-->

Perjuangan yang Masih Belum Memiliki Arti.

Perjuangan yang Masih Belum Memiliki Arti.
Oleh: Nico Fergiyono, S.Pd.



Perjuangan, sebuah kata yang sangat mahal artinya, perjuangan adalah sikap tidak kenal lelah dalam menggapai segala sesuatu yang diinginkan dan diharapkan ditengah banyaknya halangan dan rintangan. Kata-kata ini mungkin yang pantas diungkapkan kepada para generasi muda penerus bangsa yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), mengapa demikian? Disaat banyak anak muda generasi bangsa yang bisa menikmati kemerdekan dalam bentuk kemudahan dalam berbagai akses baik dalam pendidikan, ekonomi, teknologi, dll anak-anak yang berada di daerah terpencil penuh dengan keterbatasan. Berikut adalah sepenggal pengalaman yang akan penulis bagikan selama berada di daerah penugasan (SMA N 6 Kundur, Kec. Belat, Kab. Karimun), agar kita bisa menjadikan pelajaran hidup yang berarti bagi para pembaca.

Rata-rata kehidupan sosial masyarakat di kecamatan Belat hidup dalam keadaan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dapat dibuktikan dengan pekerjaan para penduduknya yang banyak bekerja sebagai nelayan, petani karet atau petani sagu. Bahkan ada juga yang sampai harus bekerja di negara tetangga Malaysia karna tidak tersedianya lapangan pekerjaan di desa. Banyak keterbatasan di daerah belat yang menyebabkan perekonomian masyarakat masih rendah, transportasi yang susah, sarana prasarana yang belum memadai, sumber daya alam yang terbatas, dan sumber daya manusia yang belum mampu membuat sebuah inovasi untuk memajukan daerah membuat perekonomian masih memprihatinkan, terlebih dengan gaya hidup dan pola hidup masyarakat yang ada menyebabkan keadaan ekonomi masyarakat masih tidak stabil.
Sarana transportasi yang ada di sini hanya sepeda motor dan hanya ada beberapa kendaraan roda empat. Kondisi jalan penghubung antar desa menuju ke sekolah sangatlah memprihatinkan terlebih disaat musim penghujan tiba, jalan menjadi becek dan tergenang air, tanah berlumpur, dan susah untuk dilalui kendaraan, tak jarang banyak siswa yang tak bisa bersekolah karena faktor alam tersebut. Terlebih bagi siswa siswi yang berada di pulau seberang, jika hujan bisa dipastikan banyak siswa yang harus menyebrang menggunakan sampan dan perahu tidak bisa datang.
Banyak sekali siswa yang harus berjalan kaki berkilo-kilo meter hanya untuk sampai disekolah, terbayang bagaimana sulitnya dengan medan yang kalau hujan becek dan kalau terang berdebu, baju putih menjadi coklat, sepatu putih menjadi tak terlihat, ditambah dengan keringat yang berkucuran karena perjalanan yang jauh, terbayang bagaimana tidak nyamanya saat mereka belajar dikelas dengan kondisi fisik seperti itu. Bukan hanya itu, taukah kalian bahwa masih ada beberapa desa yang belum teraliri listrik, dan desa lainya hanya dialiri listrik dari sore jam 17:00 WIB sampai dengan 01:00 WIB (dini hari), selebihnya tidak ada listrik.
Banyak pula siswa-siswi yang harus menyebrangi lautan melewati beberapa pulau untuk sampai disekolah, jika cuaca bersahabat tidaklah terlalu berat, tapi jika hujan sudah bisa dipastikan mereka akan kehujanan karena sampan yang digunakan tidak ada pelindung dari panas dan hujan, terlebih jika angina sedang kencang, dan gelombang kuat, maka nyawa yang akan menjadi taruhan mereka untuk dapat menuntut ilmu. Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan mereka, berat! Kadangkala kita untuk berjalan kaki kesekolah atau bahkan menggunakan sepeda saja sudah mengeluh, dan sudah dipastikan untuk anak SMA semuanya menggunakan kendaraan sepeda motor, atau transportasi umum bahkan mobil pribadi, sedangkan mereka? Untuk bisa sampai sekolah dengan selamat saja sudah sangat bersyukur, meskipun terkadang sampai sekolah masih harus dihukum karena telat datang kesekolah.
Bukan hanya hambatan dari sarana transportasi yang dialami oleh adik-adik kita di daerah 3T, jika melihat pengalaman yang didapat selama ini khususnya di masyarakat kecamatan belat yang memiliki tingkat pendidikan secara keseluruhan masih rendah, menimbulkan permasalahan pentingnya pendidikan bagi kehidupan seseorang seringkali diabaikan oleh banyak orang tua. Hal ini yang menjadi sebuah tantangan sekaligus tentunya menjadi hambatan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di daerah tersebut, pernah suatu ketika ada murid yang mendatangi guru kemudian bercerita bahwa orang tuanya tidak memperbolehkannya untuk sekolah sehingga orangtuanya tidak membiayai kebutuhan sekolahnya, dia harus membantu dengan berjualan di kantin dan mencari beasiswa untuk kebutuhan sekolahnya.
Selain hal tersebut, kurang pedulinya orang tua terhadap pendidikan anaknya terlihat dengan tidak perdulinya orang tua dengan belajar anaknya dirumah, orang tua seringkali tidak mementingkan belajar, bahkan menyuruh anaknya untuk membantu orang tuanya saja, bukan untuk belajar. Apalagi banyak juga orang tua yang pergi menjadi TKI di luar negeri, sehingga pengawasan kepada anaknya seringkali diabaikan, banyak siswa yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Banyak pula mindset dari siswa yang hanya ingin sekolah untuk mendapatkan ijazah SMA dan segera mencari pekerjaan atau menjadi nelayan, itu juga yang menjadi hambatan dalam mereka belajar, karena sekolah bukan sebagai kebutuhan tapi hanya kebiasaan saja.
Berbagai hambatan tersebut menjadi kendala tersendiri bagi semua kalangan, baik siswa, guru, orang tua, dan pemerintah daerah untuk lebih memperdulikan segala kebutuhannya. Garis besar dari cerita singkat ini adalah, bahwa keterbatasan yang ada tidak mematahkan semangat mereka dalam bersekolah, hambatan-hambatan yang ada tidak mengurangi niat mereka untuk datang kesekolah, namun mereka bersekolah hanya sebagai kebiasaan, bukan karena adanya dorongan untuk belajar dan mencari ilmu, pola pikir ini yang harusnya dibenarkan dan menjadi PR bersama bagi semua pihak, cerita ini tidak menggambarkan keseluruhan keadaan siswa di daerah 3T, namun hanya cerita pengalaman singkat di daerah pengabdian penulis, jadi tidak bisa dijadikan sebuah kesimpulan umum tentang kondisi pendidikan di daerah 3T.



0 Response to "Perjuangan yang Masih Belum Memiliki Arti."

Post a Comment

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaan)

Contoh Penelitian Sederhana, Materi Sosiologi: Metode Penelitian Sosial (Problematika Proses Pembelajaran di Sekolah-Sekolah di Perkotaa...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel