Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang,
penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Nilai suatu
ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara
waktu yang satu dengan waktu yang lain. Buat orang kaya mungkin penerimaan
sosial lebih berharga daripada uang. Buat si miskin, hubungan interpersonal
yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada
hubungan yang menambah pengetahuan.
· Biaya adalah akibat yang dinilai negatif
yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang
dapat menghabiskan sumber kekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek
yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan
waktu dan orang yang terlibat di dalamnya.
· Hasil atau laba adalah ganjaran
dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan
interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari
hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, Anda mempunyai kawan yang pelit
dan bodoh. Anda banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya persahabatan
dengan dia tidak putus. Bantuan Anda (biaya) ternyata lebih besar daripada
nilai persahabatan (ganjaran) yang Anda terima. Anda rugi. Menurut teori
pertukaran sosial, hubungan anda dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak
dan digantikan dengan hubungan baru dengan orang lain.
·
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku
(standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada
waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu
atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu,
seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat
perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan dengan kawan pria
dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur hubungan interpersonalnya dengan
kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin
bahagia ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat
perbandingannya, berarti makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang
memuaskan.
d.
Apakah imbalan yang tidak sama itu adil?
Mungkin, orang mungkin atau mungkin tidak mendefinisikan ketidaksetaraan
sebagai adil. Orang dapat melihat posisi sosial mereka sebagai ukuran harga
diri, membenarkan ketidaksetaraan dalam hal perbedaan pribadi.
Pendekatan
Obyektif Teori
Pertukaran sosial ada di pendekatan objektif.Pendekatan ini disebut “obyektif”
berdasarkan pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku dan
peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia yang dapat diamati oleh pancaindra
(penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan pembau), dapat diukur dan
diramalkan.
Teori Pertukaran sosial beranggapan
orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Pada pendekatan obyektif cenderung menganggap manusia yang mereka
amati sebagai pasif dan perubahannya disebabkan kekuatan-kekuatan sosial di
luar diri mereka. Pendekatan ini juga berpendapat, hingga derajat tertentu
perilaku manusia dapat diramalkan, meskipun ramalan tersebut tidak setepat
ramalan perilaku alam. Dengan kata lain, hukum-hukum yang berlaku pada perilaku
manusia bersifat mungkin (probabilistik). Misalnya, kalau mahasiswa lebih rajin
belajar, mereka (mungkin) akan mendapatkan nilai lebih baik; kalau kita ramah
kepada orang lain, orang lain (mungkin) akan ramah kepada kita; bila suami
isteri sering bertengkar, mereka (mungkin) akan bercerai.
0 Response to "STRATIFIKASI SOSIAL"
Post a Comment